Pelangi akan hadir setiap selesai hujan, dan akan hilang setelah matahari mulai muncul.
Ibarat kamu memiliki sejuta keindahan buat dipandang, namun kamu juga akan pergi tanpa sebab akibat bahkan terkesan tanpa memberi tahu. Akan tetapi aku yakin Tuhan akan memberikanku satu orang yang akan menjadi matahari dan memberiku jalan agar berhenti menyesali kepergianmu.~~~~^^~~~~
Setelah pulang sekolah Una dia langsung berganti peran baru yaitu menjadi guru les privat Jefan.
Kejadian dimana dia diajak ke basecamp Bataritsa lalu di beri pertanyaan harus memilih Jefan atau Arkan, Una menjawab memilih Jefan dan sejak saat itu juga Jefan terus saja merengek untuk Una menjadi babunya selama satu bulan. Padahal dia melakukan itu terpaksa.
Karena di benaknya Jefan lebih baik dari Arkan yang sejuta kata-kata manis namun dia juga memberi beribu-ribu banyak luka yang dia tinggalkan. Raganya sudah pergi namun kenangannya masih membelenggunya.
"Eh Una," sapa Mamah Nesya seraya duduk di sebelah Una yang kini sedang menaruh buku-buku di meja. Sekilas dia melirik buku itu lalu kembali menatap Una. "Oh, Una mau belajar bareng sama Jefan?"
"Ah, iya Mah, tapi-"
"Jefan tumben mau belajar. Jadi seneng deh." Terlihat muka Mamah Nesya yang berseri-seri ketika mengetahui anaknya akan belajar. "Nih ya Una Mamah itu paling sebel banget kalau nyuruh Jefan belajar, banyak banget alesannya!"
Una tersenyum kecil. Ternyata apa yang dipikirkannya menang benar-benar terjadi bahwa Jefan itu bodoh.
"Alesannya yang kalau setiap buka buku langsung disulap mau tidur lah, terus dia bilang langsung gatel-gatel lah karena alergi natep rumus-rumus. Dia mau baca buku kalau bukunya bergambar."
Una yang hendak mengambil buku pelajaran yang akan diajarkan ke Jefan langsung menatap Mamah Nesya dengan tatapan terkejut, dia berkedip dua kali seraya menelan air liurnya tak percaya.
"Aneh banget kan Jefan." Mamah Nesya berpendapat yang langsung diangguki oleh Una. "Tapi Na, meski dia oon anehnya dia kalau pacaran dapetnya yang cantik-cantik loh. Itu anak kok bisa ya dapet pacar cantik-cantik padahal Jefan oon. Si perempuannya buta atau dipelet ya?"
Una tersenyum kikuk pada Mamah Nesya yang tak segan-segan mencaci maki anak kandungnya dan anak semata wayangnya itu.
"Ah Jefan udah dateng," ucap Mamah Nesya ketika melihat anak sulungnya keluar dari kamarnya hendak berjalan ke arah mereka. "Udah dulu ya Na, gosipnya kalau kedengaran sama Jefan bahaya. Mamah Nesya mau buatin minumannya dulu buat nemenin kalian belajar."
Una tersenyum ketika Mamah Nesya pergi. Dia menatap iris mata Jefan yang menatapnya sayup.
Jefan menatap malas tumpukan buku-buku yang ada disamping Una. Bahkan dia tidak tau lagi Una yang tadinya duduk diatas kursi kini duduk di lantai dekat meja.
Seniat itukah Una mengajari dirinya?
Una melambaikan tangannya menyuruh Jefan agar cepat duduk disampingnya, dia menepuk-nepuk tempat duduk yang tak jauh dari dirinya berada. Sedangkan Jefan yang bersiap hendak melangkahkan kakinya, dia bergidik ngeri ketika Una mulai membuka buku pelajaran.
"Kenapa?" tanya Una yang heran ketika melihat Jefan yang takut.
"Gue takut, Na," lirihnya sambil menatap objek yang dia takuti.
![](https://img.wattpad.com/cover/227799746-288-k335079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lies || Eunkook
Fanfiction[Romantis-Komedi-sad] Kau tau hal apa yang palingku benci didunia ini? PERSAHABATAN. Ya persahabatan, persahabatan bisa sejahat iblis dan bisa sebaik malaikat. Namun, yang ku temui di dunia ini adalah sahabat yang sejahat iblis. Se...