60

67 4 0
                                    

Memang benar. Takdir itu sudah di tentukan oleh Tuhan. Tuhan sudah menuliskan jalan cerita setiap insan di dunia dengan begitu apik.

Tentang kapan kita di lahirkan dengan siapa kita bertemu, serta kapan dan dengan cara apa kita meninggalkan dunia ini. Semua sudah tertulis yang tidak bisa kita ganggu gugat.

Namun, memang ada beberapa hal yang bisa kita ubah. Seperti bagaimana cara kita menjalani hidup ini. Sebab hidup adalah pilihan. Kamu bisa memilih jalan hidupmu sendiri dengan konsekuensi yang juga harus kamu terima dan jalani. Begitulah hidup.

Selayaknya hidup Kiara yang dirasa kini bahagia. Berbalut kebaya berwarna hitam, terlihat kontras sekali dengan kulit putihnya. Padahal dia bukan bintang utamanya. Tapi, dimanapun Kiara berada, dia akan menjadi sorotan. Di tambah bibir merah menyala itu selalu tersenyum. Semakin menjadi pusat perhatian kala orang orang melihat perut buncitnya.

"Duh, bumil makin cantik aja deh." Sapa seseorang.

"Ih, bisa bisanya si teteh lagi hamil gede gini pake heels. Gak di omelin sama suaminya emang?" Lagi, seseorang menambahkan.

"Kalo gak pake heels nanti jomplang." Bisiknya dengan canda.

"Ah itu mah, si Aanya aja yang ketinggian."

Tawa pun mengudara. Kiara yang sedang bersapa dengan teman teman suaminya tiba tiba saja di interupsi.

"Eh, ibu ibu ngegosipin apaan nih?"

"Ih, kepo si Aa mah. Pengen tau aja. Rahasia atuh. Ini mah obrolan cewek."

Tangan itu melingkari pinggang yang sekarang sedikit melebar. Sementara tangan satunya mengusap perut buncit dengan lembut sembari berkata, "Neng, kalau udah lahir, jangan suka ngegosip kayak mereka ya. Dosa." Diketahui berdasarkan usg terakhir jenis kelamin bayi dalam kandungan itu adalah perempuan. Maka sejak saat itu yang menjadi oramg tua sepakat menyebutnya Neng.

Langsung saja, tiga orang wanita muda berkebaya tanpa Kiara, menyoraki satu satunya Pria yang berkumpul disana.

"Perhatian, untuk para wisudawan dan wisudawati dimohon untuk menempati kursi yang telah disediakan. Karena sebelum acara di mulai kita akan melakukan gladi terlebih dahulu. Terimakasih."

Begitu pemberitahuan itu berkumandang, maka tiga wanita itu pun pamit. Mereka mendului. Sementara, "Aku kesana dulu ya, Sayang." Kata lelaki yang mengenakan toga.

Tak lupa ia kecup kening sang istri pun mengecup perut buncitnya, sebelum mengatakan, "Titip Mbak Kiara ya, Yon."

"Gak di suruh juga bakalan di jagain." Ketus sekali. Tidak pernah berubah. Namun lelaki itu tidak pernah mempermasalahkan. Dia hafal bagaimana karakter adik iparnya.

Bergegas dia duduk di bangkunya. Dari jarak pandang yang cukup jauh, dia masih bisa melihat dengan jelas sang istri yang duduk di selelah barat. Di lambaikan tangannya. Dadah dadah bak anak kecil.

Gemas.
Lelaki itu suaminya. Bangga sekali Kiara padanya. Begitu pun seorang ibu tua yang duduk disamping Kiara. Yang menggenggam tangan Kiara begitu kuat. Beliau pun bangga dengan pencapaian anak bungsunya itu. Tidak menyangka bisa menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ketika disebutkan namanya dengan nilai IPK tertinggi. Yang dengan gagah berdiri di balik podium menyampaikan sepatah dua patah kata sambutan. Air mata pun tak mau ketinggalan eksis. Rasa haru bahagia berkecimpung dalam dada.

****

Begitu acara selesai..

"Kiara mana?"

"Ke toilet"

"Kok gak di temenin?!" Seruannya agak sedikit membentak.

Dion mencibir. Kakak iparnya ini, semenjak Mbaknya hamil, jadi super lebay. Overprotective. Padahal mah, "Biasa aja kali. Ya kali gue mesti ikut ke toilet cewek."

*** WHEN I'M WITH U ***Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang