56

32 5 0
                                    

Sudah 3 minggu terhitung sejak terakhir kali Azka bertamu. Hari ini Papah kepo, dan bertanya "Azka kemana Ra?" Padahal ini hari minggu. Tapi pemuda itu tidak pernah lagi terlihat batang hidungnya. Atau barangkali kebetulan saja saat Azka bertandang Papah sedang tidak di rumah.

"Sibuk." Singkat, Padat, dan begitulah Kiara menjawab yang kemudian ngeluyur naik ke lantai dua.

Guru honor macem Azka sibuk apa sih? Ya gini gini, Papah tahu lah kerjaan seorang guru. Kan keluarga istrinya rata rata guru semua. Termasuk anak gadisnya tuh. Yang paling sibuk ngajar les privat. Ya tapi kan setidaknya masih ada waktu luang. Kemarin kemarin saja sering kok Azka mangkal di rumahnya. Kenapa sekarang nggak? Kecuali dia punya kerja sampingan.

Sebenarnya sih, Azka masih suka jemput Kiara pulang ngajar. Itu pun kalau sempet. Tapi gak pernah mampir. Cuma jadi tukang ojek doang. Yang nganter sampe depan rumah. Alesannya "Udah sore, Ra." Kalau nggak, "Aku masih ada kerjaan" Atau yang paling sering "Aku mau ke A, B, C" begitu terus sampai Kiara bosen dengan semua alasan itu.

Begitu pun hari ini, jumat ke empat di bulan sepuluh. Setelah Kiara lepaskan helm secara mandiri, tanpa pamit, pun tanpa tersenyum Kiara tangkringkan helm itu di spion motor.

"Ra.."

Gadis itu pun hentikan langkahnya. Berbalik. Namun tak menjawab. Hanya menatap lensa hitam itu dengan tatapan kosong.

"Kamu kenapa?"

"Gak apa apa" Yang kemudian kembali membalikkan badan. Ia lanjutkan langkah kakinya memasuki pekarangan.

Azka yang merasa aneh buru melepas helmnya. Mengejar dan menarik lengan Kiara sampai orangnya kembali berbalik.

"Kamu sakit?" Di pegang pula keningnya. Tidak panas. Suhunya normal.

"Ra.."

Tidak ada jawaban.

"Kamu kenapa sih? Kenapa diemin aku kayak gini? Aku ada salah lagi?"

"Azka. Udah ya. Nanti aja ngomongnya. Aku capek. Kamu sibuk kan? Sana. Udah sore. Kamu pasti banyak kerjaan kan?"

"Ra.."

Yang tidak lagi di tanggapi. Azka di cuekin. Lelaki itu hanya bisa memperhatikan langkah lesu yang menjauh.

Azka gak tahu apa yang membuatnya seperti itu, padahal baru saja semalam mereka berbaikan. Setelah selama empat hari Kiara marah marah gak jelas karena Azka lupa menjemputnya di hari minggu. Ngambek terlamanya Kiara.

Ya lagian siapa juga yang gak ngambek. Ini bukan kali pertama Azka lupa jemput Kiara. Sudah sering terjadi belakangan ini. Hari minggu kemarin Kiara sampai batal les privat di jadwal pertama karena Azka lupa jemput. Parahnya, pas pulangnya, Azka yang bilang bakalan on time jemput, bukan lagi telat. Tapi secara sengaja Azka reject panggilan telepon Kiara saat itu. Tanpa penjelasan. Dan di hari berikutnya dia baru jelaskan kalau dia sedang sibuk. Itu pun konformasinya lewat telepon. Gak seperti biasanya yang kalau Kiara Azka telat angkat telepon dia langsung nongol depan mata. Azka benar benar berubah.

Dia tatap paperbag yang berisikan boneka Rilakkuma yang tergantung di cantelan motor. Padahal sebelum jemput ke sekolah Azka mampir dulu ke toko untuk belikan hadiah sebagai tanda permintaan maafnya.

****

"Buat kamu"

Di sodorkan paperbag yang dia bawa.

"Apa?"

"Buka aja"

Paperbag itu pun di terima. Yang kemudian di lihat isinya. "Rilakkuma? Tumben bangat" Gadis yang menerima pun menaikkan sebelah alis matanya. Memang sih ini kesukaannya. Tapi tetap saja aneh rasanya. Ada apa gerangan?

*** WHEN I'M WITH U ***Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang