48

34 5 0
                                    

Mau ketawa. Tapi kasihan. Kiara aja kaget gak karuan. Lagian ngadi ngadi bangat. Udah tahu badan segede raksasa, sok sokan terbang ke ranjang kayu yang sepertinya memang sudah rapuh. Alhasil ranjangnya ambruk. Begitu pun dengan Azka. Dia kesakitan.

"Ra.. tolongin Ra.." merintih Azka betul betul kesakitan.

Tapi gimana, badan Azka 2 kali lipat dari Kiara. Mana kuat dia angkat tubuh itu.

Tiba tiba ketukan pintu terdengar.

"A, kunaon?" Begitu suara yang Kiara dengar.

Buru buru Kiara bediri. Meloncati Azka yang masih nyusruk di dipan ambruk. Gak ada akhlak emang. Main loncat gitu aja.

Kiara buka kunci pintu dan, "Pak maaf. Tolongin suami saya itu dia..." Dah lah Kiara refleks bilang kalau itu suaminya. Karena gak mungkin Kiara bilang pacar. Malu lah, masa sekamar sama pacar.

"Astaga! Kok bisa sampe gini, A?" Sembari dia bantu Azka berdiri. Bapak pemilik penginapan tidak habis pikir. Apa jangan jangan ... "Gak sabaran sih ya? Pasti udau kebelet ini mah." Yang selanjutnya terkekeh.

Heleh. Kiara tahu maksud yang di bilang si Bapak tadi. Cuma ya Kiara diam saja. Azka juga tidak merespon, dia sibuk merintih. Memegangi pinggangnya yang kesakitan. Dipapah oleh pemilik penginapan untuk duduk di sofa yang ada.

"Si tetehnya coba ke ibu di depan. Minta ganti kamar ke sebelah aja."

Ya mau gak mau sih. Soalnya gak mungkin Kiara sama Azka disini. Mau tidur dimana coba? Ya sudah Kiara ikuti intruksi si Bapak. Berjalan menuju depan. Kalau di hotel sih mungkin namanya resepsionis ya. Gak tahu deh kalau disini apa namanya.

"Bu, maaf. Saya mau ganti kamar." Kiara sodorkan kunci kamar yang dia tempati sebelumnya.

"Loh kenapa emang, Teh?"

"Itu, tadi, ranjangnya rusak."

"Ya ampun, yang suara tadi?" Terka si Ibu

Dih gimana ya, malu Kiara jelasinnya. "Iya, Bu. Maaf ya."

"Duh, iya iya gak apa apa. Lagian emang disini dipannya udah lumayan tua. Jadi kalau mau di goyang pelan pelan aja atuh ya. Pan si Aa-na mani gede luhur kitu." Yang selanjutnya terkekeh. Si Ibu hafal dengan postur tubuh lelaki yang datang bersama Kiara.

Tapi kenapa kalimatnya sangat mencurigai Kiara dan Azka sih? Duh. Salah bangat emang pilih nginep disini.

****

"Lagian Mas ngapain sih tadi?! Pake nubruk nubruk gitu ngerusakin perabotan orang, aja!"

Sebentar. Ini Kakang Mas Prabu lagi sakit sebadan badan loh. Kok Ndoro ayu malah marah marah toh. Emang sih, Kiara lagi mijitin pinggangnya Azka. Pakai minyak balur yang tadi di kasih sama Ibu pemilik penginapan. Katanya minyak ini ampuh ngurangin rasa sakit.

Tadinya mau di panggilkan tukang urut. Tapi Azka menolak. Bilangnya sih gak apa apa. Alhasil Azka di beri minyak balur saja.

"Ya, Mas kan capek, Ra. Mau rebahan. Liat kasur rasanya enak gitu. Mana tau bakalan ambruk gitu."

"Tapi kan gara gara itu orang jadi mikir yang aneh aneh, tau."

"Akh.. Ra. Pelan pelan dong, sayang."

Mohon maaf nih. Abisnya Kiara emosi. Pemilik penginapan jadi melirik Kiara dengan tatapan yang... ah tidak bisa di jelaskan. Dah lah, Kiara mau cosplay jadi tembok aja.

"Lagian emangnya kenapa sih? Kan kamu juga tadi bilangnya Mas ini suami kamu. Jadi wajar kalau orang mikirnya kayak gitu."

"Dih, kapan aku bilang gitu?"

"Akh, Ra. Pelan pelan sih."

Wkwkwk antara emosi dan salting sih. Jadi gak sengaja mijetnya kekencengan. "Iya iya, maaf."

"Emangnya kamu kira, Mas budeg. Waktu kamu bilang : Pak tolong suami saya.."

"Mana ada aku ngomong gitu. Itu mah, Mas salah denger kali."

Masa sih?

"Nggak kok. Mas denger jelas tadi. Kamu ngeraguin pendengaran kuping mas yang selebar ini?" Ya kan. Telinganya Azka macem gajah. Lebar. "Coba dong sebut lagi. Mas mau denger."

"Gak ada ya! Mas aja kalah sama Galih yang mau lamar Alfia bulan depan. Ngapain aku sebut sebut Mas suami aku."

Dih.

Azka balikkan badannya. Yang tadinya kepala ada di bantal. Sekarang, kepalanya justru berbantalkan paha Kiara.

"Yang. Kamu mau di lamar sama aku?"

Tiba tiba bangat. Ini Azka mau ngelamar Kiara di sini? Seriusan kayak gini bangat momennya? Gak ada yang lebih romantis apa?

"Kok diem? Mau gak?

"Ya mau lah. Masa nggak" refleks kan jadinya.

Lagian cewek di belahan bumi mana yang gak mau di lamar sama pacarnya? Kecuali kalau dia gak cinta. Ya tapi kan logikanya kalau gak cinta ngapain pacaran. Gitu kan.

"Seriusan mau?"

Merah pipinya Kiara. Ini pertanyaan macam apa sih? "Iyaaa ih." Malu malu Kiara menjawab.

"Walaupun aku cuma punya motor kayak gitu?"

Emangnya kenapa? Gak masalah kan? Yang penting punya kendaraan.

"Walaupun gaji aku cuma 300rb?"

Hmm.. sebentar. Kira kira sebulan 300rb cukup buat apa ya? Ah tapi kan rejeki bisa di cari sama sama.

"Walaupun aku gak punya rumah? Seriusan mau?"

Duh, kok makin kesini makin kesana pertanyaannya.

"Yang. Aku udah pernah bilang sama kamu. Aku mau hidup sama kamu. Tapi aku gak mau nyusahin kamu. Gak mau bikin kamu hidup susah. Aku tahu kamu siapa, gaya hidup kamu, karakter kamu. Makanya nikah sama kamu tuh bukan main main. Gak bisa asal aku ngajak kamu nikah sama kayak Galih ngajak pacarnya nikah. Ya mungkin Galih juga ngajak Alfia nikah ga asal asalan. Tapi kamu tuh beda. Butuh effort yang lebih buat milikin kamu seutuhnya. Dan aku sedang mengusahakan itu. Jadi sabar ya. Walaupun restu Mamah sama Papah itu penting, tapi itu aja gak cukup, Yang."

Panjang lebar Azka jelaskan. Tentang memiliki kamu yang saat ketika bersama kamu, semua serasa sempurna. Tapi untuk memiliki kamu, aku yang punya banyak kekurangan, harus bisa memenuhi itu agar saat bersama kamu segalanya bisa tercukupi. Paham kan?

"Azka."

"Ya."

"Boleh cium gak?"

Tuh kan, Kiara mah gitu seneng bangat macing mancing. Azka kan jadi refleks bangun dari rebahannya.

"Gak boleh!" Serunya tegas.

Yang ada Kiara jadi cemberut seketika.

"Yang boleh itu, aku yang cium kamu!"

Langsung di sambar saat itu juga. Kiara sampai mepet mepet ke tembok.

"Udah ah tidur!" Azka rebahkan diri.

Dih, udah?!

Kok nanggung. Eh..

"Tidur, Ra. Kalau nggak nanti kamu yang Mas bikin gak bisa tidur." Dia pejamkan mata dengan tubuh yang menghadap langit langit.

Ih. Kok Kiara sebel ya. Gak tahu karena apa. Alhasil dia rebahkan diri dan memeluk guling memunggungi Azka.

Azka tarik tubuh itu. Ya setidaknya. Kalau cuma berpelukan dalam tidur, gak apa apa kan? Azka masih kuat kok.

Makanya, sekarang Kiara menjadikan lengan Azka sebagai bantal. Pun menjadikan tubuh itu sebagai gulingnya. Dia peluk erat tubuh Azka. Dalam dekapan itu Kiara tersenyum sendiri. Nyaman ya.

Jadi gini rasanya kalau tidur sama suami. Eeeh.

*****

*** WHEN I'M WITH U ***Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang