29. Pengakuan

390 78 6
                                    

A/n: Sebelum baca lirik pojok kiri dong terus di teken>.<

Dan kalau salah pas bagian MTK bisa komen karena author sendiri tidak terlalu pandai>.<

***

"Gue gak bakal bahas kejahatan dengan kejahatan, lagi karena itu akan membuat gue sama seperti dia." ~Unalia Resyan.

***

Karena Ibu Silvi nya berhalangan hadir jadi tes debatnya di undur besok. Sebagian guru-guru juga kini ada yang berhalangan mengisi kelas karena sedang menguji coba barang yang dibeli kapsek beberapa hari yang lalu, mereka menguji apakah ini layak digunakan dan tidak membahayakan para murid-muridnya.

Una kini di tunjuk untuk mengajar oleh Ibu Eva selaku guru matematika yang berhalangan hadir juga, dia yang kebingungan mau mengasih materi apa jadi ia putuskan untuk mengulas kembali pelajaran waktu SMP yang dia yakin akan soal-soal itu banyak dituliskan.

Di taman sekolah bakti lah para siswa-siswi IPS 1 belajar. Metode saat Una belajar memang berbeda dengan kebanyakan guru, dia lebih suka belajar di luar ruangan karena otaknya tidak suntuk jadi itu juga berlaku sekarang saat dia mengajarkan pelajaran pada teman-temannya sendiri.

"Sekarang kita bahas aljabar ya," ujar Una membuka pembelajaran.

Sebelum dia memutuskan belajar di taman dia menyuruh Oji-teman sekelasnya untuk mengambil tab di ruang alat-alat. Una menyalahkan tab nya dan menampilkan satu soal yang paling mudah untuk mengawali pembelajaran ini.

"32 : 2 × 4 ada yang bisa mengejarjakannya?" tanya Una sambil menatap sekeliling. "Salah juga enggak papa karena kita disini sama-sama masih belajar, gue jelasin dan berdiri di depan kalian bukan berarti gue pinter, tapi gue cuman mau berbagi ilmu."

Semua angka satu berarti angka yang dipandang bagus dan unggul, begitu juga anak IPS 1 yang meski payah dalam bahasa Inggris namun bidang lain tetap oke. Dua orang mengangkat tangannya antusias membuat senyum Una terbit.

"Umey dan Ines silahkan maju, kerjakan menurut metode kalian aja ya jangan sama supaya kita tau bahwa ada metode lain yang lebih efektif." Una memberikan spidolnya pada Umey yang berdiri di depannya. Di taman juga selain dia menyiapkan tab dia juga menyediakan papan untuk menulis soal.

Umey, dan Ines setelah menulis jawaban itu kembali ke tempat duduk nya lagi. Una sendiri meski tau Ines sangat membencinya dan melakukan kesalahan dia akan mengesampingkannya dulu.

"Kita bahas satu-persatu dulu dari Umey." Una berjalan mendekati papan tulis kecil dan sejenak dia membaca jawaban Umey. "Cara Umey ini salah ya." Gadis yang memakai baju putih biru itu mencoret jawaban Umey lalu kembali mengecek jawaban lain.

"Cara Ines bener nih. Dari sini kita kerjakan pembagian dulu ya baru perkalian, yang harus kalian inget itu kedudukan pembagian itu lebih tinggi dari pada perkalian makanya kalau ngerjain soal pembagian dulu baru perkalian selanjutnya tambah-tambah atau bisa kurang-kurangan. Sampai disini ada yang bertanya?"

 Sampai disini ada yang bertanya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang