49

38 5 0
                                    

Hari demi hari berlalu. Bulan pun sudah berganti yang baru. Semester baru kali ini Kiara di sibukkan dengan jadwal les privat. Banyak tawaran yang berdatangan padanya. Minta di ajarkan les secara privat. Mau tidak mau waktu ketemu pacar jadi berkurang.

Yang tadinya ketemu dari jumat sabtu dan minggu. Sekarang cuma bisa ketemu di waktu senggang saja. Sebab minggu pun Kiara ambil jadwal les, dari pagi sampai siang hari.

Kiara bukan ngejar penghasilannya sih. Dia cuma gak enak nolak tawaran sebab yang di ajarkan les pun masih kerabat. Sedangkan Azka yang lebih kosong kegiatan jadi lebih sering nongkrong di sekolahan. Terkadang, dia juga keluar main sama teman teman di kompleks rumahnya. Sekedar ngobrol, ngopi, gonjreng gonjreng kalau nggak ya main game.

"Gak ketemuan sama pacar?" Oh itu pertanyaan Silva.

Hari ini sepulang ngeles Kiara malah mampir ketempat Silva. Yang kurang lebih minggu depan akan mengadakan pesta pernikahan.

"Sibuk, dia. Temen SMA nya kan mau nikahan juga. Barengan lagi tanggalnya sama lo."

Kiara sedang sibuk mengecek daftar nama undangan. Mulai dari teman SMP, SMA, teman kuliah, sampai teman main mereka. Ya maklum lah, Kiara sama Silva sudah selama itu berteman, jadi siapapun teman Silva, lebih banyaknya Kiara hafal.

"Seriusan?"

"Hm.. dia juga jadi groomsmen"

"Lah, gak bisa dateng ke acara gue dong."

"Kayaknya sih gitu"

Soalnya kemarin Kiara sempat di ajak Azka datang ke rumah temannya itu. Diana namanya. Azka di pintai tolong untuk sebar undangan juga. Macem Kiara ini lah.

"Nanti dateng ya, Ra. Temenin Azka." Begitu pinta Diana

Tapi mohon maaf, sayangnya "Aku kayaknya gak bisa, Teh. Soalnya temen aku juga nikahan. Barengan tanggalnya."

"Oh iya? Tapi selesai kondangan ke temennya bisa dong dateng. Iya kan, Ka?"

"Bestienya, Di. Sama dia juga jadi bridesmaid." Begitu kata Azka

"Yaah, beneran gak bisa dateng dong kalau gitu mah" sangat di sayangkan.

Padahal ini bisa jadi moment pertama mereka di acara undangan pernikahan. Siapa tahu ketularan jadi cepet nikah kan.

Tapi kenapa harus berbarengan gini. Bikin Azka sama Kiara jadi jarang ketemu akhir akhir ini. Masing masing sibuk dengan acara sahabatnya. Azka dengan teman SMAnya. Kiara dengan teman SMPnya.

Kiara yang sedang mengecek daftar nama undangan pun tiba tiba terdiam. Secarik kertas undangan itu tertera nama yang tidak asing dalam hidupnya.

Reno

Nama yang sudah lama tidak pernah lagi dia sebutkan. Nama yang sudah lama hilang dari ingatan. Nama yang sudah mulai tergantikan.

Nama itu hadir kembali.

"Ra.., lo mau gue kasih tau sesuatu gak?"

Tiba tiba saja.

Kiara tatap lekat kedua bola mata sang sahabat. Adakah hal yang Silva sembunyikan darinya?

*****
Beberapa hari yang lalu..

"Silva!"

Dari kejauhan. Silva memandang. Seseorang yang datang menghampiri. Dengan kaos hitam polos dan celana jeans. Menenteng ice coffe merk kenamaan.

"Reno?! Seriusan Reno?!"

Demi langit yang hari ini cerah sekali. Silva gak mimpi di siang bolong kan?

"Bang coba cubit pipi aku!" Pintanya pada Bang Aldi.

Kebetulan, Bang Aldi lagi libur, dia ajak Silva nongkrong di cafe dekat tempat kerjanya Silva di jam istirahatnya.

"Bang, cubit pipi aku ih. Burua...aaakkhh akkh... sakit" akhirnya mengaduh

Lagian ngadi ngadi. Bang Aldi kan bingung ya. Padahal jelas jelas orang yang ada di depan mata itu betulan Reno. Bang Aldi kenal Btw, karena memang sempat beberapa kali bertemu.

"Speechless dia liat kamu begini, Ren."

Bang Aldi dan Reno terkekeh. Setelah mempersilakan Reno duduk dan bergabung bersama mereka.

"Bentar, bentar. Ini beneran Reno gak sih?" Masih tidak percaya kalau lelaki di hadapannya ini ...

"Iya, Sil. Ini gue Reno."

"Temen SMP gue?"

"Iyalah temen SMP, Lo! Mantannya temen Lo juga kalau lo masih kurang percaya."  Di perinci gak tuh.

Woow woow wooow. Sampe sini masa Silva masih gak percaya sih.

"Astaga Reno! Lo beda bangat! Ketumpahan minyak sultan dimana Lo?"

Asli. Mau di lihat dari segimana pun Silva masih gak percaya kalau lelaki tampan di hadapannya ini Reno. Karena benar benar berbeda dengan Reno yang terakhir kali dia temui.

Reno memang tampan, lelaki jangkung berkulit sawo matang, dengan tatapan tajam. Alis mata yang tegas, tak lupa dua lesung pipi yang menghiasi. Tapi badan kurus dan muka lesunya menggusur itu semua.

Tapi kali ini, coba lihat, otot tangannya begitu kentara. Urat uratnya seolah menunjukkan bahwa lelaki ini adalah pecandu olahraga. Bahunya pun luas. Gak kalah sama Bang Aldi. Wajahnya lebih bersih dan badannya pun berisi. Siapa yang percaya kalau ini Reno si anak petani.

Jadi, ceritanya, selama setahun ini Reno kerja mati matian. Dia lembur bagai quda. Semua itu dia lakukannya demi membunuh waktu. Demi bisa melupakan sang pujaan hati.

Sampai pas di akhir kontrak kerjanya, bukan di berhentikan, dia malah di promosikan. Semua berkat kerja kerasnya. Reno naik jabatan, dari operator jadi bagian Engineer. Gajinya ya lumayan lah ya. Lemburannya gak sampe harus jungkir balik buat dapet bonus gede.

Motor maticnya bahkan sudah punya teman. Tuh, si putih kuda besi yang bertengger di parkiran. Ya memang sih, hanya mobil sejuta umat. Tapi yang penting bisa mengangkut semua keluarganya.

Btw, rumahnya juga sekarang sedang di renovasi. Biar lebih modern dan gak ketinggalan jaman. Pokoknya setelah naik jabatan, kehidupan ekonomi Reno meningkat lebih baik.

"Lah, mantep dong. Makin kece gini, cewek cewek pada ngantri dong."

Reno hanya berikan ulasan senyuman untuk pernyataan Silva barusan.

"Oh iya, nanti dateng ya ke nikahan gue. Undangannya nyusul."

"Seriusan mau nikah, Bang?"

"Iya lah. Lama lama di pacarin buat apa kalo gak di nikahin. Masa iya cuma mau jagain jodoh orang." Detik itu juga Silva senggol siku calon suaminya.

Silva merasakan perubahan raut wajah Reno saat kalimat itu di utarakan. Bang Aldi lupa, selama apa hubungan Reno dengan Kiara yang akhirnya cuma jagain jodohnya orang. Ada tawa yang terpaksa Bamg Aldi keluarkan. Jadi canggung gini kan.

Tapi Reno tiba tiba bertanya perihal, "Ngomong ngomong, Kiara apa kabar, Sil?"

"Hah? Kiara? Kiara ya? Hmm dia .. baik kok. Baik kabarnya."

"Ngajar dia?"

"Eh, iya. Ngajar dia, di sekolah tantenya. Lo tau kan."

"Hmm.. iya."

"Iya gitu.. hehehe. " sumpah deh suasananya jadi canggung gini kan.

"Ya udah, gue duluan ya. Gak enak gue ganggu lo. Nanti kabarin aja kalau mau ngasih undangan. Nomor gue masih yang dulu kok."

"Iya, Ren."

"Oh iya. Salam buat Kiara."

*****

Apa kabar hati Kiara yang dapet salam dari mantan yang putus pas lagi sayang sayangnya??

*** WHEN I'M WITH U ***Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang