Seminggu berlalu, dan tepatnya pada tanggal 19 Juli 2021 sidang perdana Jefan terkait tuduhan melakukan pembunuhan berencana pada pacarnya sendiri, yaitu Unalia Resyan resmi di gelar.
Jefan yang sudah memiliki semangat untuk bisa bebas dari penjara nampak ada sebuah senyum yang terbit dari muka tegasnya. Dan sebelum sidang di mulai, Reza sengaja membawa baju sekolah SMA Bhakti agar Jefan gunakan saat sidang berlangsung.
"Cakep ya, kalau pake seragam," puji Reza ikut memandang pantulan Jefan yang sudah rapih.
"Iyalah! Bibitnya, bibit unggul," balas Jefan tersenyum manis.
"Duh ya sekarang mah udah senyum, kemaren-kemaren tai anjing, tai anjingan," sinis pengacara Jefan dengan kedua bola mata yang tidak mau menatap pelaku.
Ines yang berada satu ruangan bersama Jefan dan pengacaranya langsung berbicara, "Pak pengacara, pokoknya Bapak harus menang ya buat sidang ini, karena saya sama Jefan enggak salah, bahkan saya enggak tau siapa yang bunuhnya."
Jefan membalikkan badannya. "Gue sih ada satu yang gue curigain, Nes, tapi ... gue kurang yakin."
"Gue tau lo pasti nuduh Reyhan, kan?" tanya Ines tepat sasaran, hal itu membuat Jefan spontan mengangguk. "Selama gue ada di deket Reyhan dia enggak ngelakuin hal-hal aneh."
"Tapi, emang waktu detik-detik Una jatuh lo ada bareng Reyhan?"
Ines diam. Gadis itu mengetuk-ngetuk pipinya menggunakan telunjuk, seolah-olah tengah berpikir keras. "Gue lupa sih, waktu itu Adelia ngajak gue bicara terus, tapi dia jalan di belakang gue sama Berto."
Kreott....
"Ines?" Seorang laki-laki muncul di balik pintu itu mampu menghentikan percakapan mereka.
"Iya?"
"Kamu bebas atas tuduhan kaki tangan pelaku. Kami baru menemukan bukti bahwa kamu tidak bersalah dari salah satu flog temen kamu yang ada di Spanyol," ujarnya.
(◍•ᴗ•◍)
Seorang perempuan memakai baju rumah sakit, dengan salah satu tangannya di infus itu masih setia memejamkan matanya. Beberapa orang yang berkunjung dari polisi, jaksa, bahkan beberapa wartawan, dan beberapa teman kantor Ayah dan ibunya tidak mampu membuat gadis itu kembali menunjukkan mata indahnya pada dunia.
"Na ... bangun, yuk! Bentar lagi sidang lo bakal di mulai, Na," lirih seorang laki-laki seraya mengelus telapak tangan Una.
"Na. Inget enggak sih dulu lo pernah bilang ke gue kalau lo mau nikah sama gue, tapi kenapa lo kaya gini, Na?" tanyanya masih mencoba untuk mengajak Una berbicara.
Walaupun kenyataannya Una tak dapat menjawab pertanyaan Reyhan, atau mungkin lupa akan janji Una waktu kecil. Reyhan tetap bersikeras mengajak Una berbicara.
"Gue tau lo butuh istirahat, tapi kenapa istirahat lo lama banget." Reyhan menjeda ucapannya seraya menunduk dalam. "Semenjak kita pisah, lo banyak berubah. Bahkan lo lupa sama janji-janji yang kita buat dulu, Na."
Mengingat kembali kenangan di mana Una berjanji akan menikah bersama Reyhan di kemudian hari, membuat hati Reyhan pilu. Iya Reyhan juga tau, janji yang di buat waktu kecil itu bukan sesuatu yang harus di tepati, karena bagaimanapun keduanya masih kecil dan tidak tau apa yang namanya menikah.
Namun Reyhan sudah terlanjur mencintai Una sewaktu gadis itu mengajaknya untuk menikah bersama, tapi nyatanya di saat Reyhan tengah menjaga hati, ternyata Una sudah memiliki seseorang yang menggantikan perannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lies || Eunkook
Fanfiction[Romantis-Komedi-sad] Kau tau hal apa yang palingku benci didunia ini? PERSAHABATAN. Ya persahabatan, persahabatan bisa sejahat iblis dan bisa sebaik malaikat. Namun, yang ku temui di dunia ini adalah sahabat yang sejahat iblis. Se...