Berat langkah kaki Reno meninggalkan Kiara sendiri. Seberat dirinya meninggalkan semua kenangan yang pernah dia lalui bersama perempuan itu.
Dalam hidup, ini pertama kalinya Reno menangis. Dan itu karena Kiara. Seseorang yang sudah bersamanya dari jaman putih biru, meski berawal karena ponsel dan uang 500ribu.
Reno sayang sama Kiara. Sangat. Tapi Reno sadar, dia bukan yang terbaik untuk Kiara. Memang seharusnya bukan Kiara. Tapi Reno memaksakan diri untuk mendapatkan Kiara. Memang seharusnya Kiara tidak perlu mengenalkannya pada keluarga. Tapi Reno memaksakan diri ingin di terima.
Reno ingat. Saat pertama kali datang ke rumah Kiara. Mata Mamahnya tidak berkedip memandangi Reno dari ujung kaki ke ujung kepala. Apalagi waktu Dion bilang "Handphone sama motor mahalan handphone tuh kayaknya." Terngiang ngiang sekali di ingatan.
Iya. Reno tahu kok. Waktu itu Reno pakai motor bebek milik Bapaknya. Motor keluaran tahun 2000an awal. Yang orang bilang motor jadul. Sedangkan handphonenya keluaran terbaru yang dia dapatkan dari taruhan.
Dan saat Reno pertama kali bertemu dengan Papah Kiara. Reno tidak percaya diri ketika di tanya "Bapak kamu kerja apa?"
Karena Reno tidak mau berbohong demi alasan apapun maka dia katakan bahwa "Bapak saya buruh tani. Kalau malam jadi tukang parkir jalanan, Pak."
Tidak ada yang berubah saat itu. Papah Kiara masih tetap ramah menawarkan makanan. Hingga Reno merasa nyaman mengobrol dengan pria tinggi besar itu.
Tapi siapa sangka, karena di pertemuan berikutnya, ketika Reno ketukan pintu rumah itu, "Siang Pak. Saya mau jemput Kiara."
Papahnya Kiara yang menyapa di balik pintu.
"Oh, Reno, ya? Kiaranya barusan pergi sama temen cowoknya. Katanya mau nonton di bioskop"
Padahal sebelum berangkat Reno telpon pacarnya itu. Mereka udah janjian mau makan bakso. Tapi kok malah pergi ke bioskop. Parahnya sama temen cowok.
"Oh, Kalau gitu saya permisi, Pak."
Tanpa di persilahkan masuk Reno langsung di persilahkan pergi.
Reno pandangi jendela kamar Kiara dari luar. Niatnya mau kirim pesan. Tapi dia lebih dulu baca pesan Kiara yang berisi : Ren, maaf. Kayaknya kita gak bisa pergi hari ini. Aku gak di bolehin pergi sama papah. Aku bahkan di kunciin di kamar.
Lansung membesar pupil matanya. Kenapa Papah Kiara berbohong?
Detik itu juga Reno pencet tombol dial di layar.
"Aku di depan gerbang rumah kamu." Begitu kata Reno ketika teleponnya terhubung.
Kiara yang sedang menangis dalam baringnya bergegas menuju jendela kamar. Dia buka jendela besarnya. Dan benar. Seseorang melambai dengan senyuman di luar sana.
"Jangan nangis. Nanti aku kesini lagi."
"Sebulan lagi?" Rengek Kiara.
Ya mau bagaimana lagi, Reno gak bisa tiap minggu datangi Kiara. Jarak tempat tinggal setelah mereka berseragam putih abu menjadi jauh.
"Sabar. Nabung kangen dulu. Biar pas di ketemu jadi makin sayang."
Ada kekehan yang Reno dengar lewat ponselnya. Ada senyum yang mulai merekah yang Reno lihat dari kejauhan.
"Aku pulang ya. Aku seneng bisa lihat kamu."
Sesulit itu bertemu Kiara di awal awal. Tapi karena kegigihannya dan berkat paksaan Kiara, Papahnya mulai melunak.
"Pah, kita sama sama manusia. Tuhan gak mandang derajat kita di dunia. Tuhan gak pandang kekayaan manusia. Tuhan cuma lihat kekayaan hati. Reno orangnya baik, Pah."
KAMU SEDANG MEMBACA
*** WHEN I'M WITH U ***
RomanceJadi selama ini kita ngapain? Jagain jodoh orang?