15

41 3 0
                                    

Hufth
Kiara hembuskan nafas lelahnya.

Dia baru saja tiba dirumah. Tapi bukannya masuk kamar, dia malah rebahkan diri di sofa. Mager bangat rasanya naik tangga buat sampe ke kamar. Kenapa sih kamarnya harus di lantai dua? Atau bisa gak sih Kiara merem aja terus pas melek langsung ada di kasur tercinta.

Gak mungkin kan ya?

Iya. Seenggak mungkin itu juga Dion mau di suruh mengambilkan segelas air untuknya.

"Punya tangan kan, Mbak? Kakinya gak patah kan?"

Ya gitu emang pedes bangat mulutnya Dion tuh. Heran deh sama cowok satu ini. "Pas hamil Dion, Mamah ngidam apa sih? Nyebelin bangat deh."

Mamah simpan segelas air mineral di meja. Wanita itu hanya tersenyum sebelum membelai lembut rambut sulungnya.

"Gimana PPLnya? Udah mau selesai ya?"

Kiara mengangguk setelah menandaskan airnya.

"Oh iya, Ra. Reno kemana? Kok udah lama gak keliatan."

"Udah putus, Mah."

Dion yang bersuara. Dia lagi duduk lesehan sambil main playstation. Kalau Papahnya tahu kerjaan Dion cuma main, udah pasti tuh ikat pinggang Papah melayang layang. Maklum. Papahnya Kiara super galak.

Makanya, sebagai gantinya, Kiara yang lempar bantal sofa. Dan tepat mengenai kepala belakang sang adik.

"Ish."

Dion hanya mencebik tanpa berbuat lebih. Dia biarkan Kakaknya. Dan akan dia balas setelah permainannya berakhir.

"Beneran, Ra?" Mamah yang penasaran.

Setidakperduli itu Mamah pada hubungan Kiara dengan Reno. Memang ya. Di rumah ini tidak ada yang mendukung hubungannya dengan Reno. Sampai sampai Mamah saja baru sadar kalau Reno tidak pernah kelihatan lagi batang hidungnya. Padahal sudah hampir 3 bulan loh.

"Gak tau lah, Mah. Aku gak mau bahas." Di jawab dengan lesu

"Ya udah sih, Mbak. Gue bilang juga apa. Cowok kayak Reno ngapain di pertahanin. Buang buang waktu aja. Mending sama anak temennya Papah yang waktu itu tuh. Pilot loh."

Iya. Waktu itu Papahnya sempat mengenalkan Kiara dengan anak temannya. Itu satu usaha untuk menjauhkan Kiara dengan Reno.

Sebenenarnya Orang tua Kiara bukan tidak suka pada Reno. Reno baik kok. Dia orang yang santun pada orang tua. Hanya saja, orang tua mana sih yang tidak ingin anaknya hidup bahagia dan berkecukupan. Jaman sekarang cinta doang gak cukup loh.

"Emangnya kamu kenyang tiap hari makan cinta?" Itu kalimat yang sangat Kiara hafal saat Papah mulai bosan menentang hubungan anaknya dengan lelaki yang dia pikir tidak sepadan dengannya.

Papahnya Kiara itu seorang militer. Sedang Mamahnya seorang guru SD. Yang intinya mereka semua dari keluarga berpendidikan dan berprofesi menjanjikan. Memang ada sih keluarga Kiara yang bekerja di pabrik.  Tapi bukan sebagai buruh rendahan. Serendah rendahnya ya staff suatu perusahaan.

"Lo aja sana yang sama dia."

Idiw. Masa jeruk makan jeruk. "Nggak deh, makasih. Gue masih normal." Dia lebih baik sama Silva. Gak masalah walaupun lebih tua. Daripada sama yang sejenis.

Kiara acuhkan Dion. Dia hadapkan tubuhnya pada sang Mamah. Lalu berkata "Mah. Kenapa sih, Mamah sama Papah gak suka sama Reno? Reno tuh orangnya baik."

"Kalo dia baik, dia gak bakalan bikin lo menderita."

"Bisa diem gak sih mulutnya! Gue stresples juga tuh mulut." Kesel tau. Lagian Dion nyamber mulu kayak petasan.

"Coba aja kalau berani." Dion bahkan menjulurkan lidahnya.

Yang sedang lelah, langsung dong tersulut emosi. Kiara berdiri tapi Mamah cegah. "Mbak. Udah ah. Kok jadi ribut sih. Kamu juga Ion. Jangan ngeledekin Mbaknya kayak gitu ah."

Terpaksa kan Kiara duduk lagi. "Anak mamah yang itu nyebelin bangat sih."

"Nyebelin mana coba sama Reno?"

Tuh kan. Minta bangat di streples emang mulutnya. Ya namanya juga Kakak Adik. Berantem gitu mah wajar lah ya. Itu juga masih mending cewek sama cowok. Kalau cowok sama cowok mungkin udah saling hajar tuh berantemnya.

Sebelum Kiara meradang, Mamah buka suara. Dia genggam jemari lentik putrinya. Dia katakan, "Mbak. Mamah kan udah bilang, Mamah sama Papah bukan gak suka sama Reno. Mamah suka kok. Iya, Reno orangnya baik. Dia sopan. Tapi kamu tau kan, Papah sayang bangat sama kamu. Dia cuma pengen yang terbaik buat masa depan kamu. Kalau sekarang Reno ninggalin kamu dengan alasan restu Papah. Itu artinya Reno gak sebaik itu. Dia gak bisa bertahan sama sikap kerasnya Papah. Dia malah nyerah gitu aja sebelum Papah luluh."

"Tapi Papah gak sedikitpun kasih celah buat Reno, Mah."

Kiara Salah. Padahal, "Justru dengan ngebiarin kamu sama Reno selama ini, itu adalah kesempatan untuk Reno. Tapi kenapa dia sia-siain kesempatan itu?"

"Mah, aku sayang sama Reno."

"Mamah sama Papah lebih sayang sama kamu, Ra. Gak ada yang bisa gantiin kasih sayang orang tua."

Kiara mendesah, "Mamah sama Papah sama aja!"

Langsung deh tuh Kiara anjak dari duduknya. Baginya, membahas soal Reno dengan orangtuanya itu percuma. Mau bagaimana pun Kiara tidak akan bisa menang.

Mungkin jika Reno anak dari keluarga berada beda lagi ceritanya. Gak bakalan tuh ada drama cinta tak di restui seperti ini.

****

"Di retuin kok. Tapi inget, kalau emang kamu serius sama Fisca, kamu harus tunjukkin keseriusan kamu dengan perbuatan. Bukan cuma dengan kata kata."

Itu petuah dari Papahnya Fisca. Untuk Azka yang sedang ikut mainin burung.

Papahnya Fisca punya hobi yang sama dengan Azka, suka main burung dan ikutan lomba lomba gitu, bedanya ya burung milik Papah Fisca lebih mahal dan lebih sering juarai lomba.

Sore itu, Azka sambangi rumah kekasih yang kebetulan orang tuanya ada di rumah. Azka bawakan wingko babat. Oleh oleh sebab kemarin Kakaknya baru saja pulang kampung bersama sang istri.

"Siap, Pih. Gak akan ada lelaki yang lebih serius ke Fisca lebih dari Azka. Di tunggu aja lamaran Azka ya, Pih. Pokoknya kalau ada yang mau lamar anak Papih, tolak aja. Fisca buat Azka aja."

"Kamu nih, kuliah belum lulus, kerjaan belum ada sudah nyarter anak Papih aja."

Gelak tawa memenuhi halaman belakang rumah. Azka amat di terima baik oleh keluarga Fisca.

Fisca dan Azka memang punya latar belakang keluarga yang berbeda. Azka itu Papahnya Aparat Kepolisian dengan Mamahnya merupakan Pegawai Negeri di sekolah. Begitu pun Kakaknya yang profesinya sama dengan Papah istri Kakaknya juga seorang guru TK. Sedang Fisca, Ayahnya punya beberapa mini market yang terserbar di wilayahnya. Mamahnya juga punya klinik kecantikan. Dimana Fisca adalah anak satu satunya.

So, gak ada yang salah dengan keluarga satu sama lain. Mereka sama sama merestui hubungan anaknya meski latar belakang keluarga berbeda.

Istilahnya, boleh lah mereka di kata selevel. Gak kayak Kiara yang kadang Papah suka bilang, "Keluarga Reno sama keluarga kita itu beda"

Menusuk ke relung hati.

Kalau bisa milih, Kiara juga gak mau di lahirkan dari keluarga yang berbeda dengan Reno. Atau mana Kiara tau kalau dia akan jatuh cinta pada Reno yang keadaanya seperti itu. Cinta kan pernah tahu, akan jatuh dimana dan pada siapa.

****

*** WHEN I'M WITH U ***Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang