Karena uang 500 ribu dan handphone itu lah Reno rela lakukan apa saja untuk dapatkan Kiara. Jatuhnya Kiara seperti di jadikan ratu. Reno seperti bucin. Duh derita orang miskin, apa aja di lakuin.
Pagi ini, Reno menyesali perbuatannya di masa lalu. Kalau saja Reno tidak tergiur pada apa yang Suma dan Zulfan janjikan, Reno tidak akan terjebak pada hubungan toxic dengan Kiara.
Susah bangat lepas dari Kiara tuh. Awalnya memang iya karena taruhan. Tapi lama lama Reno malah berfikir, gak akan ada orang yang sesuka itu sama Reno kalau bukan Kiara. Hingga, dimata Reno yang sempurna hanyalah Kiara. Maka untuk mencari pengganti Kiara bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Sulit. Standar Reno tentang pasangan jadi terlalu tinggi.
Dentingan notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Terpaksa Reno buka karena Kiara kirimkan sebuah gambar. Potret dirinya yang pakai baju batik dan celana hitam. Disana tertulis : Hari pertama aku PPL di sekolah. Deg degan bangat aku, A. Doain ya biar lancar. Semoga anak anaknya nanti juga pada seneng di ajar sama aku.
Yang tanpa sadar Reno aminkan di dalam hati.
Sementara Kiara mendesah. Pesannya langsung terbaca tapi tidak terbalas. Karena selanjutnya tidak ada tanda online di profil Reno.
Dug
"Duh kalau jalan liat liat dong." Gak tahu apa Kiara lagi sensi nih.
"Eh, sorry, Ra." Di beri senyuman lah Kiara, selanjutnya yang nabrak bilang, "Bu Guru jangan galak galak dong, Nanti anak muridnya pada takut loh."
Sedetik Kemudian Kiara hanya mengerling. Yang barusan nabrak itu Galih. Mahasiswa Pendidikan Olahraga yang PPL satu sekolah dengannya.
Waktu pertama ketemu di kampus pas kumpulan kelompok, Kiara sempet terpesona tuh sama Galih. Abisnya Galih gantengnya gak tanggung tanggung sih. Badannya tinggi sudah pasti. Senyumnya duh jangan di tanya, bikin diabetes tau gak. Gemes bangat. Bibirnya tipis kecil mungil. Kalau gak inget sama Reno nih, udah pengen Kiara caplok tuh bibir. Ya ampun..
"Lagian kayaknya anak muridnya mau mau aja tuh kalau diomelin sama gurunya yang cantik begini."
Nah kalau yang ini Natanael. Dia juga mahasiswa PJKR. Kalau Nata sih gak setinggi Galih. Tapi yang khas dari Nata itu mata sipitnya. Gemes liatnya. Tapi yang ini beda gemesnya sama bibir Galih. Kalau lihat mata Nata, yang ada Kiara pengen tarik tuh kelopak biar keliatan biji matanya. Ya ampun.
"Silahkan Ibu Bapak guru baris di sebelah sana. Kita ikut upacara dulu yuk."
Di interupsi perbincangan para calon Bapak dan Ibu guru. Yang masih pakai almamater kampus tapi kelak bersarjana pendidikan yang mungkin sebagian dari mereka akan melinierkan pekerjaan atau mungkin berpindah haluan. Who knows?
Begitulah, ini hari pertama para mahasiswa melakukan PPL. Mereka lakukan upacara senin sekaligus upacara pembukaan dan perkenalan diri pada lingkungan dan warga sekolah.
***
Di hari kedua, Mahasiswa PPL langsung masuk kelas menggantikan para guru yang menjadi guru pamongnya. Oh iya Kiara PPL di SMP. Dan Kiara kebagian ngajar di kelas 7.
"Kelasnya mana sih ya? Bu Dini tega bangat deh. Masa gak nganterin ke kelas sih." Keluhnya
Sedang Mahasiswa yang lain ke kelas bersama guru pamongnya, sementara Kiara di biarkan sendiri masuk kelas. Huh.
Sekolahnya lumayan luas. Kiara bahkan harus muter muter dulu buat cari jajaran kelas 7.
"Mau kemana Ra?"
"Eh, Azka. Gue nyari kelas 7L kelasnya dimana sih ya?"
"Oh 7L di belakang, Ra. Sebelah sini"
Kiara ikutin langkah kaki panjang itu. Pria di hadapannya itu paling tinggi di antara mahasiswa yang lain. Dialah Azka Dwi Cahyo. Mahasiswa PJKR.
"Lo kebagian ngajar kelas apa aja emang?"
"7J K L"
"Oh, kalau gue K L M"
Padahal Kiara gak nanya. Tapi basa basinya kena. Jadi mau gak mau Kiara ikut basa basi. Dengan bilang, "Banyak bangat kelasnya, gue jadi keder. Haha.." awkward. Duh, gak jelas bangat deh Kiara ngomong apaan. Malu.
Soalnya sama yang satu ini Kiara belum pernah bincang bincang. Beda kalau sama Galih dan Nata. Gak tau deh, auranya beda. Atau mungkin dia jaga jarak karena ada hati yang harus dia jaga.
"Dulu waktu gue sekolah cuma sampe J. Sekarang udah nambah 5 kelas." Untungnya Azka menimpali. Jadi Kiara gak malu malu amat lah ya.
"Lo alumni disini?"
Yang Azka berikan senyuman dalam anggukkannya.
Pantes aja dia hafal denah lokasi. Mungkin karena dia pernah sekolah disini.
"Nih, Ra. Jajaran ini kelas L M N O. Tuh kelas 7L" tunjukknya pada kelas di ujung koridor. Kiara sih angguk angguk aja.
"Lo sekarang di kelas mana?"
"Disini." Kelas yang tepat di sebalah kelasnya Kiara.
"By the way makasih ya. Udah nunjukkin jalan."
Yang seorang Azka jawab dengan senyumannya. Tidak ketinggalan lesung pipinya ikut eksis kala senyuman itu mengembang. Manis ya. Kiara suka sama cowok yang punya lesung pipi. Macem Reno. Pacarnya bahkan punya dua. Kalau Azka mah cuma satu.
Ngomong ngomong soal Reno, dia masih belum balas pesannya Kiara sampai detik ini. Ya sudah lah akan Kiara biarkan saja. Sudah biasa kok seperti ini. Kiara mah udah kebal kok. Reno kalau marah emang suka diemin Kiara berhari hari. Kiara akan sabar menunggu. Menunggu sampai Reno bilang : Mau kamu apa sih?
Tepat di minggu ketiga Kiara lakukan PPLnya. Saat itu sudah sebulan lebih Reno abaikan Kiara. Ya ampun, untung Kiara strong. Walaupun kadang kalau lagi kepikiran suka mewek.
Reno kirimkan pesan di pagi hari. Saat dia baru saja pulang kerja shift malam. Tadinya sih mau tidur. Tapi tiba tiba kepikiran cewek yang dulu jadi target taruhannya. Sudah dua hari tidak ada kirim kabar.
Tuh kan. Padahal dia yang gak ngabarin duluan. Sekarang gak di kabarin malah nyariin. Huh dasar cowok.
Tapi aneh aja gitu, sudah sebulan lebih di cuekin tapi Kiara cuma berkabar lewat pesan teks. Gak ada bom telepon dari cewek itu. Atau bahkan segilanya Kiara dia samperin tuh tongkrongan atau rumahnya Reno.
Sampe "Ren, neng Kiara kok gak kesini sini?" Ibunya bertanya.
Tiba tiba saja. Reno kan bingung harus jawab apa? Masa iya mau bilang, "Putus, Mak. Bertingkah dia." Reni tuh yang bilang.
"Bener, Ren? Kamu apain neng Kiara?"
Nah kan, jadi di salahin sama Emak. Padahal kan yang salah Kiara. Bukan Reno, kan?
"Reno gak pernah macem macem sama Kiara kok, Mak. Jangan dengerin Teh Reni deh"
"Tapi bener kan lo udah putus. Gue denger tuh dari Si Andrian kemaren. Pasti lo selingkuh kan. Makanya Kiara mutusin lo."
Idih. Ada juga kebalikannya kali. Kiara yang tukang selingkuh. Reno mah, "nggak kayak gitu, Teh." Males deh Reno kalau udah urusan sama Tetehnya. Buruk sangka mulu sama adek sendiri.
"Kalau nggak gitu. Terus kenapa Kiara gak pernah kesini lagi. Udah lama loh."
"Iya, Ren. Emak juga kangen sama neng Kiara jadinya. Suruh maen atuh kesini."
"Nanti ya, Mak. Kiara lagi sibuk sama kuliahnya."
Iya. Begitu saja dulu. Akan Reno beri tahu nanti pelan pelan jika hubungannya sudah berakhir sejak sebulan yang lalu.
"Ya udah, nanti salam ya sama calon mantu Emak, kalo dia nelpon." Emak pun berlalu, setelah dia ambil baju kotor Reno di keranjang.
"Tuh, Ren dengerin. Calon mantu Emak. Bego kalo lo sampe putus sama dia."
Hadeuh. Reno berikan tendangan dan melempar bantalnya pada Reni. Adek kurang ajar emang
Hufth.
Reno mendesah resah. Gimana mau lepas coba, kalau keluarga masih mengharapkan perempuan itu. Kiara oh Kiara. Bikin kepala Reno pusing saja.****
KAMU SEDANG MEMBACA
*** WHEN I'M WITH U ***
RomanceJadi selama ini kita ngapain? Jagain jodoh orang?