25. Pertengkaran

391 74 2
                                    

Terlihat bahagia bukan berarti tidak pernah terluka.
Justru luka lah yang menguatkan, karena terjatuh yang membuat bangkit, dan hancur lebur memberikan kehidupan baru.
Kebahagiaan ku adalah penciptaan dari tiap goresan luka, kehancuran, dan keterpurukan di masalalu.
Kebahagiaanku adalah cermin kekuatanku.
***

Waktu lomba debat sejarah pun makin dekat membuat Una tidak bisa lagi mengajar Jefan jadi guru les privat, dan karena ini juga dia jarang keluar rumah atau sekedar berleha-leha. Karena menurutnya dia harus menang lomba debat ini meski lawan terberatnya adalah SMA Andromeda yang tahun lalu juara satu sedangkan SMA bakti juara dua, Itu pun dia tau dari Kakak kelas dan katanya SMA tersebut juara satu berturut-turut setiap lomba debat sejarah.

"Gimana, Na, Ines udah datang?" Ibu Silvi kini kembali dengan membawa satu cangkir kopi sambil mendekati ke Una.

"Ntar katanya dia lagi izin sama guru yang lagi ngajar," balas Una sambil mengambil hp miliknya yang tergeletak di meja.

"Lah bukannya kalian sekelas?"

"Tadi saya ada kumpulan OSIS jadinya saya izin," saut Una membuat Ibu Silvi mengangguk-anggukan kepalanya mengerti tak lupa menyeruput kopinya.

"Assalamualaikum Bu, maaf saya telat," ucap Ines dari ambang pintu dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Yaudah gak papa Ibu paham kok, ayok sini kita mulai debatnya." Ibu Silvi meletakkan kopinya dan mulai mengetik sesuatu di laptopnya.

Ines langsung duduk di depan Una dan Ibu Silvi duduk di paling depan, meja yang digunakan di ruang ini seperti orang kantoran yang sedang rapat.

"Kemarin kita bahas tentang 'penting gak sih sejarah?' nah sekarang kita bahas 'orang yang sukses tergantung jabatan dan uang?' Ibu juga gak yakin sih tema ini bakal diangkat untuk perdebatan nanti, tapi ada baiknya kita berjaga-jaga dulu."

"Tema nya menurut aku kaya gimana gitu, Bu," ungkap Ines.

"Iya tau tapi untuk berjaga-jaga aja siapa tau kan di perdebatkan karena jarang banget nih debat ada yang bahas ini, pasti mereka juga cari bahan debatan yang gak pernah di pake sama yang lain," jelas ibu Silvi. "Oke kita langsung mulai, dari ... Ines dulu silahkan."

Ines yang di tunjuk mengecek suaranya terlebih dahulu lalu kemudian dia berbicara, "orang yang sukses tergantung jabatan dan uang? Ini gak berlaku ya! Kalau ada kalian yang mikir gini kalian orang bodoh! Semua orang bisa sukses dengan caranya masing-masing, mau dia anak petani atau anak tukang ojek sekali pun semuanya bisa sukses dengan caranya masing-masing.

"Tapi kak, ada orang yang selalu gagal tapi sekali nyodorin uang langsung berhasil bukankah itu sukses nya karena uang? Ada yang terbesit pertanyaan yang seperti saya ucapkan tadi? Gini, sebanyak apapun uang yang kamu sodorkan ke orang tersebut sekalipun di terima pasti kalian di kantor itu banyak masalah dan berjung di pecat karena melanggar garis takdir yang Allah buat.

"Kalian tau sukses bukan berarti memiliki uang banyak saja, sebetulnya kalian sudah sukses namun karena manusia tergolong orang tamak dan tidak akan puas apa yang dilakukannya jadilah dia tidak tau bahwa dirinya sudah sukses dari awal. Contohnya sukses mengahadapi segala cobaan Allah, sukses buat keluarga kita bahagia meski hanya dapat uang sedikit, ya seperti hal kecil yang membuat kita bahagia.

"Orang mapan selalu di pandang dan orang gak mapan selalu di abaikan, bukan begitu? Memang benar kata-kata itu namun jika kita tidak mapan sekalipun, tetapi kita memiliki wawasan yang luas kita juga bisa jadi mapan nyatanya sukses itu bukan karena uang! Sukses itu karena kita, jika kita hari ini masih senang santai-santai aja, main hp, rebahan, dan nongkrong bagaimana mau bahagian orang tua? Bagaimana mau sukses?

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang