PART 38 || Bercanda, kan?

2.5K 266 75
                                    

HAPPY READING ALL!

_________________,,,,,__________________
_________

Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏

*Jangan lupa puter lagu sejarahnya, Pren. 🍰

.

.

.

Sesuai apa yang sudah direncanakan tadi di sekolah, bahwasanya Rasya akan segera pulang. Maka kini, Rasya sudah berada di depan rumahnya bersama dengan Maya.

"May, kok, rumah, gue rame banget, ya?"

Maya mengedikkan bahunya. "Lo ada syukuran kali?"

Rasya langsung menggeleng. "Mana ada syukuran, orang dirumah cuma ada, gue, sama Bibi yang kerjanya juga setengah hari, terus Papa pergi ke luar kota."

"Iya juga ... Tapi, kok, kenapa mereka pake baju putih-putih gitu?" Rasya tersadar lagi. Kenapa semua orang di rumahnya berpakaian putih semua? Semua pikiran aneh mulai menjelajahi otak Rasya yang sedang tidak terlalu baik itu.

Tak lama, Jela keluar dari rumah dan menghampiri Rasya yang masih berjarak tujuh meter dari rumahnya. Wajahnya terlihat sembab seperti habis mengeluarkan air mata.

"Tante ...?"

Jela langsung memeluk erat tubuh Rasya. Kemudian menangis tanpa suara di balik punggung Rasya.

"Tante kenapa tante?" Rasya panik, tetapi Jela semakin mengeratkan pelukannya.

"Mama ...?" panggil Maya yang khawatir.

"Rasya ..." Suara wanita paruh baya itu tertahan. "... Papa kamu  ...." sambungnya.

"Papa?" beo Rasya. "Papa kenapa tante?" tanyanya sedikit mendesak.

"... Sabar," Rasya merasakan elusan tangan dibagian punggungnya. Sentuhan itu, membuat dirinya merinding dan perasaan nya mulai tidak enak.

"Papa kenapa?" tanya Rasya lagi.

"Papa kamu tidur, Rasya."

Degh!

Rasya menggeleng kuat bersamaan dengan cairan bening yang tiba-tiba saja terjatuh dari pelupuk matanya. "Maksud tante apa? Papa tidur? Di kamar, kan?"

Jela menangis pelan dibalik punggung itu. "Papa kamu udah enggak ada. Udah diambil sama, Tuhan."

Rasya segera mendorong tubuh Jela. Jela hampir saja terjatuh namun segera ditahan oleh Maya yang berdiri dibelakangnya.

"MAKSUD TANTE APA?!" Teriak Rasya tepat didepan Jela dan Maya. "GAK USAH BOHONGIN RASYA DEH! GAK USAH BERCANDA! GAK LUCU! ITU, GAK LUCU, TANTE!"

Jela menangis sesegukan. "Tante, gak, bercanda, sayang, yang sabar, ya? Sabar ...."

Rasya menggeleng keras. Air matanya tumpah begitu banyak, ia segera lari ke dalam rumah. Menerobos dengan kasar semua orang yang menghalangi nya. Namun, didapatinya Baqi yang sudah terbujur kaku di ruangan tengah.

Ia histeris, lalu meraung dengan keras. Tanpa memikirkan apa-apa lagi Rasya langsung memeluk tubuh Baqi yang sudah terasa dingin.

"PAPA BANGUN!" Pekik Rasya tak karuan. Ia menggoyang-goyangkan raga yang sudah tak bisa bergerak dengan sendirinya. "PAPA BANGUN, PAPAA!!"

Albarasya || Lee Jeno √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang