PART 31 || Berubah

3.1K 280 37
                                    

HAPPY READING ALL!

_________________,,,,,__________________
_________

Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏

.

.

.

Albar tidak sengaja berpapasan dengan Rasya di koridor sekolah, tetapi tidak seperti biasanya. Kini Rasya mengabaikan Albar, gadis itu tetap berjalan lurus tanpa menoleh sedikit pun pada Albar.

Se drastis itu perubahannya.

Albar hanya bisa diam, laki-laki itu juga tidak berniat mempertanyakan kenapa karena itu memang bukan haknya. Ini 'kan yang dia ingin kan sejak lama? Tetapi, mengapa Albar merasakan sesuatu yang sedikit berbeda? Ia juga merasa bersalah karena perkataan nya kemarin pada Rasya. Karena dia pikir-pikir, perkataan itu perkataan sampah! Seharusnya tidak diucapkan karena memang sangat tidak baik.

*****

Sama halnya dikantin sekolah siang ini, Rasya yang biasanya ingin sekali duduk berdekatan dengan Albar kini malah memilih duduk berjauhan, sampai jika dikira-kira jarak antara Rasya dan Albar kini adalah sekitar tiga meter.

"Serius, lo, mau duduk disini, Sya?" tanya Maya heran.

"Iya, kenapa?" tanya Rasya balik.

"Enggak mau deket sama, Albar?" Maya bertanya lagi.

"Nggak." jawab Rasya singkat.

Di sisi lain juga, teman-teman Albar merasa heran dengan Rasya. Apakah gadis itu baik-baik saja?

"Ini ngomong-ngomong ada apa, nih? Kok si Rasya, gak deket-deket sama, lo, Bar?" tanya Wawan pada Albar.

"Lo apa-apain dia, ya, Bar?" tuduh Aldi curiga.

"Kenapa?" tambah Boden kemudian.

"Ini yang gue mau." jawab Albar.

"Lo gak abis marahin dia 'kan, Bar?" tanya Aldi pada Albar.

Albar diam tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan itu.

Aldi yang menarik napasnya, lalu menepuk bahu cowok itu. "Jangan kasar-kasar sama cewek, mereka punya perasaan yang sensitif," katanya memberitahu.

"Mungkin, lo, emang gak suka sama dia, Bar, tapi bisalah lo baik-baik sama cewe, atau gak liat dia dulu sebelum lo bilang gak suka?"

Albar tetap diam. Teman-teman nya ini kini sedang berada dalam mode waras semua, memberikan kalimat-kalimat yang memang sepantasnya diucapkan oleh orang-orang dewasa pada Albar.

"Yang gue liat, ya, Rasya itu baik, kok, Bar, tapi mungkin sifatnya kadang suka kekanak-kanakan, tapi menurut gue juga, sifat kekanak-kanakan nya itu malah bikin gue makin suka sama dia." ucap Wawan.

"Dia itu tulus sama, lo, Bar, dan orang baik udah langkah di bumi." tambah Boden lagi.

"Mending, lo, pikirin lagi, deh. Pake tuh otak jernih, lo, buat mikir." Ujar Wawan pada Albar.

"Yang baik itu dimulai dari diri lo sendiri, dan yang buruk pun begitu. Mobil kehidupan lo itu yang nyupirinnya lo sendiri. So whether or not someone is safe from an accident, it depends on the decision taken."

Albar diam, laki-laki itu mencoba mencerna semua nasihat teman-temannya itu. Ia mencoba berpikir, tetapi pikiran nya sedang tidak karuan.

Sampai pada akhirnya bel yang menandakan istirahat telah selesai berbunyi, mereka langsung beranjak dari meja kantin untuk kembali ke sekolah. Rombongan Albar dan Rasya tidak sengaja berpapasan, Rasya menampilkan wajah datarnya tanpa mau melihat Albar.

Albarasya || Lee Jeno √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang