PART 52 || Sepertinya memang dia

1.7K 184 7
                                    

HAPPY READING ALL!

________________,,,,,__________________
_________

Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏

.
.
.

Setelah beberapa kali Albar melihat Rasya, gadis itu tetap tidak sadarkan diri. Walaupun kini sudah dipindahkan ke ruang rawat, Albar tetap tidak bisa tenang. Sendari tadi dirinya memandangi wajah cantik dengan mata tertutup itu sendu. Yang biasanya ceria, aktif, dan banyak berbicara, kini hanya diam dengan mata yang tertutup dan lengan yang dipasangkan alat infus. Albar merasa hancur, ia ternyata memang tidak bisa menjaga seseorang yang dia cintai. Tidak bisa!

"Tidurnya jangan lama-lama, ya?" Tangannya mengelus puncak kepala Rasya dengan hati-hati dan penuh kelembutan.

*****

Ceklek!

Pintu kamar terbuka. Maya masuk ke dalam ruangan dengan tubuh yang lebih segar dan baju yang sudah berganti. Ini tidak terlalu malam, waktu baru saja menunjukkan pukul delapan lewat. Tetapi pemandangan yang Maya lihat kali ini seperti mimpi. Mimpi yang benar-benar hanya akan terjadi dalam mimpi.

Kemudian Maya berjalan mendekati tempat dimana Rasya berbaring. Mungkin gadis itu belum siuman?
Lalu, Maya mendekati seseorang yang tengah tertidur di samping Rasya sambil memegang lengan tak bertenaga gadis itu. Maya membuat sedikit guratan di bibirnya.

Baru kali ini, baru kali ini Maya melihat seorang Albar yang berbeda. Albar yang dingin dengan lidah tajamnya, kali ini tidak Maya temukan pada laki-laki itu. Dari wajah tampan yang tertidur tenang itu, Maya hanya bisa melihat jika laki-laki itu lelah. Sudah itu saja. Namun sialnya, mungkin kekhawatiran juga menyelimuti nya, karena laki-laki itu tetap memegang tangan sahabatnya.

Maya pun mengurungkan niatnya untuk mencoba membangunkan laki-laki itu. Maya malah memilih untuk berbalik arah dan menunggu Rasya diluar saja. Sampai pada akhirnya Maya keluar dari ruangan tersebut dan saat diluar gadis itu bertemu dengan Boden, Aldi, dan Wawan yang sedang heboh menenteng satu kantong kresek yang Aldi dan Wawan perebutkan.

"Gue yang bawa!"

"Gue lah, kan gue yang beli."

"Tapi itu 'kan hasil patungan, dan yang paling banyak ngeluarin uang ya gue!" Tandas Aldi pada Wawan.

"Tapi disini juga ada duit gue ya kalau lo lupa, jadi jangan asal, lo." Peringat Wawan.

Maya yang merasa muak langsung membuka suaranya. "Kenapa sih, lo, berdua? Heran dimana-mana ribut mulu."

Aldi dan Wawan saling membuang muka satu sama lain.
"Dan ... Kok kamu tau aku ada disini?" Maya mengalihkan atensinya pada Boden yang memasang wajah sedikit dingin.

"Kamu 'kok, gak ngasih tau aku kalau Rasya ngedadak masuk rumah sakit?" Tanya Boden balik.

Maya hendak menjawab tetap tersela oleh Boden yang meneruskan bicaranya. "Aku tau kamu disini karena tadi aku ke rumah, dan Mama ngasih tau semuanya sama aku. Kamu lupa atau gimana, May? Aku udah anggap Rasya itu adik aku!"

Aahh, gadis itu merasa tersudutkan oleh Boden. Tetapi Maya juga tidak dapat dibenarkan karena memang seharusnya orang-orang yang sudah sangat dekat dengan Rasya tahu akan hal ini. Namun karena panik, Maya menjadi tidak ingat pada semua itu.

"Maafin aku, tapi aku juga tadi terlalu panik, jadi enggak sempet ngabarin siapa-siapa." Balas Maya dengan kepala yang tertunduk.

Boden menghela napasnya. "Terus sekarang Rasya gimana?" Tanya nya.

Albarasya || Lee Jeno √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang