PART 28 || Mawar Putih

1.8K 188 19
                                    

HAPPY READING ALL!

_________________,,,,,__________________
_________

Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏

.
.
.

Albar menuruni anak tangga satu persatu dengan tangan yang sedang memasangkan dasi di lehernya dan tas yang bergelayun di salah satu bahu tegak cowok itu. Ia terlihat sedikit berantakan karena dasinya belum terpakai dengan sempurna.

Bibi menghampiri Albar yang sedikit lagi habis melangkahi anak tangga. "Den bunganya disana, yah," ujar Bibi pada Albar.

"Oh, iya, Bi. Makasih, ya," ucap Albar.

Bibi mengangguk. "Sama-sama, Den, Bibi kebelakang lagi, yah," kata Bibi pada Albar.

"Iya, Bi,"

Bibi kemudian berlalu. Albar selesai memasangkan dasinya, cowok itu berjalan ke arah bunga mawar segera yang tergeletak diatas meja.

Bunga mawar itu sudah disusun menjadi sebuah buket yang indah. Bibi memang tidak ada lawan akan hal itu walaupun umurnya sudah tua. Albar selalu sangat menyukai buket hasil Bibi.

Albar membenarkan tasnya terlebih dahulu, kemudian ia mengambil buket tersebut. Ia menatap buket itu dalam, tak berselang lama, ia keluar dari rumah nya dan pergi dengan motor ninjanya.

Di senin pagi ini, tepat tanggal 7 bulan baru, Albar selalu akan pergi ke sana. Cowok itu selalu akan pergi mengunjunginya. Selalu di tanggal 7, tidak pernah akan lupa atau bahkan tidak sempat.

Dengan kecepatan sedikit diatas rata-rata mengendara Albar membelah jalanan kota yang masih tidak terlalu ramai. Sampai tidak cukup 10 menit pun, ia sudah sampai di tempat yang ia tuju pagi ini.

Albar memarkirkan motornya, kemudian cowok itu turun dan berjalan kaki agar dirinya sampai ke tempat itu. Tak lupa buket bunga yang sengaja ia bawa pun ia bekal.

Sampai.

Albar langsung berjongkok di samping pusaran seseorang.
"Assalamu'alaikum, cantik," sapanya dengan nada lirih yang terdengar kelu.

Ia menaruh buket mawar itu tepat diatas pusaran tersebut. Kemudian tangannya beralih mengusap tunggul yang bertulisan nama dan lainnya. Ia mengusap tunggul itu dengan lembut.

"Sekarang udah tanggal 7 lagi, Vel, gimana kabar, lo, disana?"

Albar meringis.
"Udah ... Hampir 4 tahun, ya?"

Ia menarik napasnya yang terasa sangat berat kemudian menghembuskan nya. "Gue bawain bunga kesukaan, lo, Vel," Albar melirik bunga yang ia letakan diatas pusaran. "Semoga, lo, suka dan liat apa yang gue bawa walaupun dari sana." sambungnya.

"Bunga kesukaan, lo, mawar putih. Artinya itu kesucian dan abadi. Lo bener-bener abadi banget buat, gue, Vel,"

"Gue kangen, lo, Vel," adu Albar.
"I miss you so much and always."

"Andai waktu bisa diputar kembali, kalau, ya, gue mau ngabisin masa-masa itu lebih sangat berarti, Vel, atau kalau bisa, gue mau gue aja yang pergi, bukan, lo,"

"Kehilangan, lo, itu ibarat jiwa yang mati namun hanya sebagian, Vel. Rasanya sakit banget." Cowok itu menarik napas dengan bola matanya yang ikut memanas. Ia mengerjap beberapa kali agar sesuatu tidak jatuh dari matanya.

"Maaf, Vel, kalau semisal gue kesini cuma tanggal 7, enggak sesering dulu, gue enggak munafik, Vel. Gue cuma mau ... Maafin, gue, Vel, gue gak bermaksud apa-apa,"

Albarasya || Lee Jeno √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang