Ra, kamu mau sampe kapan diemin aku?
Entah itu sudah pesan yang ke berapa yang Kiara abaikan. Bahkan kehadirannya pun tidak lagi di indahkan.
Buktinya disaat Azka menjemputnya di sekolah, satpam sekolah bilang "Bu Kiaranya udah pulang, Pak. Dia bawa motor hari ini."
Lalu, ketika Azka datangi rumahnya, "Loh, Kiara barusan pergi, Ka. Katanya sih mau main sama temennya."
Tidak pernah bertemu.
Sekalinya di tungguin pulang, tiba tiba "Ka. Kiara gak pulang. Mau nginep katanya di rumah Tantenya."
Apalagi telepon. Sehari mungkin lebih dari 10 kali dia telepon. Tapi ya gitu, nihil.
Kamu sebenernya kenapa sih?
Aku salah apa lagi sama kamu?
Bilang kalau aku ada salah. Biar aku bisa perbaiki.
Jangan kayak anak kecil gini deh.Yang langsung terbaca saat itu juga.
Namun tak lama sebuah pesan pun datang. Dari Kiara. Isinya : Kita putus aja.
"NGACO! Salah apa gue?!"
Mamah sampai tersentak. Untuk tak sampai copot jantungnya. Bungsunya itu memekik membuatnya terkejut.
"Kenapa sih, Dek?! Ngagetin aja!"
Azka duduk di kursi meja makan. Dia sedang makan siang yang terlewat. Pukul 4 sore. Makan sore deh namanya. Ya pokoknya gitu lah. Dimana Mamah sedang memasak untuk makan malam.
"Kiara, Mah. Masa tiba tiba ngajak putus. Aku salah apa coba?" Misuh misuh sendiri.
Mamah tinggal sejenak sayurnya, apinya dia kecilkan.
Pantas Kiara jarang ke rumah. Rupanya mereka sedang ada masalah. Tapi kok bisa bisanya Azka tidak menyadari. Mamah pukul saja kepalanya pakai centong sayur.
"Aaw! Sakit Mah!" Sembari mengusap usap kepalanya sendiri.
"Denger! Cewek gak bakalan ngajak putus kalau cowok gak punya salah. Coba pikir. Kesalahan apa yang udah kamu perbuat? Jangan egois mikir gak punya salah. Justru kesalahan kamu pasti fatal sampai dia gak kasih kamu kesempatan"
Yang mana Bu Rika tahu kalau Kiara sangat mencintai anak bungsunya. Terlihat dari segala perhatian yang gadis itu berikan. Pun tatkala mereka mengobrol. Binar mata yanh Kiara pancarkan mencirikan sekali ketulusan hatinya. Jadi, Bu Rika pikir, gak mungkin kesalahan ada pada gadis manis itu. Pasti anaknya.
Seketika Azka hening.
Ya. Ada. Pasti ada. Dan Azka menyadari itu. Kesalahan yang akhir akhir ini dia buat tanpa Kiara ketahui. Tapi gak mungkin lah Kiara tahu. Tahu dari mana coba? Semenjak lulus kuliah kan Kiara gak pernah keliling ke kotanya kalau bukan sama Azka.
Kecuali kalau ...
"Ah gak mungkin.." Gumamnya sendiri. Dia bahkan menggelengkan kepalanya.
"Gak mungkin apanya? Gak mungkin kamu punya salah? Kalau gitu ya gak mungkin juga si cantik mutusin kamu!"
Di bela gak tuh.
Beda sama waktu Fisca minta putus dulu. Bu Rika no comment. Dan gak nyuruh nyuruh Azka untuk segera datangi kekasihnya.
*****
Oh jadi begini rasanya, saat melihat orang yang kita sayang bersama dengan yang lain. Sakit ya. Sekarang Kiara tahu, bagaimana rasanya menjadi Reno dulu. Kala ia menjalin hubungan dengan lelaki lain. Pasti lebih sakit dari yang Kiara rasakan saat ini. Apalagi Kiara lakukan itu berkali kali. Ternyata menjadi Reno itu sulit. Namun, dengan ikhlas dia menerima kelakuan Kiara yang sungguh tidak terpuji itu.
Tapi mohon maaf, Kiara gak bisa jadi Reno. Gadis itu tidak bisa mentolerir perbuatan yang seperti itu. Secinta apapun dia pada Azka, dia tidak mau perasaanya di permainkan. Apalagi saat lelaki itu bertemu, berduaan, bersama mantan pacarnya. Tolong, siapapun itu, sebelum memulai kisah baru, selesaikanlah dulu kisah lamamu. Jangan kamu sisakan untuk kamu buka kembali di lain waktu. Sebab itu akan sangat menyakitkan untuk orang baru yang bersamamu kini.
Hari itu, Kiara dapat telpon dari Silva.
"Kenapa bestie?"
"Lo masih di sekolah?"
Jam makan siang. Kelas pagi sudah bubar. Tinggal kelas siang yang nanti masuk di pukul 1. Kiara kan itungannya penunggu sekolah. Jadwalnya dari pagi sampai sore.
"Ya udah deh gak jadi, nanti aja ngomongnya kalau lo udah di rumah."
Lah. Kalau begini kan, "Bikin penasaran aja. Apaan sih?"
Niat gak sih ngasih taunya. Kalau begini yang ada Kiara kepikiran. Kasih kabar setengah setengah. Dasae penganten baru.
"Di chat aja deh."
"Aneh"
Yang selanjutnya mereka akhiri obrolan via teleponnya. Beralih pada kotak pesan.
Apaan dah?
Kalimat tanya yang Kiara kirim untuk sang sahabat.
Tak lama kemudian Silva kirim dua gambar. Yang pertama adalah potret dua anak manusia beda jenis kelamin yang duduk berhadapan di dalam cafe. Yang kedua adalah potret dengan orang yang sama berjalan berdampingan di sebuah mall. Dan mereka adalah Azka dan Fisca.
Seketika tubuhnya lemas gemetar. Padahal di baru saja selesai makan siang. Tapi kok malah mendadak pusing ya.
Andaikan bukan Silva yang kirim gambar itu, Kiara gak akan percaya. Dia akan menyangkal dan bahkan mengira itu editan. Tapi ini Silva. Dan istri Bang Aldi itu bilang kalau dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Berikut suaminya, kalau kalau Kiara tak percaya.
Sudah hampir seminggu foto itu Silva simpan. Yang awalnya tidak ingin dia kabarkan. Bahkan dia dan suaminya sampai berdebat. Terkait perbedaan pendapat. Yang akhirnya Silva tak tahan. Meski tak sampai hati. Tapi Kiara harus tahu, atau setidaknya : konfirmasi dulu. Yang Kiara baca pesan terakhir Silva.
Siang itu Kiara jadi kurang semangat. Meski di kelas masih harus tersenyum menghadapi anak anak. Ini lah alasan Kiara tak banyak bicara ketika Azka datang menjemput sepulang mengajar.
"Langsung pulang aja" hanya itu yang Kiara pinta
****
"Pulang aja. Gitu kata Mbak, Mas." Dion si pembawa kabar.
Biasanya ketika sampai di rumah Kiara, Azka akan langsung ngeluyur ke lantai dua. Bahkan tak segan masuk ke kamar gadis itu. Tapi kali ini, ketika kedatangannya di temukan oleh Dion, Azka langsung di tolak. Di usir.
"Maaf ya, Mas. Sebenernya Mas ada masalah apa sih sama Mbak Kiara?"
Dion yang menjelma menjadi monyet Dora. Tadi dia di perintahkan Mbaknya untuk menyampaikan pesan yang barusan Dion katakan untuk Azka, kalau kalau lelaki itu datang. Sebab Kiara tahu, Azka pasti datang begitu Kiara sebut kalimat keramat dalam sebuah hubungan asmara. Dia sudah menduga, dan dia tak mau berjumpa.
"Gak apa apa kok. Ya udah Mas pulang ya."
Betulan pulang.
Kiara lihat dari jendela lantai dua, motor matic retro itu meninggalkan pekarangan rumahnya. Benar benar berakhir. Azka tidak mempertanyakan. Tidak pula memperjuangkan.
Setidakpenting itukah hubungan ini?
*****
MARI KITA AKHIRI
KAMU SEDANG MEMBACA
*** WHEN I'M WITH U ***
RomanceJadi selama ini kita ngapain? Jagain jodoh orang?