21

42 3 0
                                    

"Eh, manusia goa mau kemana?"

Ya siapa lagi kalau bukan Dion yang ngomong. Label manusia goa Dion berikan untuk Mbaknya tersayang, Kiara. Karena sejak wisuda Kiara gak pernah tuh yang namanya jalan jalan, hangout. Apalagi shopping ke mall. Padahal dulu rutin bangat tiap minggu.

Tapi semenjak ngajar dari pagi sampai sore. Dari senin sampai sabtu. Minggunya Kiara banyak ngamar. Keluar kamar cuma buat makan doang. Semua kerjaannya dia kerjain di kamar. Kalau gak ada kerjaan, gabutnya ya nonton film atau main game kayak kemarin tuh.

Oh iya soal game itu, "Hari ini aku mau keluar ya, Mah." Sebuah pernyataan yang Kiara katakan pada Mamah. Yang sebenarnya bisa di bilang jawaban atas pertanyaan Dion.

"Mau kemana? Sama Kak Silva ya?" Ya namanya juga Dion. Kalau gak kepo sama kehidupan Mbaknya, gak seru aja gitu.

"Bukan urusan lo!" Di lempar tuh anggur di meja makan ke arah Dion. Seperti biasa, Dion yang super cepat tanggap dengan mudah menangkapnya.

"Ih galak bangat. Orang cuma nanya. Pantesan aja jomblo. Galak sih."

Pengen Kiara roll tuh rasanya mulut adeknya itu. Kalau ngomong emang suka kebangetan sih.

"Aduduh. Keponakan Tante nih, gak bisa ya kalau gak ribut." Tantenya Kiara yang bersuara. Kalau yang ini adik Papahnya Kiara.

Kebetulan nanti dirumahnya ada acara. Ya biasalah, arisan ibu ibu komplek. Bulan ini giliran Mamahnya Kiara yang jadi tuan rumah. Berhubung Tantenya tinggal satu komplek, jadi Mamah Kiara minta bantuan buat persiapan acara.

"Dionnya cari ribut mulu nih, Tan." Gelendotan deh tuh Kiara di tangannya Tante yang lagi bikin es buah.

Yang di adukan berdecih. "Siapa juga yang cari ribut. Kan gue kan cuma nanya. Soalnya, kalau Mbak perginya sama Kak Silva, gue mau nawarin diri nih buat jadi supir"

"Dih tumben bangat" Gak percaya Kiara. Ada maunya pasti.

"Mamah tau nih. Pasti mau cari perhatiannya Kak Silva ya?"

Sudah menjadi rahasia umum keluarga kalau Dion itu punya rasa sama Silva. Jadi cuma begini aja sih, Mamah udah bisa nebak. Apa sih yang Mamah gak tau tentang Dion. Warna kolor yang dipake Dion sekarang aja, Mamah tau. Begitu istilahnya.

Dan benar adanya. Wajah Dion memerah seketika. Padahal kulitnya hitam. Tapi tetep kentara tuh di pipinya.

Kiara perhatikan adiknya dari ujung rambut sampai ujung Kaki. Ih, gak ada bagusnya sama sekali. Rambut gondrong. Mata sipit. Pipi chubby. Jangankan Silva, kambing betina juga gak bakalan mau deh sama dia.

"Heh boy. Silva tuh udah mau di pinang. Udah ada jodohnya. Jangan ngarep deh."

"Ih, ngomongin jodoh. Jodoh tuh gak ada yang tau, Mbak. Iya kan?" Dion pinta persetujuan Mamah dan Tantenya

Mamah sih cuma senyum senyum aja, sambil sibuk mengiris brownis. Bontotnya ini memang senang dengan Silva. Gak tahu deh sejak kapan. Yang jelas Mamah sih selagi itu dalam batas wajar, gak bakal mempermasalahkan. Sedang Tantenya "Iya, Ra. Bener tuh."

"Siapa tau nih, besok dia putusan.."

"Ih, ngedoain yang jelek. Gak boleh, tau." Sela Kiara

"Tapi kan nanti pas dia putus gue bisa deketin dia. Gue bakalan hibur dia, trus gue tawarin deh hati gue."

Ey. Halusinasinya lancar sekali. Padahal yang seperti itu belum tentu terjadi kan.

"Kesempatan dalam kesempitan lo, ya. Bahagia di atas penderitaan orang lain itu namanya."

"Loh, justru itu yang namanya jodoh, Mbak. Tau kapan waktu yang tepat. Cinta pasti tumbuh disaat yang tepat."

"Ya tapi gak mesti ngedoain yang jelek juga. Itu namanya maksa."

Gak ngerti sih Kiara, kenapa Dion bisa sesuka itu sama Silva. Ya, iya sih, Silva cantik. Dia juga pintar. Tapi kan umurnya lebih tua. Kiara sebagai penganut wanita tercipta dari tulang rusuk pria, gak percaya sama wanita yang lebih tua berjodoh dengan lelaki yang lebih muda.

Makanya, dari dulu Kiara gak suka kalau di deketin sama cowok yang lebih muda dari dia walau cuma sehari. Eh tapi pacarnya Kiara kan cuma Reno. Yang seumuran tapi Reno lahir di bulan pertama sedang Kiara lahir di bulan lima.

Pokoknya semaksa apapun Dion, Kiara gak percaya kalau Dion bakalan berjodoh sama Silva.

"Tapi, Ra. Bisa aja loh." Nah loh. Di sanggah sama Tantenya. "Buktinya Papah sama Mamah kamu."

Kok?

Bukan cuma Kiara yang heran. Dion yang lagi ngunyah anggur juga penasaran. Dan yang pasti Mamah yang paling ingin tahu maksud dari adik iparnya itu.

"Kenapa jadi Mbak?" Mamah sampe tunjuk dirinya sendiri

"Iya, Tan. Emangnya Mamah sama Papah kenapa, Tan?"

Semua berubah menjadi monyet dora yang hobinya nanya karena ingin tahu.

Ya sudah, di mulai saja ceritanya. Jadi, "Mamah kamu itu, dulu benci bangat sama Papah kamu. Dia nolak Papah kamu berkali kali loh."

"Serius, Tan?"

Tantenya angguki dengan serius pula pertanyaan Dion.

"Kok bisa, Tan? Papah kan ganteng, gagah. Kok di tolak sih, Mah?"

Duh Mamah jadi flashback kan. Memang kalau di ingat ingat, dulu dia jahat bangat sama pria yang sekarang jadi Papahnya anak anak. Ya mau bagaimana lagi. Kan dulu dia gak cinta. Bahkan dia punya pujaan hati lain. Wajar dong kalau Mamah gak mau sama Papah.

"Itu cerita dulu, Dek. Tapi sekarang kan Mamah cinta sama Papah. Buktinya sampe ada kalian. Dan Mamah sama Papah juga masih sama sama kan sampe sekarang."

"Berarti usaha Papah dulu gigih bangat ya buat luluhin hati Mamah sampe akhirnya dia bisa dapetin Mamah. Itu artinya aku juga mesti gigih nih buat dapetin Kak Silva."

Tuh kan beneran flashback deh, Mamah. Kegigihan Dion sama persis kayak Papahnya untuk dapatkan sesuatu.

"Ya ampun masih aja ngarepin Silva. Belajar aja dulu yang bener. Gak usah cinta cintaan" ledek Kiara.

"Sendirinya. Masih SMP udah pacar pacaran. Terus pacaran lama eh putus juga. Mana tuh pacar yang di bangga banggain yang bilangnya mau ngajak nikah. Gak ada usahanya buat perjuangin Mbak, kan?"

Bukan lagi sampai ke hati. Tapi ke inti hati, ke tulang sumsum. Semua yang ada di dalam organ tubuh Kiara yang paling dalam deh pokonya. Nusuk nusuk bangat ucapan Dion barusan tuh.

Iya. Kiara tahu. Tahu bangat malah. Yang di omongin Dion itu pasti Reno. Kiara sadar. Makanya dia diam. Namun kemudian dia katakan, "Mah, Tan. Aku pamit pergi dulu ya." Sembari mencium punggung tangan keduanya.

****

Ya gimana ya, Dion emang mulutnya ga ada filternya sih.

*** WHEN I'M WITH U ***Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang