51

30 4 1
                                    

"Jadi, kapan kalian nikah?"

Masih terngiang ngiang dalam ingatan.

Kalau saja yang bertanya hanya sekedar seorang teman, atau kenalan. Maka lelaki itu bakalan bilang "Kalau gak sabtu, ya minggu"

Tapi masalahnya yang bertanya ini adalah papahnya pacar. Bapak Bramantyo Hirawan. Perwira tinggi itu membuat Azka hilang fokus di beberapa kesempatan.

"Mas!"

Azka mengerjap, saat Kiara tepukkan tangan tepat di depan wajahnya.

"Ngelamunin apa sih?"

Melamunkan masa depannya yang belum jelas seperti apa nantinya. Memang sih, Papah Kiara hanya bercanda saat mengumandangkan pertanyaan itu. Semua bermula saat Azka yang jemput Kiara untuk ambil baju bridesmaid di butik.

Awalnya Papah yang memang sedang ada di rumah, menemani Azka ngobrol ngalor ngidul sembari nunggu Kiara siap siap. Sampai ke pembicaraan tentang Azka yang lagi sibuk sibuknya kesana kemari ngurusin acara nikahan temen yang bikin Azka jarang kelihatan. Begitu juga dengan Kiara yang sibuk dengan Acara Silva.

Berhubung sedang membahas tentang nikah, jadi Papah Kiara iseng nyeletuk aja gitu nyerempet nyerempet bilang "Jadi, kapan kalian nikah?" Yang terlontar begitu saja di sela pembicaraan. "Silva udah duluan tuh, Ka."

Papah sih cuma ngetes, tentang keseriusan pemuda jangkung bermata dan telinga besar itu terkait hubungan asmara dengan anak gadisnya.

Dan Azka tidak pernah menyangka bahwa Papah Kiara akan bertanya hal yang sedemikian. Sebab di rasa beliau terlihat enjoy dan tidak terlalu memusingkan kehidupan percintaan anaknya.

Tapi ternyata siapa sangka?

Azka dengan segala keterkejutannya atas pertanyaan itu pun hanya bisa menjawab, "Menurut Azka sih Pah,  pernikahan tuh bukan hal untuk ajang cepet-cepetan. Jadi, gak perlu susul-menyusul. Azka gak mau mempermainkan pernikahan, butuh persiapan yang matang, dan Azka lagi mempersiapkan itu."

Yang tiba tiba suara tawa memenuhi ruang tamu. Bikin Azka kaget saja.

"Bagus... Gak usah di pikirin. Yang barusan Papah cuma bercanda." Di tinggalkannya Azka setelah menepuk pundaknya.

"Gak usah di pikirin."

Ya tapi tetep aja kepikiran. Sampai dia melamun di setiap kesempatan.

"Kamu kok gak fokus gitu. Mikirin apaan?"

"Kata siapa? Nggak, kok Yang. Fokus aku kan selalu di kamu"

Heleh. Gombal.
Ya tapi biar pun begitu Kiara tetep aja senyum senyum gak jelas. Apalagi saat Azka mengacak pelan pucuk rambutnya. Beuh bisa aja nih lanang bikin salting.

"Jadi gimana? Cantik gak?"

Azka yang dimintai pendapat pun melihat. Dia menjauhkan diri melihat secara keseluruhan, gadis yang berbalut dress satin berwarna coral itu secantik seperti biasanya.

"Gak salah emang aku pilih kamu."

"Kenapa?"

"Perfect" sembari mengacungkan kedua ibu jarinya.

Bukan lagi di sebut cantik. Tapi sudah sebegitu sempurnanya di mata Azka. Sampai rasanya kurang pantas jika hanya digambarkan dengan kata cantik.

"Yang, besok kamu dandannya jangan cantik cantik, ya."

Loh!
Kiara mendelik. Mana ada di acara nikahan dandannya biasa aja. Kiara harus all out dong. Apalagi ini nikahannya Silva. Di tambah pastinya Kiara bakalan ketemu sama temen temen dari jaman SMP, SMA, sampai perkuliahan pastinya. Masa iya Kiara gak ada glow up nya. Ya biar kata Kiara sudah cantik dari jaman bocil. Tapi kan ...

*** WHEN I'M WITH U ***Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang