PART 51 || Dalamnya arti peduli

1.7K 189 6
                                    

HAPPY READING ALL!

________________,,,,,__________________
_________

Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏

.
.
.

Di sore hari yang cukup cerah ini, Albar memarkirkan mobil yang dia bawa di pekarangan rumah Rasya. Ia datang bukan karena rindu atau ingin meminta kesempatan atau juga untuk mengirimkan sesuatu. Tetapi perasaan laki-laki berkata kepada dirinya bahwa dia harus datang ke rumah, Rasya. Untuk memastikannya jikalau dia baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa.

Kenapa Albar sampai seperti ini? Entahlah, dia sekarang memang terpampang lebih berani kepada Rasya.

Sesampainya di depan pintu rumah Rasya, Albar sedikit mengerutkan kening. Sebab, pintu rumah bercat abu-abu itu terbuka dan keadaan rumah itu sunyi seperti tidak berpenghuni. Albar mengetuk pintu rumah itu, diharap ada orang yang keluar dari dalam rumah, baik seorang pembantu di rumah Rasya atau gadis itu sendiri. Namun ternyata nihil, tidak ada yang menyahut atau bahkan menemuinya keluar.

"Masuk?" Albar bermonolog. Jemarinya bergerak melakukan gerakan-gerakan tidak wajar, ia seperti sedeng menimang-nimang, sampai pada akhirnya dirinya masuk ke dalam rumah itu.

Ia berjalan menuju ruang tamu, ternyata masih sepi. Kemudian ia berjalan menuju ruang tengah, masih sepi juga. Tetapi tunggu, seperti ada sesuatu dibalik sofa yang ada di rumah tengah. Albar mencoba berjalan ke arah itu kemudian langsung terkejut melihat seseorang yang tergeletak diatas lantai dengan keadaan 'tak sadarkan diri.

Albar segera meluncurkan badannya dan mengibaskan rambut yang menghalangi wajah Rasya. Laki-laki itu terlihat panik.
"Rasya ...?" Dengan tatapan sayu ia mencoba menyadarkan gadis itu dengan menepuk pipi gadis itu. Namun tidak ada respon sama sekali. Matanya kemudian beralih pada mulut gadis itu yang sudah dipenuhi oleh busa. Tak pikir panjang lagi, ia langsung mengangkat tubuh Rasya lalu membawanya ke dalam mobilnya.

Dengan keadaan yang panik Albar melajukan mobilnya untuk bisa menjangkau rumah sakit terdekat. Rasya yang dalam keadaan pingsan ia simpan di belakangnya. Sesekali itu melirik dari kaca spion berharap gadis itu berkutik.

"Please endure."

****

Sesampainya di rumah sakit Rasya langsung dibawa oleh para perawat dan dimasukkan kedalam ruang IGD.

"Anda bisa menunggu disini, kami akan menangani pasien." Ujar salah satu suster kepada Albar. Albar pun berhenti di depan pintu IGD dan hanya bisa melihatnya dibalik kaca.

Setelah ditinggal oleh suster ke dalam, Albar mengamati mereka dari luar.
"Bibirnya membiru." Ia bermonolog dengan jemari tangannya yang tidak bisa diam. Bibirnya gemetar, wajahnya terlihat pucat dan memberikan raut wajah ketakutan. Cemas, resah, dan kecewa bercampur pada diri laki-laki itu kali ini.

Tiba-tiba saja suara dering dari ponsel yang Albar pegang membuat laki-laki itu mengalihkan atensinya.

"Rasya 'kok lo lama banget sih, datangnyaaa?!"

Suara itu yang pertama Albar dengan. Nada meninggi dan logat mengintimidasi.

"Ini bukan Rasya." Jawab laki-laki itu dengan suara beratnya.

"What?! Albar!"

"Cepat ke rumah sakit Purnama, Rasya masuk IGD."

"Damn!" Maya langsung mematikan sambung telpon itu secara sepihak. Dan Albar yang bisa menatap benda pipih yang sudah tidak berbunyi itu dengan tatapan datar. Beruntung saja ia berinisiatif membawa ponsel Rasya yang tergeletak itu. Tetapi tetap, sebelum ia mendengar kabar Rasya baik-baik saja, Albar tidak akan merasa lega.

Albarasya || Lee Jeno √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang