Orang yang baik aja banyak di benci, apalagi orang yang jahat.
Namun itulah hidup, kita tidak bisa menyangka dan menduga jika orang yang terdekat bisa aja benci kita tanpa kita ketahui, dan berjalan layaknya tidak ada apa-apa.
***Jumaat pagi nya tepat dimana Una serta Ines akan di tes siapa yang akan mewakili debat sejarah, pagi-pagi sekali keduanya langsung di panggil melalui pengeras suara yang menyuruh mereka agar ruang latihan untuk melakukan tes itu, padahal tes dilaksanakan setelah selesai sekolah namun sekarang di percepat.
Unalia Resyan yang kelasnya di lantai pertama harus rela turun tangga untuk menghampiri ruang tes yang letaknya di bawah dekat dengan ruang koprasi, ruangan itu bisa di sebut ruang serbaguna karena kalau ada tes tari sekalipun menggunakan ruangan itu. Di dalam ruang serbaguna sebelah kirinya ada meja yang digunakan untuk rapat-rapat tertentu dan disudut itulah Una dan Ines latihan debat sejarah, sedangkan di sebelah kanannya kosong, mungkin untuk latihan tari atau semacamnya.
Di lorong yang sepi ini Una melihat-lihat pemandangan SMA nya yang banyak tumbuh-tumbuhan serta tanaman hias di beberapa tembok yang kosong.
Ketika dia melewati lobi tidak sengaja matanya menangkap sosok Arkan yang baru sampai di SMA bakti dan karena itu juga Una menatap jam tangan miliknya yang menunjukkan pukul setengah enam pagi dan tiga puluh menit lagi bel masuk sekolah mulai berbunyi.
Selama perjalanan menuju ruang serbaguna dia banyak yang menyapanya namun karena Una cuwek dia hanya mengabaikannya dan karena itu lah dia sering dianggap sombong.
"Permisi," ujar Una sambil membuka pintu serbaguna itu secara perlahan dan mulai mengedarkan pandangannya namun setelah menangkap sosok Ines dan Ibu Silvi Una langsung memasuki ruangan itu.
"Na, tutup pintunya sama colokin kabel buat muter Vidio ya," perintah Ibu Silvi yang di angguki olehnya.
Setelah semua perintah ibu Silvi terlaksanakan Una duduk di depan Ines sambil menatap dingding yang akan diputarkan vidio oleh Ibu Silvi.
Keadaaan hening ketika Vidio itu mulai tersetel Una yang ingat Vidio ini langsung menatap Ibu Silvi yang masih melihat Vidio di depannya dengan muka serius.
"Siapa yang nyuruh lo!"
"Ines."
Dan vidio itu terjeda tepat dimana dua kalimat itu sudah selesai terucap, lalu Ibu Silvi menatap tajam muka Ines yang kini sedang gelisah terlihat dari gelagatnya.
"Ines maksud Vidio ini apa?" ujar Ibu Silvi yang kini sudah berdiri di depan Una dan Ines, sorot matanya masih menatap tajam Ines yang tengah memainkan kukunya.
"Ines Ibu tanya sekali lagi maksud vidio ini apa?"
Diam.
"KALAU ADA YANG NANYA ITU DI JAWAB BUKAN MALAH DIAM!" Ibu Silvi menaikkan nada suaranya satu oktaf membuat Una dan Ines langsung tergejolak kaget. "Ikut Ibu ke ruang BK sekarang!"
Una yang masih kaget, jadilah dia hanya diam sambil menatap Ines lurus sedangkan Ines kini mulai mengekor pasrah di belakang Ibu Silvi.
"Karena kejadian ini kamu di diskualifikasi dan Una yang akan mewakili SMA kita buat debat sejarah nanti!"
Ines dan Una yang mendengar suara Ibu Silvi dengan begitu jelas menatapnya dengan tatapan terkejut. Ines yang kesal atas keputusan Ibu Silvi kini harus siap di pindahkan di kelas bawah dan hanya bisa menggerutu dalam hati saja anehnya mulutnya tidak bisa membantahnya sedikitpun, sedangkan Una sendiri yang mendengarnya antara senang dan sedih karena Ines di diskualifikasi. Mau membantu Ines pun dia tidak bisa karena kalau Una terlibat masalah akan di kasih hukuman kembali oleh keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lies || Eunkook
Fanfiction[Romantis-Komedi-sad] Kau tau hal apa yang palingku benci didunia ini? PERSAHABATAN. Ya persahabatan, persahabatan bisa sejahat iblis dan bisa sebaik malaikat. Namun, yang ku temui di dunia ini adalah sahabat yang sejahat iblis. Se...