12. Kalau gue gak mau gimana?

491 88 123
                                    

Tak ada lagi orang yang dapat kau percaya di dunia ini selain kau sendiri.

~~~~^^~~~~

Berita tentang Una putus dengan Arkan pun cepat tersebar, bahkan grup kelasnya yang tadinya sepi sekarang ramai akibat Panji yang bertanya padanya.

Una yang merasa risi dengan percakapan grup kelasnya yang unfaedah jadi dia memutuskan untuk keluar grup, dari situ Una tau bahwa mereka sudah peka bahwa Una dengan Arkan benar-benar putus dan dia sedang butuh ketenangan.

Arkan juga sudah menelfonnya beberapa kali namun Una tolak, rasanya masih sakit. Bayangin aja orang yang kita suka dengan setulus hati, orang yang kita percaya ternyata dia gak suka sama kita sama sekali rasanya itu ... Susah dijelaskan yang jelas rasanya sakit melebihi apapun.

Pagi pun tiba, ternyata benar saja seluruh sekolah ketika dia sampai banyak pasang mata yang menatapnya sekilas lalu langsung berbisik. Una menghela nafas, setalah bilang makasih pada supirnya dia beranjak pergi.

"Wahhh ... Anak konglomerat dateng nih guys! Beri jalan dong!" seru Ines keras.

Una langsung diam.

Ines menyuruh semua murid untuk berkumpul dan ketika dirasa sudah banyak dia pun berkata, "denger ya, nih anak ibunya konglomerat. Ibunya dia itu yang punya sekolah ini guysssss!"

"Wahhh gila ternyata dia kaya juga ya."

"Andai gue dulu temenan sama Una pasti gue bisa ditraktir sana-sini."

"Ih si Arkan gak nyesel tuh mutusin anak konglomerat?"

"Duhhh jadi iri."

Una yang mendengarkannya hanya bisa mengepalkan tangannya kencang sambil memejamkan matanya meredakan emosi.

Sesaat Ines menepuk-nepuk tanggannya supaya mereka kembali memperhatikan dirinya. "Oke, oke, lo pernah mikir gak sih? Ibu dia kan yang punya sekolah, abangnya kepala sekolah, si dianya sekolah disini berarti ada kemungkinan besar dong, kalau kepintaran dia itu gak asli, yakan?"

"Ih iya iya betul juga."

"Gue kira si Una bener-bener pinter ternyata dia manfaatin jabatan ibunya."

"Lahh pantes aja si Arkan mutusin dia, pasti dia gak mau punya pacar yang pembohong."

Cukup sudah Una tidak tahan. Dia langsung berbalik dan menghampiri ines yang dengan santainya tersenyum padanya, ketika jaraknya sudah dekat dan sedetik lagi dia akan menampar pipi Ines Una pun mengurungkan niatnya lalu menurunkan tangannya dengan penuh emosi yang tersirat.

"Apa, apa? Lo mau tampar gue, sini-sini pipi gue empuk kaya squishy."

Una langsung kaget ketika tiba-tiba dia ditarik oleh seseorang. "Gini ya bro, kalau Una emang bener anak konglomerat emang kenapa ada masalah buat lo? Terus kenapa ini pada kumpul, kalian mau liat anak konglomerat, baru tau anak konglomerat? Nih, nih, dia Unalia dia cantik, pintar dan gak gampang ketipu kaya kalian."

Semuanya dia ketika Jefan berbicara terlebih lagi kini ke enam sahabatnya ikut berdiri di belakang Jefan.

"Oh iya soal Una manfaatin ibunya dia gak bakal gitu, butuh bukti? Kalau butuh, gue denger bulan July Una bakal lomba nah lo Nes, bisa protes ke ibu Silvi kalau lo mau ikut lomba juga. Kalau lo di lomba itu menang berarti lo pinter dan kata-kata yang lo omongin tentang Una bener, kalau sebaliknya lo itu cuman iri sama Una," kata Alex panjang lebar membuat semuanya diam karena jarang sekali Alex berkata begitu panjang.

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang