PART 4 || Laboratorium

3.4K 353 13
                                    

HAPPY READING ALL!

_________________,,,,,__________________
_________

Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏

Albar menatap fokus ke papan tulis yang dipenuhi dengan rumus matematika. Pak Joni tidak henti-hentinya berceloteh menerangkan cara kerja rumus itu dengan otak encernya.

Namun, untuk murid yang lain bukan malah mengerti. Mereka malah serasa ingin muntah mendengar ucapan Pak Joni yang sangat cepat. Mereka tidak mengerti apa yang Pak Joni katakan, namun Pak Joni tetap saja melakukan aksi tanpa menatap kedepan.

Aldi dan Wawan sudah mulas mendengar celotehan Pak Joni, mereka ingin sekali menidurkan kepala mereka diatas meja atau pergi ke toilet. Tapi keinginan itu hanyalah akan menjadi keinginan, Pak Joni tidak akan pernah mengampuni anak didiknya yang tidur dikelas, ia juga tidak akan mengijinkan anak didiknya keluar kelas saat dijam pelajarannya, walaupun dengan alasan ingin buang air sekalipun.

Pak Joni yang betubuh pendek dan gendut tapi tidak pernah insecure itu, selalu bisa membuat anak-anaknya tunduk kepadanya.

Bagaimana tidak bisa tunduk, Pak Joni selalu mengancam anak-anaknya itu dengan pulpen merahnya. Dan jika sudah berurusan dengan pulpen merahnya itu, dia akan memberi nilai 5 pada murid didiknya, bahkan didalam buku rapor sekalipun.

Dia memang sangat tega kepada anak-anaknya. Karena dia ingin anak-anaknya disiplin dan belajar dengan sungguh-sungguh. Sampai ia juga pernah berkata demikian.

Kalian itu harus belajar dengan rajin, tekun, dan sungguh-sungguh! Karena, emak-bapak kalian itu ngeluarin uang banyak buat kalian sekolah. Kalian tidak boleh mengecewakan mereka dengan hanya membuang-buang uang berkedok ingin sekolah! Ingat, uang itu susah dicari. Mereka rela kerja banting tulang buat ngejamin hidup kalian. Kalian harus mikir sampe sana kalau kalian ingin berfoya-foya dan bermanja-manja didunia ini!

Kata-kata itu Pak Joni sampaikan saat ia menjadi pembina upacara beberapa waktu kebelakang. Ia merupakan sosok seorang guru yang tegas. Dari perkataannya saja ia bisa membuat semua orang diam dan merenung.

"Ini Pak Joni kapan kelarnya sih?" bisik Wawan pada Boden.

"Sejam lagi." balas Boden. Ia masih memperhatikan Pak Joni, tanpa menoleh ke arah Wawan.

"What?!" pekik Wawan namun ia tahan, "masih lama, dong, njir?" kesalnya.

"Gue bukan, njir!" koreksi Boden.

"Yah serah lu, dah!"

"Wawan!" sentak Pak Joni saat melihat interaksi Wawan.

Cowo itu langsung gelagapan, salang tingkah, kemudian memberanikan diri menatap Pak Joni, "I-iya, Pak?"

"Berdiri kamu, kerjakan soal ini." perintah Pak Joni sambil menunjuk soal yang sudah ada di papan tulis.

"T-tapi, Pak," ucapnya terbata-bata.

"Cepat!" Wawan meneguk salivanya susah payah, ia tercekat dengan sorot mata Pak Joni yang menajam ke arahnya.

Kemudian dengan takut dan terpaksa dirinya beranjak dari duduknya, melangkah ke depan.

"Kerjakan!" Pak Joni memberikan spidolnya kepada Wawan, ia menerimanya dengan tangan yang gemetar.

Albarasya || Lee Jeno √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang