49. Masalalu Jefan

389 62 17
                                    

Sebenarnya aku tidak menjahuimu, hanya saja kau membuat kabut yang pekat dalam langkahku yang mencoba untuk berjalan bersama denganmu.

***

Jam 20.00 laki-laki ini sudah duduk di meja belajarnya dari 1 jam yang lalu untuk belajar. Dari belajar bahasa Spanyol yang 3 bulan lagi akan di lakukan pertukaran pelajar internasional, sampai belajar geografi, pelajaran yang dia benci.

"Arghhh ...."

Reyhan mengacak-acak rambutnya kesal. Meski dia sudah belajar satu jam yang lalu namun fikiran tentang Una yang kini jadian dengan Jefan, masih saja bergelayut di benaknya.

"Harusnya gue nembak duluan sebelum Jefan. Kalau gini gue gimana deketinnya?" Reyhan membuang pulpennya serta meletakkan kepalanya di meja belajar.

"Una bilang dia enggak bakal jahuin gue, tapi pasti Jefan nyuruh Una supaya jaga jarak. Dan pasti hubungan gue bakal jauh lagi."

"Padahal baru aja bisa deket lagi kaya dulu."

"Ck ... Jordan bangsat! Karena ancaman lo gue jadi kalah saing. Arghhh ... Anjing!"

Reyhan menutup matanya. Membayangkan kembali saat dia masuk ke kelasnya di saat Una dan Jefan masih peluk-pelukan.

Flashback

Lelaki ini berhenti berjalan tepat di samping Una dan Jefan yang sedang berpelukan. Karena kedatangannya aktivitas kedua sejoli tersebut terhenti.

Reyhan membuang topinya ke sembarang arah. Ia melilitkan baju putihnya sampai siku, serta mengacak-acak rambutnya yang agak basah karena berlari bersama Ikbal untuk menghampiri Jordan.

"Na, gue mau ngomong sama lo sebentar." Reyhan menatap dingin Una.

"Ngomongnya di sini aja. Di depan pacarnya!" tegas Jefan sambil menarik tangan Una yang hampir di bawa oleh Reyhan.

"Ini privasi."

Ia menepis tangan Jefan kasar dari tangan Una. Menatap Una sebentar kemudian pandangannya beralih ke satu buket bunga yang masih setia di pegang olehnya, Reyhan langsung menarik bunga itu dan menaruhnya di meja Umey dan Alex.

"Ya lo seharusnya ijin dulu sama gue kalau mau bawa Una," kata Jefan.

Reyhan berhenti berjalan, lalu berbalik melihat Jefan yang ada di belakangnya. "Lo baru pacarnya Una ya, bukan Ibunya atapun Ayahnya yang bisa nentuin Una boleh pergi sama siapa-siapa aja."

Reyhan menarik tangan Una kembali ke tempat loker SMA Bhakti. Di tempat itu sepi, tetapi akan ramai jika ada siswa-siswi yang akan ada pelajaran olahraga.

Saat tiba di loker, laki-laki ini memojokkan Una di tembok. Tatapan mata Reyhan yang cemburu, kesal, sedih menghujam manik coklat gadis di depannya yang tengah kebingungan melihat sikapnya saat ini.

"Kenapa lo terima cintanya Jefan?" tanya Reyhan setelah sekian lama diam.

"Padahal lo dulu cerita benci sama Jefan, mau ngelupain Jefan, dan lo bilang mau move on dari Jefan. Tapi, kenapa sekarang lo terima cintanya Jefan?"

Melihat Una yang diam, Reyhan kini mengurung Una dengan kedua tangannya sontak membuat Una terkejut.

"Lo enggak suka, kan sama Jefan?"

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang