33. Salah paham

452 70 4
                                        

Kenapa meremehkan orang lain kalau udah tau rasanya di remehkan?
***

Angin pagi langsung menyapa bulu kuduk beberapa murid yang sudah hadir di SMA Bhakti dan sekarang adalah hari dimana seluruh siswa-siswi SMA Bhakti harus tinggal di asrama yang sudah tertera di papan pengumuman.

"Aish... Pokoknya gue harus kasih komentar di blog SMA Bhakti menentang harus tinggal di asrama!" keluh gadis yang memiliki rambut coklat panjang dan memiliki sorot mata tajam.

"Ini isinya baju atau bom sih gila berat banget," runtuknya sambil menyeret koper berwarna pink miliknya. Saat tiba di asrama yang super duper pas-pasan raut mukanya berbuah derastis.

"Itu koper berat karena lo banyak dosa sama gue." Gadis yang memakai Hoodie yang menutupi sampai kepalanya itu berbisik tepat di telinganya. "Kenapa? Lo nyesel di keluarkan di Exper Class?"

Ines melepaskan tangganya dari koper dan menatap Una yang pagi-pagi sekali sudah membuat tensi darahnya naik. "Gue bakal buktiin kalau gue di tempatin di kelas sepuluh IPS 12 itu cuman sementara dan dan gue bakal dapat rangking satu di jurusan ini!"

Una membulatkan bibirnya serta menutupnya juga. "Ooh... Gue salut sikap ambisi lo tinggi."

Ines mengabaikan Una dan merogoh saku celananya menelfon Karin dan teman-temannya. "Kesini sini sekarang gue tunggu 2 menit atau lo tau sendiri akibatnya!"

Una yang memakai rok coklat kotak-kotak---seragam SMA nya di hari Kamis itu menatap penampilan Ines dari atas sampai bawah.

"Apa lo liat-liat gue! Cantik ya, emang gue cantik kalau iri tatapannya gak usah gitu juga!" sembur Ines.

Una merogoh kantong Hoodie nya mencari buku kecil berwana biru dan mulai menulis. "Yoana Ines Zhamora kelas sepuluh IPS 12 mendapat skor pelanggaran 2."

Ines yang mendengarnya langsung merebut not book milik Una tapi sayang Una yang sudah tau situasi ini langsung mengangkat not book miliknya tinggi-tinggi.

"Lo jangan mentang-mentang pemilik SMA ini main kasih gue nilai pelanggaran ya!" kata Ines yang masih mencoba mengambil buku itu.

"Lo juga, jangan mentang-mentang Ibu lo mensponsori SMA ini selama 3 tahun lo berhak melanggar aturan!" jawab Una. "Gue disini OSIS, sekarang lo harusnya pake rok kaya gue bukan pake celana kurang bahan!"

Ines yang melihat teman-temannya sudah datang menyuruh mereka agar mengambil buku yang di pegang Una sedangkan Una sesegera mungkin berlari namun karena dia hanya fokus melirik ke belakang sampai-sampai di depannya ada batu dia tidak melihatnya dan berjung dia yang langsung mencium tanah.

DUG!

"HAHAHAHAHHA!"

"Makan tuh karma!" Ines langsung menendang tanah yang penuh pasir itu ke arah Una.

Una yang tudung Hoodie nya hampir jatuh langsung menariknya dan melirik ke belakang. "Wahh ...." Una berkata sambil menatap satu persatu teman-teman Ines. "Karin bukannya lo benci banget sama Ines, kok lo malah main sama Ines lagi?"

"Selagi dia kaya gak papa dong! Lo juga kalau gak ada tujuh cowok yang selalu lindungi lo mungkin gue udah manfaatin lo." Karin berkata dengan nada bangganya.

Una yang sadar sudah banyak yang datang di asrama kelas sepuluh IPS 5-12 langsung berdiri, tapi sayang kaki Ines yang ada di pundaknya itu membuat dia kembali duduk. "Seberapa kaya keluarga lo sampai lomba debat sejarah kemarin lo menang?" ujar Ines.

"Dia itu ayahnya penanam saham, ibu nya punya SMA ini dan kakek dari ibunya Una pernah masuk 30 orang terkaya di Indonesia karena kakeknya menikah dengan nenek Una yang anak konglomerat," jelas perempuan yang berponi itu.

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang