43. Berhenti berharap, Na!

424 75 34
                                    

Semburat harapan tidak akan berlayar hebat jika nahkoda pemberi harapan ini tidak bermain lebih jauh lagi.

***

"Selamat pagi dan selamat datang di tahun ajaran baru! Selamat untuk kelas Sebelas dan kelas dua belas yang berhasil lolos ujian pengeluaran dan penurunan kelas. Saya ucapkan pada murid baru, selamat bergabung di SMA Bhakti."

Una menghirup udara pagi di SMA Bhakti dalam-dalam saat dia sudah keluar mobil putih. Rasanya cepat sekali dia sudah menjadi Kakak kelas di SMA Bhakti ini.

Suara ucapan selamat tahun ajaran baru masih berkumandang menghiasi awal pagi hari di tahun ajaran baru, Una yakin yang berbicara di depan mic sekarang adalah Kak Shalsa si anak beasiswa yang punya sikap tidak tahu diri.

"Nanas!" teriak Sowon seraya melambaikan tanggannya di atas. Saat Una sudah berbalik menatapnya Sowon berlari ke arah Una penuh semangat.

"Kita sekelas, Nas!" Sowon merangkul pungung Una sambil berjalan menyusuri area parkiran yang kini mulai banyak orang.

"Sama Umey juga, kan?"

Sowon mengangguk dia merogoh kantongnya lalu di lanjut dengan ia menyodorkan dua buah permen ke arah Una. "Mau?"

Una menggeleng. "Masih pagi, gak bagus buat gigi Sowon," peringat Una yang di abaikan oleh Sowon.

Sowon menulikan penderannya, memilih membuka kertas yang membungkus permen kesukaan dia. Kemudian membuangnya ke dalam tong sampah yang ada di pinggir pohon mangga. "Ini duduk nanti kita yang boleh milih atau di tentuin lagi kaya tahun lalu?"

"Biasanya sih ya, di tentuin."

"UNA!" teriak seorang laki-laki bersuara berat di belakang Una dan Sowon.

Una sang pemilik nama berbalik melirik orang yang memanggilnya dengan kencang. Dia adalah Reyhan.

Reyhan berjalan ke arah Una dengan memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana, kedua kancing di atasnya agak terbuka menampilkan daleman hitam yang di kenakan Reyhan. Jam tangan hitam yang tersebar manis di tangan kirinya kini sontak menambah kesan sempurna untuk penampilannya pagi hari ini.

"Temenin gue wawancara kelas yuk di ruang BK." Reyhan menarik tali tas Una di lanjut dengan dia yang menyeretnya seperti anjing peliharaan.

"Eh? Gue belum bilang setuju ya!" Una menyingkirkan tangan Reyhan di tali tasnya dengan sekuat tenaga namun tenaga laki-laki tetaplah lebih kuat dari pada tenaga perempuan.

"Gue pinjem Una dulu!" teriak Reyhan pada Sowon kemudian hilang di belokan.

"Gue sendirian lagi nih ke kelasnya?" monolog Sowon seraya menunjuk dirinya yang menyedihkan. "Nasib jomblo kemana-mana serba mandiri."

Sepanjang lorong hendak ke ruang BK banyak pasang mata kaum hawa menatap ke arah Reyhan dengan kening berkerut karena muka dia asing, namun meski begitu mereka akui orang asing ini sangatlah tampan.

"Hai! Kenalin gue Yoana Ines Zhamora, gue boleh kenalan, kan sama lo?" sapa seorang perempuan dengan rambut panjang yang menggelombang menambah kesan cantik di mukanya.

Akibat perempuan ini yang secara tiba-tiba mencegat jalan dia, Reyhan langsung berhenti membuat Una yang di belakang Reyhan langsung menabrak pungung dia lumayan keras.

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang