Tubuhku, ragaku semuanya ada namun keberadaanku tidak dianggap. Keberadaanku akan dianggap ketika seseorang yang kau prioritas kan sudah pergi.
***Semilir angin menerpa wajah dan rambutnya yang damai, menerbangkan anak rambut milik gadis dengan mata belo.
Keberadaannya tidak dianggap menjadikan dia harus merasakan angin yang menyapa kulitnya sambil menyimak pembicaraan di depannya yang asik bercanda gurau mengabaikan sosok yang ada di belakangnya.
Cewek berambut pendek pirang membuka kaca mobil milik Jefan, tanggannya menekuk dan kepalanya bertopang pada tangan itu dan berakibat mukanya agak keluar dari jendela kaca. Helaan nafas berat sering terdengar karena sudah jenuh diabaikan, anehnya kenapa jarak rumahnya dengan super market sangat jauh. Ia sering berdehem keras agar dirinya dianggap oleh mereka berdua, cara itu berhasil sesaat setelahnya dia diabaikan lagi. Sungguh miris.
"Una, kepalanya jangan keluar bahaya." Satu kalimat yang diucapkan Jefan membuat keberadaannya kini dianggap kembali.
Dengan muka di tekuk ia menuruti perintah Jefan, dan kembali membuka hp nya hanya untuk mengecek apakah ada orang yang mengirim pesan kepadanya, namun hp nya sungguh sepi sekali, tidak ada human-human yang memberi pesan kepadanya.
"Jefan lo inget gak sih waktu kita kecil, pas SD itu lohh ... Waktu itu lo pernah nginep di rumah gue dan tidur di kamar gue, pas pagi gue kira atap rumah bocor tapi nyatanya lo ngompol HAHAHAHHAHA ...."
Jefan melirik ke Sowon malu. "Apaan sih itu kan waktu SD. Lo juga waktu tidur siang di rumah gue, gue kira balon punya gue meletus tapi ternyata itu kentut lo. Udah kentutnya besar, bau lagi. Gilaa sih perempuan kentutnya besar banget."
Mereka berdua tertawa kembali mengingat kenangan masalalu mereka. Una yang terus diabaikan punya satu ide ntah ini berhasil atau enggak yang penting Una ingin liat reaksi Jefan apakah cemburu atau enggak.
"Ada apa Arkan?" ucap Una layaknya sedang menelfon namun nyatanya dia hanya berakting.
Karena ucapan Una membuat Sowon menoleh ke belakang sedangkan Jefan melirik spion atas yang mengarah ke Una. Ternyata cara ini sanggup membuat keberadaan Una dianggap lagi.
"Mau ke supermarket, kenapa?" Una sengaja melihat Sowon yang masih menatapnya dan Jefan yang diam sambil menyetir.
"Mau ikut? Bukannya lo lagi jalan sama pacar lo ya?"
Sowon berbisik, "Arkan?" tanya Sowon yang langsung diangguki oleh Una. "Mau ikut?"
Una mengangguk untuk kedua kalinya, lalu ia berpura-pura kembali sedang menelfon Arkan, sambil mencuri-curi pandangan ke Jefan yang kini sedang menatapnya, melalui spion kaca atas.
"Boleh aja sih tapi gue terserah Jefan sama Sowon nya boleh enggak."
"...."
"Iya bentar gue tanyain dulu." Una menjauhkan hpnya lalu berkata, "Arkan mau ikut kita ke supermarket, boleh enggak?"
"Boleh."
"Jangan!"
Una tersenyum tipis sedangkan Sowon kini menatap Jefan terkejut.
"Jangan banyak-banyak orang nanti ke supermarket nya lama, kata Tante lo gak boleh lama-lama," ucap Jefan kini memasang muka serius dia bahkan enggan menatap Sowon ataupun Una, matanya hanya tertuju ke jalan yang ada didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lies || Eunkook
Fanfiction[Romantis-Komedi-sad] Kau tau hal apa yang palingku benci didunia ini? PERSAHABATAN. Ya persahabatan, persahabatan bisa sejahat iblis dan bisa sebaik malaikat. Namun, yang ku temui di dunia ini adalah sahabat yang sejahat iblis. Se...