HAPPY READING ALL!
_________________,,,,,__________________
_________Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏
.
.
.Entah apa yang membuat Albar memberanikan diri untuk menemui Rasya. Mungkin 'kan ada jin yang masuk kedalam tubuhnya? Karena saat ini laki-laki itu sudah berada didepan pintu rumah Rasya dengan menenteng sebuah tas kertas. Apakah dia benar akan membuat Rasya luluh? Tetapi sebenarnya Rasya itu tidak marah kepada Albar. Karena untuk apa marah jika kenyatannya juga Albar bukan siapa-siapa nya. Rasya hanya kecewa, tetapi sudah sangat dalam kecewanya.
Tok tok tok!
Ia benar-benar memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah itu. Albar benar-benar mengharapkan Rasya membuka pintu tersebut. Terlihat dari tatapan matanya yang penuh permohonan pada kayu kotak datar itu. Padahal jika dipikir dengan otak sehat, Rasya mungkin sudah tidak mau bertemu dengannya lagi. Albar sudah benar-benar mempermainkan Rasya. Mempermainkan perasaan gadis itu.
Tapi keberuntungan seperti sedang berpihak pada Albar. Rasya membuka pintunya dengan wajah yang berbinar-binar. Namun, wajah binar itu tiba-tiba saja luntur saat Rasya melakukan eye contact dengan Albar.
Seperti ada yang tidak sesuai dari tatapan gadis itu kepada Albar yang kini berdiri di depannya. Mungkin 'kah Albar memang tidak diharapkan untuk datang? Atau memang kenyataan nya Rasya tidak ingin melihat wajah laki-laki itu. Jadi, pilihan hanya ada dua yang tertancap di otak Albar sekarang, yaitu, dia terpaksa atau bukan Albar yang ditunggu.
"Ngapain, Albar?" Tanya Rasya tanpa basa-basi.
"Gue bawain makanan buat, lo," Albar menyodorkan tas kertas yang entah isi apa itu.
"Tumben?" Rasya menautkan satu alis. Benar-benar tidak ada debaran jantung yang berlebihan bagi Rasya sendiri. Tidak tau dengan Albar.
"Gue, gak sengaja lewat sini, dan gue inisiatif bawain makanan buat, lo," Jelas Albar. Entah sejak kapan Albar pintar bicara seperti ini, Rasya benar-benar merasa aneh. Orang-orang yang dulu dan sekarang seperti orang-orang yang berbeda. Dan itu membuat dirinya seperti gadis bodoh yang tidak mengerti apa-apa. Apalagi dengan rotasi sifat manusia seperti ini. Kadang baik, kemudian buruk. Kadang bersikap manis, kemudian sangat dingin. Maunya apasih?! Tapi kenyataan semua manusia seperti itu. Tidak ada yang bisa mengelak.
"Tumben, lo, kayak gini. Lo, gak kesambet?"
Jujur Albar gelagapan. Tapi sesuai dengan rancangan pertemuan yang sudah ia persiapan sedemikian rupa. Albar di list tidak boleh menjadi orang yang kaku apalagi tidak berbicara. Karena bisa-bisa nanti malah akan terjadi ketidakjelasan.
"Mau aja, kenapa?" Balas laki-laki itu santai seolah tidak ada yang terheran-heran dengan sikap nya saat ini.
"Gak usah kayak gini lagi." Ujar Rasya memberi tahu.
Albar langsung merapatkan bibirnya rapat-rapat.
"Jujur gue kira Bagus yang tadi ngetuk pintu, karena dia tadi bilang mau kesini."
Mendengar itu, dada Albar tiba-tiba merasa telah dilempar balok besar. Sakit, dan terkikis.
"Sya," Panggil Albar.
"Iya?"
Albar menarik napas kemudian menghembuskan nya kembali.
"Please give me a chance," Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Albarasya || Lee Jeno √
Teen Fiction"Suka sama, lo, emang nyakitin, ya?" ________________________________________ ALBARASYA, sesuai dengan judulnya, kisah ini mengisahkan dua insan yaitu Albar dan Rasya. Yang melewati masa remaja madya dengan penuh suka dan cita. Sahabat, teman, dan o...