Kiara dan Azka ikut makan bareng temen temennya di warung pecel deket gedung futsal. Kiara bilang, "Ya udah ikut aja, Ka. Gak enak sama yang lain." Ya emang gak lama sih. Jam 8 juga mereka sudah selesai. Dan seharusnya Kiara sudah sampai rumah. Tapi apa daya, di tengah jalan mereka kehujanan.
Mereka berteduh di satu toko yang tutup. Karena hujan, jalanan jadi sepi. Di tambah memang jalan yang mereka lalui ini jarang rumah. Hanya toko toko yang kebanyakan sudah tutup.
Kiara basah kuyup karena hujan turun dengan deras tiba tiba. Jangan tanyakan Azka. Dia apalagi. Basah sampai ke dalam dalam kayaknya.
Kiara peluk dirinya demi menghangatkan diri. Duh Azka kan jadi ngerasa bersalah. Lain kali bener nih, mending ngajak keluar Kiara pakai mobil aja deh.
"Sorry bangat ya, Ra. Gue gak nyangka bakalan ujan. Jadi gue gak bawa mantel sama sekali."
"Santai aja kali, Ka. Gue gak apa apa kok"
Tapi nyatanya tidak. Azka lihat tangan Kiara gemetar. Buku buku jemarinya memerah karena kedinginan. Segera Azka raih mereka. Menyembunyikannya dalam genggaman telapak tangan besar Azka. Dia bahkan meniupnya demi mencipta hawa hangat.
Maunya sih kasih pelukan biar hangatnya sekalian. Tapi Azka takut khilap. Kan gak lucu kalau jadinya pulang pagi. Besok senin loh.
Kiara memperhatikan. Dia diperlakukan sebaik itu oleh Azka. Kiara pikir Azka tidak akan perduli karena mereka sama sama kedinginan. Kiara jadi ingat. Dulu Azka pernah menenangkan Kiara yang nervous ga karuan. Apa jangan jangan rasa sukanya muncul sejak saat itu ya?
"Mendingan kan?" Tanya Azka sambil menatap wajah Kiara.
Ah sekarang mereka bertatapan. Sedekat itu membuat Kiara salah tingkah. Wajahnya memerah seketika.
"Astaga Ra, muka lo merah bangat."
Langsung deh tuh telapak besar Azka yang tadinya menggenggam jemari Kiara beralih ke wajah Kiara. Dia tangkup wajah Kiara. Azka kira saking kedinginannya muka Kiara sampai memerah. Itu wajar untuk seseorang yang berkulit putih.
Tapi tahukah Azka. Wajah Kiara memerah bukan cuma karena kedinginan. Tapi itu karena perlakuan Azka. Hingga Kiara hanya bisa mematung tanpa kata.
"Muka lo kecil bangat, Ra."
"Huh.." tidak ada ungkapan lebih. Fokus Kiara tak tahu ada dimana.
Sedang Azka jadi memperhatikan wajah Kiara. Akibat dia tangkup pipi itu, bibir merah cherry milik Kiara jadi terlalu eksis. Sampai Azka berpikir semanis apa rasanya. Ya ampun. Kalau ada orang lewat pasti dikiranya Azka mau cium Kiara tuh. Makanya dia cepat cepat lepaskan tangannya dari wajah mungil itu.
Tepat bersamaan dengan itu, ponsel Kiara berdering.
"Lupa jalan pulang lo, Mbak? Apa gak inget kalau punya rumah?"
Karena sepi kalimat seseorang di seberang sana sampai terdengar oleh telinga lebar Azka.
"Disini ujan, Yon. Ini Mbak juga udah jalan pulang. Sebentar lagi juga nyampe."
"Langsung pulang loh. Jangan nyasar." Di putus sambungan telponnya.
Huh. Punya adek rese ya gitu. Padahal apa susahnya sih bilang 'Mbak dimana? Kok belum pulang?' Tapi Dion beda. Gak pernah tuh ada manis manisnya sama Mbak sendiri.
"Udah di cariin ya sama orang rumah?"
"Iya tadi adek gue yang telpon. Kayak gitu deh bahasanya."
Azka terkekeh, lalu berkata, "Adek lo serem ya."
"Emang. Mulutnya nyinyir bangat cowok cowok, juga. Kadang gue juga sebel."
"Tapi dia perhatian loh sama Mbaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
*** WHEN I'M WITH U ***
RomanceJadi selama ini kita ngapain? Jagain jodoh orang?