60. Solidaritas

158 37 2
                                    

Saat Galuh berada di tengah-tengah ruangan, cowok itu menyipitkan matanya mencoba menatap sekeliling yang ternyata tidak ada satupun orang. Cowok itu menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil mencoba memfokuskan pandangannya yang hampir kabur.

"Selamat datang, ketua Bataritsa yang terhormat," ucap seseorang dari belakang Galuh.

Mendengar suara dari seseorang yang berbisik tepat di telinganya, Galuh langsung berbalik. Tepat saat dirinya berbalik, Reyhan langsung menendang perut Galuh.

Di lain sisi Restu yang melihat Galuh sudah terkapar di lantai langsung mendekatinya. Cowok itu dengan di bantu Gavin mengikat Galuh tepat di samping Arkan yang pinsan.

"Oi!" panggil Reyhan pada Galuh yang matanya sudah sayup.

Galuh yang tadinya memandang lekat wajah Arkan yang tak bergerak sama sekali kini ia arahkan pada Reyhan. Matanya yang sayup seketika langsung melotot, badannya yang tadi lemas langsung kembali seperti semula bahkan cowok itu memberontak kala Restu dan Gavin masih mengikatnya.

"Lo tau ini apa?" tanya Reyhan tersenyum bak psychopath pschopath yang ada di film-film. "YA! Ini namanya bom waktu."

Kala Reyhan tengah mengatur waktunya, Restu dan Gavin berdiri saat sudah menyelesaikan tugas mengikat tubuh Galuh. Kedua laki-laki itu menonjok habis-habisan di ketua Bataritsa yang katanya kuat, namun apa sekarang? Cowok itu hanya bisa pasrah. Cih.

"Mana geng kebanggaan lo, bodoh!" seru Gavin sambil menginjak kakinya tepat ke muka Galuh.

"Beraninya bawa geng. Percuma orangnya seratus lebih tapi yang nolongin cuman lo doang mah!" sambung Restu. "Jangan ada kata 'sok' kalau lo ngadepin kita, apalagi Reyhan!"

***

Dengan keringat yang bercucuran, mata yang merah, dan baju yang sudah jauh dari kata bersih Alex, Panji akhirnya bisa keluar dari gudang yang masih ada kobaran apinya.

"Panji!!" seru Yoga sambil mengangkat tangannya.

Panji dan Alex yang baru keluar tiba-tiba melihat ambulance langsung bingung. Setahunya ia hanya menelpon petugas kebakaran dan polisi.

"Siapa yang luka?" tanya Alex pada Hasbi.

"Gila lo kuat bener keluarnya lama," sahut Hasbi langsung tanpa mengindahkan pertanyaan dari Alex.

"Itu, Lex Aldo kena api tangannya," terang Alan.

"Lo berdua enggak papa?" tanya Aldo pada Alex dan Panji.

Keduanya sontak menggeleng.

Dengan inisiatif Yoga memberikan kedua botol air minum agar menyuruh Alex dan Panji membasuh muka supaya tak kusam.

"Lah, si Bos mana?" Pertanyaan singkat, padat, dan jelas milik Bryan ini membuat semuanya sadar kala ada satu orang yang masih kurang lengkap.

"Lah gue kira sama lo, Do," balas Panji.

"Gue kira Arkan juga sama lo," sambung Alex.

Hening seketika sampai tiba-tiba Bryan langsung lari menuju gudang itu kembali, mencari Galuh. Persekian detiknya ada Alex, Alan, Yoga, Hasbi dan semua anggota Bataritsa, Anggati, Angsa langsung masuk mencari Galuh.

Seruan, tahanan, serta ancaman dari para polisi dan pemadam kebakaran agar menyuruh mereka semua jangan masuk tak mereka hiraukan. Yang ada di dalam benak setiap mereka adalah mencari Galuh dan Arkan.

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang