3. A lies✓

1.2K 146 45
                                    

A/n: sedang dilakukan revisi, jadi jika kalian baca di chapter yang belum di revisi trs berbeda dengan versi sudah di revisi atau bahkan beberapa di jelaskan kembali di chapter yang belum di revisi harap maklumi><

~~~^^~~~

"Gue cuman berharap orang yang ada di samping gue saat ini adalah orang yang mencintai gue apa adanya, tanpa ada niat jahat yang terselubung dihatinya." Unalia Resyan.

~~~~^^~~~~

Arkan melirik ke arah bangku Una yang ternyata masih sibuk menghafal beberapa bahasa baru. Dari yang di ceritakan oleh gadisnya itu, Una sedang mencoba mempelajari bahasa Belanda dan menargetkan dirinya harus paham selama 3 bulan. Emang paling bener kata teman-temannya kalau Una udah ngambis yang liat pasti insecure.

Melihat Una yang mendesah kesal dan bahkan menjatuhkan kepalanya ke meja, Arkan pun mendekati meja Una.

"Kalau belajar di tempat yang sama kemungkinan besar otak kamu nangkepnya lama terus gampang bosen karena udah sering di suana kaya gitu, kalau mau belajar ke taman aja yuk biar aku temenin," tutur Arkan seraya berjongkok menatap lekat setiap inci paras Una yang tengah terpejam.

Jantung Una berdesir saat sadar jarak antara keduanya sangatlah dekat, terlebih lagi saat dirinya buka mata Arkan langsung menyambutnya dengan senyuman manis. Buru-buru Una pun langsung menegakkan kembali badannya.

"Jangan keseringan kaya tadi deh," kesal Una sambil merapikan rambutnya.

"Kenapa? Takut tambah suka ya sama aku? Bagus dong kalau tambah suka, biar nanti tambah langeng," kekeh Arkan.

"Iyain deh."

"Jadi mau cari suasana belajar di mana?" tanya Arkan kembali sambil ikut membereskan buku Una yang ada di meja.

"Pengennya ke ruang bahasa sih, tapi pasti rame banget." Una menatap Arkan seolah-olah menyuruh Arkan merekomendasikan tempat lain untuk belajar.

"Gimana ke kantin aja. Makan sambil belajar gitu. Biar perut kenyang, otak juga kenyang. Jadi 2 kenyang 3 sempurna hahaha."

"Ya kalau di kantin tetep aja rame Arkan." Una berdiri sambil menatap Arkan jengah.

"Yeuh, kan kantin kita beda sama kantin kelas IPS 2 sampai 7. Kantin kita deket anak A-class yang jarang ribut, tapi minusnya kantin anak sebelah merasa paling sok banget," kesal Arkan yang ingat tentang bagaimana siswa sombongnya anak A-class.

"Enggak papa namanya juga manusia, ayok kantin aja aku belum pernah belajar di kantin."

Selain sistem rekap ulangan, di SMA Bhakti juga menerapkan sistem kelas unggulan. Kelas unggulan tersebut di bagi menjadi 4 bagian dimana yang pertama dan paling unggul namanya A-class tempat berkumpulnya anak paling pintar di SMA Bhakti, dan anak yang sering di salurkan untuk perlombaan, itu memiliki segala fasilitas sekolah dengan nyaman. Dari segi asrama, kantin, ataupun tempat belajar yang nyaman. A-class ini memiliki pin tanda pengenal yang bertuliskan huruf A dengan di bawahnya ada nama si pemilik pin tersebut.

Kelas unggulan kedua yang di mana kedudukannya di bawah A-class ini bermana Exper Class. Keistimewaan kelas unggulan mereka memiliki peluang untuk untuk ikut perlombaan antar sekolah jika mereka berhasil mendapat skor terbesar dalam penentuan perwakilan sekolah. Dari segi fasilitas sekolah untuk Exper Class sendiri masih di bilang baik dari pada kelas unggulan IPA dan IPS yang di bawahnya. Tanda pengenal anak unggulan Exper Class ini adalah pin dengan bentuk gajah yang di bawahnya memegang pita bertuliskan si nama pemilik pin tersebut.

Kelas unggulan IPA 2-6 ini tidak memiliki keunggulan apapun, mereka hanya akan mendapat keunggulan jika mereka bisa naik level kelas Exper Class ataupun A-class di ujian penyisihan yang biasanya di adakan 2 bulan sekali, ketidak adilan kelas unggulan IPA 2-6 ini juga berlaku untuk kelas unggulan IPS 2-6.

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang