"Kau tau, apa yang lebih indah dari semburat jingga di waktu petang?
Senyummu. Iya senyumanmu, yang jarang nampak, namun selalu membuatku jatuh dalam pesonamu." Jefan Irsyada.***
Hari libur. Una memanfaatkan waktu itu untuk membuat kue dengan Mama Lisa karena kita disini kumpul semua. Ada papa Jimy yang biasanya keluar kota buat pertemuan kini ada dirumah, dan Kak Angga yang biasanya jalan-jalan sama pacarnya sekarang ada dirumah juga.
Rencananya kita mau buat bolu, puding, sama cupcake. Una sebenarnya belum bisa memasak ia hanya bisa masak puding itu juga selalu kemanisan, tapi mamah bilang gak papa namanya juga belajar jadi Una meski buat masakan yang rasanya gak tepat dia selalu coba.
"Mah, Una buat puding ya, itu adonan cupcakenya udah jadi," ujar Una lalu berjalan mendekati kulkas.
Kak Angga pun datang sambil mengecek keadaan dapur lalu dia berjalan mendekati kulkas untuk mengambil jus.
"Mah yang buat adonan cupcakenya Una, Mah?" tanya Angga sambil menatap Una yang kini membawa susu sambil menatapnya tajam.
"Iya kenapa?"
"Mamah gak inget terakhir Una bikin Pai?" Angga mengingatkan kembali mamahnya. "Bukannya enak, malah asin banget. Kayaknya Una ngebet nikah deh, Mah."
Una menaruh susu itu di dekat mamah lalu dia mengancang-ancang ingin menabok Kak Angga. "Sembarangan! Sini lo Kak!"
"Heh! Una jaga omongannya," peringat Mamah Lisa.
Una kini menatap kepergian Kak Angga yang sudah lari terlebih dahulu dengan tatapan tajam lalu dia berteriak, "awas aja ya kalau rasa cupcakenya enak, Kakak harus bayar!"
"Udah-udah, jangan ladenin Kak Angga buat tuh pudingnya, Mamah aja yang bolu udah jadi tinggal buat cupcakenya aja lah kamu belum jadi apa-apa."
"Yihhh! Una kan tadi bantuin Mamah Lisa buat adonan bolu, cupcake, masih aja gak ngakuin."
Kurang lebih 10 menit semua adonan pun jadi, yang membuat Una masih bingung adalah Mamah Lisa membuat bolu, sama cupcakenya banyak sedangkan puding sedikit karena di keluarganya yang paling suka puding adalah Una.
"Mah, ini bolu sama cupcake buat banyak-banyak kenapa?" ujar Una sambil melihat Mamah Lisa yang kini membagi dua untuk dimakan bersama keluarga dan satunya di taruh di tupperware biru milik Una.
"Rumah deket kita itu ada yang beli, dan sekarang kita punya tetangga baru," jelas Mamah Lisa lalu dia memberikan tupperware itu pada Una. "Sana anterin, yakali tangga baru mamah cuwek-cuwek aja. Nanti mamah nyusul kok kalau udah beres dapurnya."
"APAAA?" teriak Una tak percaya. "Mah! Bukannya rumah sebelah itu mahal banget ya, kok bisa sih dibeli gitu?"
Mamah melirik Una sekilas lalu memfokuskan kembali untuk mencuci piring. "Ya siapa tau tetangga kita kaya."
"Yaudah Una kasih tupperware ke tangga dulu ya," pamit Una.
"Eh itu sekalian bawa makanannya ke ruang TV, papa Jimy sama Kak Angga juga mau ngicip juga loh," peringat Mamah Lisa.
Una pun mengacungkan jempolnya lalu mengambil makanan yang di sediakan mamah untuk dimakan di ruang TV. Di dalam perjalanan menuju ruang TV Una tak henti-hentinya memakan puding buatannya, menurutnya baru kali ini rasanya pas dan tidak aneh hal itu membuat Una bangga.
"Ya Allah Mah, liat tuh anak kamu, masa makan sambil jalan," omel papah yang melihat anak bungsunya acuh ketika di marahin.
"Makan sambil jalan bisa berubah jadi kuda loh, Dek," saut Kak Angga sambil mencomot bolu ketika Una sudah meletakkannya di meja.
![](https://img.wattpad.com/cover/227799746-288-k335079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lies || Eunkook
Fanfic[Romantis-Komedi-sad] Kau tau hal apa yang palingku benci didunia ini? PERSAHABATAN. Ya persahabatan, persahabatan bisa sejahat iblis dan bisa sebaik malaikat. Namun, yang ku temui di dunia ini adalah sahabat yang sejahat iblis. Se...