52. Mulai saat ini

309 57 6
                                    

Langkah ke enam siswa-siswi ini mulai memasuki kolam renang indoor. Sambil menuju ruangan itu sepanjang jalan mereka saling berbicara satu sama lain.

"Gue heran deh sama Eliazer, meski pake baju biasa aja tapi kenapa auranya itu beda," bisik Sowon ke Una dan Umey yang ada di samping kiri dan kanannya.

"Katanya lo paling benci cowok ganteng." Umey menunjuk wajah Sowon.

"Dia jelek kok, buktinya di mata lo jelek," elak Sowon.

"Lo berdua waktu di ajak makan bareng Ines kemana?" tanya Una.

"Ke lestoran anjayyy, bergaya enggak tuh, Na!" heboh gadis di sampingnya yang kini tengah melilitkan handuk kecil di pergelangan tangan.

"Dan lo tau, Na itu lestoran punya siapa?" lanjut Umey.

"Ines?"

"IYAAAAAA, gila-gila. Katanya dia juga punya bar gitu."

"Lo enggak di apa-apain, kan?"

Kedua cewek itu mengangguk. Bertepatan mereka mengangguk kini sudah ada satu guru yang menunggu semuanya datang di kolam renang.

Ke enam belas siswa-siswi pun duduk berbaris di pinggir kolam, memperhatikan guru yang sedang menjelaskan kenapa mereka semua ada di sini.

"Jadi kita bakal tes renang dua orang, dua orang. Dan saya akan nilai kalian dari kecepatan, gerakan, sama gaya apa yang kalian ambil. Ada yang mau nanya?"

Melihat semuanya kompak menggeleng sang guru pun membuka daftar nama.

"Ale---."

"Maaf, Pak!" seru Una. Mengabaikan pasang mata melihatnya. Gadis itu berdiri, menghampiri sang guru, kemudian berbisik.

"Oh iya-iya boleh, silakan kembali ke kelas aja. Soal nilai, nanti saya kasih kamu pertanyaan lisan aja," katanya.

Una tersenyum. Pamit undur diri, dan keluar dari gedung kolam renang. Menyusuri bangunan yang bernuansa coklat dengan cream bersama imajinasinya sendiri.

Gadis itu sebelum masuk ke kelas memilih duduk dekat di tempat air mancur berada.

"Eliazer, Frans, Adalia, dan Berto. Orang terdekat Ines, dan orang yang pinter," gumam Una.

Mengambil krikil lalu memainkannya dengan cara menerbangkan kemudian menangkap. "Ternyata tebakan gue bener," kekeh Una.

Gadis itu memilih beranjak. Kembali menyusuri koridor yang sepi karena masih jam belajar, Una berfikir kembali.

"Oke, gue bakal ikutin cara main lo Ines."

***

Dugh!

Perempuan yang tengah tiduran di meja dengan tas yang di gunakan sebagai bantalnya kini mengangkat kepalanya, menatap sang Biang kerok, pengacau ketenangannya.

"Waaah enak banget tiduran di saat yang lain lagi berjuang dapatin nilai," kata Adalia kini menarik kerah baju belakang Una menyuruhnya agar berdiri.


Una menatap nyalang ke empat orang yang mendorong tubuhnya sampai terkena loker.

"Shhh ...."

Frans berjalan menghampiri Una yang kini duduk seraya melirik kearahnya tajam. Berjongkok. Mensejajarkan dirinya dengan Una, kemudian menepuk-nepuk pipinya.

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang