"Lah, gue kira lo sendiri."
Adalah pernyataan yang keluar dari mulut Nata ketika Azka buka pintu kosannya. Ada Kiara di belakang Azka yang membuntuti.
"Hai, Nat." Sapa gadis itu.
Ini pertama kalinya Kiara datangi kosan Nata. Oh iya, Natanael itu anak rantauan. Jauh dari rumah sudah biasa. Maka ketika sudah lulus kuliah, dia pilih menetap di Kota tempat dia menuntut ilmu di banding pulang ke kampung halaman.
Nata tidak berprofesi layaknya Kiara dan Azka. Gelar sarjananya dia gunakan semata mata untuk naik jabatan di tempat dia bekerja saja. Ya meskipun gak sesuai, tapi perusahaan tidak mempermasalahkan.
Lalu soal hoby, dia hanya senang tanpa punya apalagi pelihara burung hias macam Azka. Nata gak punya waktu untuk itu. Tapi kalau sekedar nonton kontes di hari libur gini, ya Nata tidak pernah melewatkan.
"Masuk, Ra. Sorry kosan gue berantakan. Maklum lah bujang." Nata terkekeh, yang Kiara angguki.
Sebenarnya sih, tempat ini lebih ke kontrakan daripada kosan. Karena kalau kosan kan biasanya dekat kampus, lalu biasanya di cuma punya satu ruang berikut kamar mandi. Malah terkadang ada yang kamar mandinya di luar.
Tapi tempat Nata ini, punya tiga ruangan. Satu ruang utama yang paling besar ukurannya, tempat kasur lantai beserta rak televisi juga ada rak buku kecil dan dispenser air sebelahnya. Lalu setelahnya ada dua ruang kecil sebagai dapur dan kamar mandi.
Di tambah, tetangga sebelahnya juga beragam. Ada pasangan yang baru menikah, ada juga yang punya anak kecil, tapi kebanyakan sih tetangganya itu buruh pabrik. Karena lokasinya gak jauh dari kawasan pabrik. Yang anak kuliahan cuma Nata seorang. Dia pilih tinggal disana karena letaknya di tengah tengah kampus dan tempat kerjanya. Karena Nata kan kemarin kuliah sembari kerja.
"Gue beli minum dulu deh ya. Lo gak bilang bilang sih, mau bawa Kiara kesini." Teruntuk Azka.
"Eh gak usah repot repot, Nat."
"Gak apa apa, Ra."
"Biarin, Yang. Dia mah udah biasa di repotin." Yang Kiara keplak paha Azka. Orangnya sudah rebahan santuy di kasur lantai berseprai hijau.
Sementara Nata keluar untuk beli suguhan, Kiara bangun dari duduk lesehannya. Dia melihat lihat. Pakaian bertumpuk di sudut. Piring dan gelas yang belum di cuci. Rak yang berantakan. Ya begitulah, gak beda jauh dari adiknya, Dion. Gak tahu deh ya kalau kamarnya Azka. Kiara belum pernah lihat soalnya.
"Nat, nitip beliin payung lipet di indoapril ya satu. Gue lupa bawa payung." Yang Kiara dengar Azka bersuara dengan handphone di telinganya.
"Kan gak mendung, Mas. Panas gini ngapain beli payung?" Kiara tanyakan ketika Azka putus panggilan selulernya.
Lelaki itu mengalihkan atensinya pada gadis yang berdiri di dekat rak buku. "Ya justru panas, makanya beli payung. Emangnya kamu mau kulitnya gosong kena matahari. Kita mau nonton kontes ke lapangan loh, Yang."
Ya, Kiara mana tahu. Kan dia baru hari ini di ajak ketempat kontes burung. Sebelumnya kan gak pernah. Kiara kalau sama Reno paling muter muter naik motor aja. Dan gak masalah kalau Kiara kepanasan atau kehujanan. Kiara sudah terbiasa kalau soal itu.
Tapi kan Azka beda, "Ih, Mamas perhatian bangat sih." Goda Kiara. "Makin sayang deh jadinya."
"Kalau sayang, peluk dong, Mamasnya." Maka saat itu juga Azka buka lebar kedua tangannya.
Yang mana detik berikutnya Kiara langsung nemplok di badan Azka yang sedang duduk bersandar pada dinding kosan. "Sayang bangat, sayang bangat." Di peluknya sang kekasih dengan gemas.
"Love you too." Begitu balasan Azka. Lalu mengusap kepala Kiara dengan sayang.
Pelukan itu Kiara lepas, mengangkat tubuhnya untuk duduk di sebelah Azka. Tapi, saat itu telapak tangan Kiara yang jatuh ke lantai pojokan kasur memegang sesuatu. Beberapa bungkus plastik persegi seukuran vitamin C. Tapi isinya ...
"Biasalah, Yang. Namanya juga cowok." Santai sekali nada bicaranya. Tapi tidak dengan mata Kiara. Matanya melotot tidak bisa santai ketika melihat bungkusan bungkusan itu.
Biasa katanya? Jadi Nata biasa begitu begitu?
Ya untuk lelaki bujang yang hidup merantau di Kota besar yang pergaulannya cukup bebas, hal seperti itu sudah merupakan kewajaran. Meskipun memang hal tersebut jika di lihat dari sudut pandang norma dan agama sudah melampaui batas kewajaran.
Lalu .. "Kamu?"
"Apa?" Azka bertanya.
"Biasa pake itu juga?"
Eh ..
"Nggak lah!"
"Nggak apa? Nggak biasa apa nggak pernah?!" Mulai mencurigai
"Nggak pernah, Yang."
"Nggak pernah pake?!" Lagi Kiara bertanya dalam keterkejutannya.
Duh ribet..
"Maksudnya gak pernah begitu. Gak pernah nyobain karena belum pernah kayak gitu. Nggak. Aku gak senakal itu. Bisa di gantung Bu Rika aku!" Nyolot. Bisa bisanya Kiara curiga sama pacar sendiri.
Sorry sorry aja nih ya, Azka emang bandel. Tapi bukan bandel yang kayak gitu. Ya meskipun Bu Rika juga pernah khawatir sama Azka terkait hal itu. Karena dulu, waktu Azka minta sekolah di SMK swasta, Bu Rika malah bilang, "Nggak boleh! Nanti bukannya belajar, malah tawuran dan merawanin anak orang!"
Sejelek itu image anak SMK di mata Bu Rika yang isinya lanang semua, kebanyakan suka tawuran dan tukang mabok. Itu semua dia katakan karena melihat fakta di lapangan. Ya meskipun hal tersebut tergantung pada diri masing masing. Namun, tetap. Lingkungan adalah faktor utamanya.
"Ya udah sih biasa aja jawabnya, gak usah ngegas." Kiara murung. Dia cemberut.
"Lagian kamu mikirnya aneh aneh aja. Aku masih tahu batesan kok, Yang. Aku mah gak tergoda sama yang begitu begituan."
"Masa?"
Eh eh eh, Kiara malah berikan tatapan genit. Mendekati Azka dengan tangan yang mulai meraba dada.
Azka cekal lengan mungil itu. Sembari katakan, "Ya kalau kamu yang ngegoda, aku bisa lewatin batas. Tapi emangnya kamu mau? Kalau Aku sih ayok aja. Mumpung di kosan Nata, masih banyak tuh kondomnya. Tinggal kunci pintu aja. Nata juga ngerti." Di suarakan dengan nada yang serius. Mata bulat besar itu menatap tajam pada lensa legam milik Kiara.
"Dih ngeri bangat kamu." Kiara pukul dada Azka. Agak keras. Bukan pukulan manja. Dia berdecak. Bangun dari duduknya dan buka pintu kosan Nata lebar lebar.
Pengen pulang tau gak sih rasanya. Kalau saja Azka gak bilang, "Ra. Aku gak bakalan kayak gitu sama kamu. Aku pacarin kamu buat nikahin kamu. Dan buat aku hal kaya gitu cuma bisa di lakuin sama pasangan yang udah nikah. Kalau aku mau begitu sama kamu, ya aku harus nikahin kamu dulu. Tapi kamu harus inget, aku pengen nikahin kamu bukan sekedar mau kayak gitu. Tapi karena aku sayang sama kamu. Mau jaga kamu, selalu ada buat kamu."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
*** WHEN I'M WITH U ***
RomanceJadi selama ini kita ngapain? Jagain jodoh orang?