"Ada saatnya melepaskan sesuatu yang tak bisa di pendam."
***
Langit kini berubah menjadi warna kelabu. Lampu-lampu di jalan mulai menyala. Suara kumandang azan saling saut menyahut dan sang matahari sudah turun berganti dengan sang bulan yang secara perlahan-lahan mulai muncul.
Seorang gadis yang masih lengkap dengan seragam sekolahnya kini tengah duduk di halte sambil membuka hp nya beberapa kali berharap supirnya cepat datang.
Karena hari Sabtu dia ada kelas tambahan yaitu Exper class yang di mulai dari jam 16.00-18.00 Una pulang sedikit terlambat, ditambah lagi tadi siangnya dia full berada di sekolah akibat latihan debat sejarah. Di sekolahnya hari libur cuma di hari Minggu saja, SMA bakti memang benar-benar beda dengan SMA lainnya. Di saat SMA lain libur, SMA bakti berangkat dan masih belajar.
Sudah beberapa kali Una mengecek hp nya dan mengirimi banyak pesan pada sang supir namun tidak ada satu pun balasan darinya.
Una memutar otaknya ketika dia merasakan sesuatu yang ganjal. Dia melirik pakaiannya dan mengecek tanggal di hp.
Plak.
Una meruntuki dirinya yang pelupa, bagaimana dia bisa lupa kalau supirnya saat ini tengah mengantar ayah ke Bali.
"Sial mana udah malam lagi."
Una berdiri dari duduknya dan berharap ada taxi lewat karena dia yakin bus sekolah pun sudah tidak ada.
Tin! Tin!
"Bareng sama gue aja, Na." Una menoleh ke sumber suara yang dia yakin adalah salah satu murid di Exper class.
Sosok laki-laki itu membuka helm full face nya dan membenarkan sedikit rambutnya yang berantakan. Jas sekolah yang digunakannya berterbangan dengan rambutnya mengikuti alunan angin di malam hari.
"Jemputan lo gak datang, kan? Bareng gue aja." Arkan bersuara kembali ketika lawan bicaranya tak kunjung menjawab.
"Gak usah kita beda arah, lagian nanti bentar lagi ada taxi kok."
Arkan karena dapat juara 3 besar di kalangan jurusan IPS jadilah dia mendapat kelas tambahan dengan Una. Ia turun dari motornya dan menghampiri Una yang sedang menenggok ke kanan dan ke kiri berharap ada taxi lewat.
Arkan memegang pergelangan tangan Una sontak membuat Una menatapnya. "Lo masih sama kaya yang dulu ya."
Una dengan cepat menghempaskan tangganya yang di genggam Arkan. "Gue beda."
"Yaudah ayok pulang sama gue."
"Gak, makasih!"
Una yang tak mau berlama-lama di samping Arkan langsung berjalan dengan cepat. Hatinya sangat lemah, baru diajak pulang bareng aja dia hampir berharap kembali dengan Arkan.
Arkan menarik kembali pergelangan tangan Una kuat hal itu membuat Una yang tidak tau langsung terhuyung dan menatap Arkan.
Una menatap iris mata Arkan. Dia rindu tatapan hangat yang ia lontarkan padanya, namun naas tatapan hangat itu mempunyai makna dan tujuan yang membuatnya sakit hati hingga saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lies || Eunkook
Fanfic[Romantis-Komedi-sad] Kau tau hal apa yang palingku benci didunia ini? PERSAHABATAN. Ya persahabatan, persahabatan bisa sejahat iblis dan bisa sebaik malaikat. Namun, yang ku temui di dunia ini adalah sahabat yang sejahat iblis. Se...