55. Siapa pembunuhnya?

302 58 7
                                    

Kehilangan yang paling menyakitkan bukan tentang sekedar putus dan memilih untuk berjalan ke arah yang berbeda, tetapi kehilangan yang menyakitkan adalah ketika aku masih di dunia dan kamu jauh di alam yang berbeda denganku.

***

Di ruang penginapan terdapat satu lelaki yang berbaring di kasur sedangkan ke enam temannya duduk tak jauh dari kasur, menunggu kesadaran dari cowok yang masih terbaring di kasur tak berdaya.

Mereka sadar akan fakta Una yang tak lain adalah pacarnya sendiri jatuh ke jurang tanpa tau siapa pelakunya itu adalah hal menyakiti hatinya, tetapi mereka juga tidak tau cara supaya Jefan agar berhenti menangis dan teriak-teriak seperti yang di lakukan di TKP.

Tiga jam setelah Una di nyatakan jatuh dari jurang, Jefan bersikeras agar ikut mencari Una tetapi dilarang keras oleh petugas yang tengah mencari Una, alasannya takut mempersulit penemuan Una.

"Gue curiga sama Ines," ungkap Alex menatap mereka serius.

Bryan yang mendengar perkataan Alex sama degan isi pemikirannya, kini mendekatkan dirinya lebih dekat ke Alex.

"Bener, gue sepemikiran sama lo. Soalnya ya mau di Indonesia atau ataupun sini, Ines tuh kaya nunjukin banget enggak suka sama Una," jelas Bryan.

"Tapi enggak mungkin sampe kaya gitu, Yan," sangkal Alan.

"Menurut gue ya, dia, kan cewek. Nah rata-rata cewek pasti bertindak jahat cuman sebatas tarik-tarik rambut lawannya, kalau enggak labrak dia di toilet habis itu di kunci. Enggak mungkin berani sampai segitunya." Netra Alan melirik ke semua teman-temannya, berharap ada yang sepemikiran dengan dia.

"Enggak loh, Lan. Ines beda dari yang lain, dia bahkan udah kunci Una di toilet sambil nyiram cat, kan? Nah selain itu dia udah nyebarin berita hoaks tentang Una yang juara debat sejarah tuh hasil kakaknya," ujar Yoga.

Galuh lantaran berdiri, membuat mereka menghentikan perdebatan tadi. Mata mereka kini fokus ke Galuh, memantau setiap pergerakan dari sang ketua Bataritsa.

Lelaki itu membuka tas Jefan mengambil buku serta pulpen, setelahnya kembali mendekati mereka.

Enam pria itu pun langsung mengelilingi Galuh dengan kening yang berkerut.

"Itu buat apa?" tanya Hasbi melirik barang bawaan Galuh.

Galuh diam. Memilih membuka buku Jefan yang ada di tengah-tengah kemudian menyobeknya.

"Yang kalian curigai di kejadian ini siapa?"

"Ines."

"Ines."

"Ines."

"Ines."

Galuh melirik mereka tak percaya, bisa-bisanya mereka mencurigai Ines semua kecuali Alan serta dirinya yang masih ragu jika Ines adalah tersangka, meskipun dari perkataan mereka ada benarnya.

"Lan, lo kok engga curiga sama Ines?" tanya Yoga.

"Ines itu cewek mana mungkin sekejam itu, Ga."

"Lo tau perkataan diam-diam menghanyutkan?" Bryan bertanya dengan raut muka serius.

Alan mengangguk.

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang