PART 47 || Apa yang salah?

2K 211 8
                                    

HAPPY READING ALL!

_________________,,,,,__________________
_________

Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏

.
.
.

Albar dan teman-temannya kini sedang berkumpul di meja laki-laki itu. Seperti biasa, bercanda, meng-ghibah, dan hal-hal random terjadi. Tetapi untuk Albar, semua itu hambar. Tidak ada yang membuat seleranya naik-turun.
Laki-laki itu malah memilih diam, diam, dan diam. Memang biasanya juga diam, tetapi ini terlalu diam. Sampai-sampai Aldi ingin sekali menampar wajah laki-laki itu keras-keras agar dia bisa berbicara.

"Galau, gak ngotak!" Seru Aldi melihat Albar melamun. "Makan, tuh, penyesalan!" Sambungnya pedas.

Kali ini Albar melirik Aldi karena ucapannya itu. Namun itu semua terjadi sekilas, tidak ada respon apapun dari Albar.

"Albar kalau lo suka sama Rasya kenapa, lo, gak berjuang aja, dah?" Rio membuka suaranya. Entah darimana laki-laki itu tahu kalau Albar menyukai Rasya.

Albar berhasil melirik Rio. "Iya bener! Gak ada salahnya, lo, berjuang, Bar." Tambah Wawan.

"Gak ada kayaknya berjuang dia kamus dia, tuh, dia 'kan bukan gue." Aldi memotong dengan wajah julid nya.

Wawan menggelengkan kepalanya. "Teman tidak punya hati! MATI KAU, SIALAN!" Tandas laki-laki itu.

Aldi bersungut-sungut. "Ya kalau cinta, harus ada yang berjuang. Kayak gue ke Siska contohnya, walaupun sampe sekarang belum ada balasan, yaaaa seenggaknya enggak mati. Dulu Rasya yang berjuang, dan mungkin sekarang giliran, lo," Ujar Aldi pada Albar. Sejujurnya laki-laki itu tidak akan sejahat itu kepada Albar, hanya saja, ia terlanjur kesal oleh gengsinya Albar yang super duper gede.

Disitu juga ada Boden. Tetapi laki-laki itu tidak berkata apa-apa, karena kenyataannya dia tahu jika Albar mulai berbeda.

****

"Sya, lo, pulang sama siapa?" Maya bertanya kepada Rasya yang kini tengah berjalan berdampingan bersamanya.

"Mmm, mungkin sama Bagus." Jawab Rasya. Maya hanya bisa mangut-mangut saja. Ia juga tidak ada niatan untuk pulang bareng bersama Rasya, karena dia akan bersama Boden. Akan tetapi, Maya ingin memastikan jika Rasya pulang, dan diantar oleh siapa. Kalau Bagus yang mengantar, Maya tidak akan khawatir, karena Bagus memang orang bisa dipercaya.

Tid!

Suara klakson motor membuat keduanya memberhentikan langkah. Di depan Rasya sudah ada motor yang kini menghalangi jalan mereka.

Albar membuka kaca helmnya. "Naik," Ujar laki-laki itu tanpa basa-basi.

Rasya dan Maya saling melempar pandangan. "Rasya." Ujar Albar sekali lagi.

Dan tanpa apa-apa lagi, Rasya menurut. Toh, sikap Albar sekarang seperti orang yang sedang kesurupan. Sangat serius sekali membuat Rasya membatu dan tidak melakukan apa-apa.

Setelah Rasya naik motor itu, Albar langsung menancapkan gas membawa Rasya pergi dan meninggalkan Maya yang ter bengong-bengong.

"Tidak habis thinking." Ia menggelengkan kepalanya terheran-heran.

Kemudian Maya berniat melangkah untuk pergi ke parkiran mencari Boden. Namun  lagi-lagi, sebuah motor mencegah dirinya untuk melangkah.

Terlihat orang yang membawa motor be4t itu membuka helmnya.

Albarasya || Lee Jeno √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang