59

35 6 1
                                    

"Bikinin kopi buat tamunya Papah gih."

"Aku?"

Ya siapa lagi. Yang ada di ruang keluarga kan cuma Kiara. Bahkan di rumah ini anak Mamah cuma sisa Kiara. Sebab selama dua tahun terakhir, Dion sudah tinggal di asrama. Dia sudah menjadi taruna akmil sebagai calon perwira. Melanjutkan profesi sang Papah. Yang hanya pulang di waktu waktu tertentu.

"Kenapa gak Mamah aja sih?"

Mohon maaf. Bukan Kiara lancang menolak perintah Mamah. Tapi masalahnya Kiara sedang sibuk menyusun tesis. Gadis itu pun sudah menjadi mahasiswa pascasarjana di salahsatu universitas swasta di kota kembang. Kiara tidak jadi melanjutkan studynya di luar negeri, sebab enggan meninggalkan pekerjaannya.

Bukan sayang uangnya. Sekali lagi, itu bukan tujuan Kiara. Tapi Kiara sudah merasa sayang dengan anak anak di sekolah. Meski nantinya dia kembali lagi. Dia pasti akan merindukan masa masa dia mengajar di kelas. Mendengar celotehan mereka. Keluhannya tentang Matematika yang bikin pusing. Serta segala tingkah dan kelakuan mereka. Mana bisa Kiara tinggalkan yang seperti itu.

"Papah yang minta."

Kiara berdecak sebal. Dia tahu nih, kalau Papah sudah meminta Kiara buatkan kopi untuk tamunya, pasti tidak lain dan tidak bukan tamunya itu adalah orang orang yang ingin Papah kenalkan pada Kiara.

"Males bangat deh." Gumamnya.

Mamah tersenyum sembari geleng geleng kepala.

Entah sudah berapa kali. Mulai dari pilot yang waktu itu sempat di tawarkan, sampai terakhir dokter bedah yang datang ke rumah. Tidak ketinggalan pula para anak komandan dan jendral. Ah Kiara capek. Usianya baru 25. Tapi selalu di cecar untuk menikah.

Emangnya salah ya kalau Kiara belum ingin menikah?

Tidak. Tidak masalah bagi Papah. Tapi Mamah khawatir, sebab setelah putus dengan Azka Kiara jadi tidak pernah dekat dengan lelaki mana pun. Membuat Mamah khawatir. Apa Kiara trauma di tinggalkan?

Nggak mau dong Mamah kalau anak gadisnya melajang sampai tua. Bisa gak tenang hidupnya. Di saat teman temannya sudah banyak yang menimang cucu, Mamah masih setia menerima pertanyaan "Kapan hajatan, Bu?"

"Udah cepet sana. Daripada Papah Marah."

Maka dengan langkah malas malasan Kiara menuju dapur. Membuatkan kopi sesuai dengan permintan paduka raja.

Apa Kiara tambahkan garam saja ya? Untuk tamu Papah kali ini. Biar sekalian kapok gak usah datang lagi. Kiara malas meladeni.

****

Tidak asing di pendengaran. Suara ini, seperti Kiara kenal. Dengan secangkir kopi di nampan dia mendekat. Berjalan menuju ruang tamu dimana suara yang satunya adalah milik Papah dan juga suara yang tak asing bagi Kiara, berada.

Detik dimana Kiara melihatnya.

"Reno?"

Kiara tertegun. Sedang Yang disebut namanya tersenyum.

Ya. Dia. Reno. Pacar pertama sekaligus cinta pertamanya.

Setelah dua tahun terakhir tak bertemu. Sebab pertemuan kembali mereka hanyalah saat di pesta pernikahan Silva. Berikut acara mengobrolnya. Hanya saat malam itu saja. Tidak lagi Kiara dapatkan pesan apalagi telepon dari Reno. Kiara pun tidak pernah terpikiran barang sedetik pun tentangnya.

Tapi hari ini, di senja menjelang malam, dua pasang bola mata itu bertemu kembali.

"Ada tamu nih, Ra. Mau ketemu kamu katanya."

Sebentar.

Otak Kiara loading agak lama nih. Pemandangan macam apa ini?

Papah sama Reno satu tempat. Kok bisa? Bukannya Papah itu ..

*** WHEN I'M WITH U ***Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang