Tolong jangan salahkan Silva. Disini yang salah itu Azka. Karena sudah bermain api tanpa sengaja. Silva hanya sebagai perantara. Walau akhirnya Kiara yang terbakar. Dan yang Azka salahkan adalah Galih.
Ya. Orang pertama yang Azka cari. Tepat di depan mata kekasihnya, Azka tinju wajah tampan itu.
PLAK!!
Suara tamparan pun mengudara. Mendarat di pipi Azka.
"APA APAAN SIH?! Gila lo ya dateng dateng mukulin orang!"
Mohon maaf. Alfia tidak terima kalau calon suaminya di perlakukan seperti itu tanpa sebab.
Galih membuang liur yang bercampur darah. Sudut bibirnya sampai robek. Dia berdiri di bantu Alfia.
"Bukan urusan lo! Urusan gue sama dia!"
Maka Alfia pun di minta Galih untuk mundur. Gadis itu pun akhirnya berdiri beberapa langkah di belakang kekasihnya setelah sebelumnya sempat menolak. Bersama orang orang di tempat futsal yang hanya bisa menonton sebab Galih pun meminta agar mereka tak iut campur.
Di tarik kerah baju Galih oleh Azka, yang orangnya langsung berkata, "Lo kan! Lo kan yang bilang sama Kiara kalau gue ketemu sama Fisca! Pasti Lo orangnya!" Berapi api. Matanya merah. Dengan nafas yang menggebu. Azka benar benar ada pada mode amarah tertinggi.
Galih sentak tubuh Azka sekuat tenaga demi melepaskan cengkraman tangan lelaki itu dari kerahnya.
"BUKAN GUE ANJING!"
"KALAU BUKAN LO, SIAPA ANJING?! CUMA LO YANG TAU!"
Mereka saling menarik kerah. Hampir saja terjadi adu jotos kembali andai saja orang orang disana tak memisahkan mereka.
Azka masih berontak. Sembari berseru "GARA GARA LO GUE PUTUS SAMA KIARA!!" Ingin sekali memberi pukulan untuk sahabatanya itu. Ah tidak. Sekarang Azka tidak akan menganggap Galih sebagai sahabat lagi. Cukup sampai disini.
"BUKAN GUE, BANGSAT! GAK PERCAYA BANGAT LO SAMA GUE! Lagian kalau lo putus sama dia semua itu salah lo, Nyet!" Balas Galih. Dia lebih kalem. Tidak berniat memukul. Hanya saja harga dirinya terluka. Dia tidak merasa membocorkan rahasia. Tapi tiba tiba di cap pengkhianat.
Azka terdiam seketika.
Salahnya.
Iya. Semua itu salahnya.
Dia menyadari kesalahannya. Bahkan sudah memastikan. Tidak lagi menduga, alasan Kiara meminta putus.
Padahal Galih sudah memperingatkan. Berulang kali sudah Galih katakan, untuk berhati hati pada Fisca. Galih punya firasat buruk tentang Fisca yang ingin menghancurkan hubungan Azka dan Kiara. Tapi Azka menolak gagasan itu. Dia bilang, "Gak usah drama. Gue sama Fisca temenan doang."
Mana ada sih mantan yang jadi teman. Ya kalau pun ada paling 1:100. Logikanya gini ya, cewek sama cowok aja, susah bangat buat pure temenan. Lah ini temenan sama mantan. Curhat sama mantan. Apa gak salah?
Ya jelas salah.
*****
Lalu, salah tidak? Jika Kiara tak mau bertemu dengan Azka. 10 bulan waktu yang mereka lalui bersama haruskah selesai begitu saja? Hanya karena sebuah foto yang belum terkonfirmasi dengan yang terkait.
Tapi dia. Orang yang Kiara harapkan, tidak pernah kembali datang. Tidak pula memperjuangkan.
Kiara sudah tahu bagaimana rasanya tidak di perjuangkan. Jadi Kiara tidak mau mempertahankan jika dia pun tak mau bertahan.
Akhirnya, terulang kembali. Perasaan sakit yang pernah Kiara rasakan dulu. Bedanya, ini tak sesakit yang pertama. Sebab Kiara sudah tahu rasanya.
"Pah, maafin Azka. Azka gak bisa lanjut sama Kiara. Maaf kalau Azka mengecewakan. Maaf kalau Azka sudah menyakiti anak Papah. Sejujurnya Azka juga gak mau berakhir begini. Tapi Azka gak bisa terus terusan nyakitin Kiara. Karena Azka tahu, kertas yang udah di remas, gak bakalan bisa balik rapi seperti semula."
Itulah kalimat yang Azka katakan pada Papah Kiara. Baginya, ketika dia meminta ijin secara baik baik untuk mengencani putrinya, maka dia pun harus mengembalikan secara santun pada pemiliknya.
Di pinjam
Anak gadisnya sudah ia pinjamkan pada orang yang salah. Entah benar atau tidak. Papah pun kecewa. Lelaki ini sudah membuat luka di hati. Ketika beliau menggantungkan harapan dan kepercayaan pada lelaki itu.
Biarlah Dion yang sudah membuat luka fisik di sekujur tubuh Azka. Anggap itu sebagai imbalan atas perlakuannya pada sang putri.
"Jangan kembali lagi!" Sebab Papah sudah tak sudi menerima. Satu kalimat yang hanya Papah ucapkan mengakhiri semuanya.
Sekali lagi, Azka serukan kata maaf. Meski dia sudah di tinggalkan pergi oleh pria paruh baya itu.
****
Tidak ada kata galau untuk kali ini. Tidak ada air mata yang menetes di pipi. Kisah Kiara dan Azka benar benar berakhir. Kisah mereka begitu singkat, yang mana hanya sekedar hadir. Bukan menjadi takdir.
Memang tidak ada yang pernah tahu, tentang kelahiran, kematian, dan juga jodoh. Semua sudah diatur sedemikian apik oleh Tuhan.
Sebagimana Azka yang di awal tahun berikutnya menikah dengan Fisca.
Kiara dapat kabar itu dari postingan teman kuliahnya yang hadir di acara pernikahan mereka.
"Lo gak apa apa?" Dari Silva untuk Kiara.
"Kenapa?"
Hari ini Silva sengaja ajak Kiara jalan jalan. Alesannya sih pengen makan ayam crispy bareng bestie. By the way Silva lagi ngidam. Jadi mau gak mau Kiara turuti, di setelah pulang ngajar Les. Kiara jemput bumil di rumahnya.
Padahal aslinya Silva cuma mau bikin Kiara sibuk dan lupa waktu, supaya gak lihat postingan ngeri yang wara wiri. Tentang wedding mantan hari ini.
Tapi Silva lupa, bahwa grup chat PLP yang terkadang aktif saat saat tertentu itu tiba tiba muncul notifikasi. Sebuah foto dari July. Dia pamer foto sama pengantin. Yang tidak lama dia hapus ketika Silva japri : Jul, please deh. Ada Kiara disini.
Mohon maaf. July lupa, dia hanya excited sebab temannya ada yang menikah. Padahal sebelumnya July yang berkondang bersama Hana bergosip menyayangkan kandasnya hubungan Kiara dan Azka.
Namun sayang, foto itu sudah Kiara lihat. Jadilah July merasa bersalah. Dia cuma bisa mengutarakan kata maafnya pada Silva. Itu pun lewat chat.
"It's Okay. Ayamnya enak."
Tapi mata kan gak pernah bohong. Silva tahu Kiara sedang tidak baik baik saja. Tatapan itu kosong. Terasa hampanya.
Tapi entah kenapa, mata itu terasa kering. Dia tidak mau mengeluarkan cairan bening. Kiara tidak bisa menangis. Padahal hatinya sakit.
Harusnya Kiara bukan sih yang ada disana. Yang di dandani bak ratu sehari. Berdampingan dengan lelaki berjas silver itu. Menggenggam erat tangannya duduk di pelaminan, menuju bahtera rumah tangga.
Harusnya jari Kiara bukan sih, yang di sematkan cincin emas sebagai tanda pengikat sehidup semati dalam jalinan yang sakral. Menjalani kehidupan berdua sebagai sepasang suami istri.
Bukannya seharusnya Kiara?
Kiara terkekeh pelan di sela aktifitas makannya.
"Lucu ya. Dia nikah sama mantannya. Dari awal gue udah duga, dia itu masih punya rasa sama mantannya."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
*** WHEN I'M WITH U ***
RomanceJadi selama ini kita ngapain? Jagain jodoh orang?