PART 16 || Cerita Papa dan si masa lalu

2.1K 197 2
                                    

HAPPY READING ALL!

_________________,,,,,__________________
_________

Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏

"ASSALAMU'ALAIKUM, MAMAAA!!! MAY, PULANGGGG." Teriak Maya dari luar pintu sampai ia membuka pintu.

"Wa'alaikumussalam," Jawab Jela–Mama Maya. "Jangan teriak-teriak, kamu! Berisik!" Protes Jela pada Maya.

"Ya Allah, mah, suara Maya pelan, lho, tadi." Ucap Maya sembari menghela napasnya.

"Pelan kamu bilang?!" Jela sedikit menaikan suaranya. "Kamu teriak sampe kedenger ke belakang rumah, Mayaaa. Terus kamu bilang itu pelan?" Jela bertanya tidak percaya.

"Ya ... Itu masih pelan kalau disamain sama suara emas, mah, Ma." Balas Maya sambil terkekeh.

Jela menggerutu.

"Nih, Ma, Maya bawa siapa." Ucap Maya pada Jela.

Jela langsung menoleh ke samping Maya. Melihat siapa yang datang bersama putrinya itu.

"Rasya!" Serunya senang.

"Tanteeee." Balas Rasya antusias. Mereka berpelukan seperti anak kecil bertemu dengan temannya.

Jela melepas pelukannya. "Kamu kemana aja? Udah lama, gak main ke sini."

"Hehe, aku ada, kok, Tan, tapi lagi gak mau kemana-mana, lagi maunya di rumah aja terus. Kayak mager buat kemana-mana, tuh,"

"Ihhh, anak cewe gak boleh mager-mageran, tau, nanti dikatain kebluk! (malas)" Rasya hanya tersenyum kikuk.

"Yaudah, ayo ke dalem!" Ajak Jela.

Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah.

"Gue mau ke kamar bentar, ya, Sya." Kata Maya. Rasya mengangguk. "Sono!" Usirnya.

Maya pun pergi ke kamarnya. Rasya menunggunya di ruang tengah. Sedangkan Jela, Ibu 1 anak itu pergi ke dapur.

"Eh, ada Rasya."

Rasya menoleh ke arah sumber suara, ternyata ada Teguh disana. Pria paruh baya berperawakan sedang–dia Papanya Maya.

"Eh, Om?" Rasya bangkit dari duduknya. Kemudian menghampiri Teguh. Ia mencium tangan pria paruh baya itu–salam.
"Gimana kabar, Om? Sehat 'kan?" Tanya Rasya basa-basi.

"Alhamdulillah, Om, sehat. Kamu gimana?"

"Alhamdulillah, Rasya juga sehat, Om." Balas Rasya.

"Yaudah, ayok duduk lagi." Ajak Teguh pada Rasya. Rasya mengangguk, mereka kembali duduk di kursi ruang tengah.

"Ngomong-ngomong, Papa kamu masih suka keluar kota, Sya?" Tanya Teguh memecah keheningan.

"Masih, Om." Jawab Rasya. "Malah minggu-minggu ini Papa sering banget pergi dinas keluar kota." Sambungnya.

Teguh mangut-mangut, lalu ia berucap lagi. "Kasih tau Papa kamu, jangan terlalu memporsir tubuhnya, ingetin kalau tubuhnya itu udah enggak sekuat dulu." Kata Teguh.

"Iya, Om, Rasya juga suka ngingetin, malah kadang juga Rasya suka ngelarang soalnya keluar kota mulu. Tapi, yah, Papa nya gitu, suka ngeyel."

Teguh terkekeh, "Papa kamu emang dari muda susah dikasih tau, kamu sabar-sabar aja, yah?" Rasya memberi anggukannya.

"Lagi ngomongin apa, sih?" Jela tiba-tiba datang sambil membawa nampan berisi air minum.

"Biasa, lagi ngomongin si Baqi yang susah dikasih tau." Jawab Teguh.

Albarasya || Lee Jeno √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang