58. Untuk pertama dan terakhir

231 52 11
                                    

Pukul tujuh pagi kamar milik seseorang ini gordennya masih setia di tutup, meskipun begitu sedikit cela sinar matahari di pagi hari mampu menembus kamar yang penghuninya masih terlelap.

Drttt!

Drttt!

Drttt!

Menyibak selimut tebal dengan mata yang tertutup, kini orang tersebut memilih meraba nakas di sebelah kirinya mencari HP yang terus saja bergetar yang dia yakin ada seseorang yang tengah menelponnya.

"Apa?" ucapnya khas seperti orang baru bangun tidur.

"Data forensik udah keluar, dan hasilnya 100% bener. Lo siap-siap sekarang, nanti kita urus sisanya."

Tut ... Tut ... Tut ....

***

Di siang bolong seorang laki-laki memakai baju hitam polos yang kebesaran di tubuhnya, dengan celana hitam selutut itu  tengah menikmati terpaan angin yang mengenai wajahnya saat mengendarai motor.

"Kau hancur, kan aku dengan sikapmu
Tak sadar, kah kau telah menyakitiku
Lelah hati ini menyakini kamu
Cinta ini ... membunuhku."

Sambil menyetir motor dengan kecepatan yang lambat, Arkan menyanyikan salah satu lagu yang mengalun di earphone.

Brakkk!!!

Motor Arkan yang tadi berdiri kokoh mendadak ambruk, karena dua pengendara motor yang memakai baju serba hitam, dan memakai kain penutup wajah sampai yang terlihat hanya mata serta mulut saja.

Arkan yang baru saja mencoba keluar dari motor yang menindih tubuhnya langsung di todong pisau tepat di tenggorokannya. Napas Arkan tercekat, keringat dingin cowok itu keluar dengan begitu saja.

"Lo yang namanya Arkan?!" tanya orang yang memegang pisau di belakang Arkan.

"I-iya ...."

"Ikut gue atau lo gue bunuh di sini!"

Arkan tekesiap. Cowok itu menoleh ke samping dan karena itu juga lehernya tergores. Erangan yang keluar dari bibir tipis Arkan turut terucap saat darahnya tak berhenti mengalir.

"Siapa yang ngirim lo, hah??!" tanya Arkan mencengkram tanah di sampingnya kuat-kuat.

"Jawab satu pertanyaan dari gue dulu baru lo tau siapa yang ngirim kita!" gentak laki-laki lainnya yang berdiri tak jauh dari mereka. Di lihat dari pantauannya, cowok itu bertugas mengawasi keadaan.

"Apa?"

"Lo tau siapa orang yang bunuh Una?"

Arkan tersenyum sinis. Pemikirannya kali ini benar, dan apa yang di katakan oleh Alex beberapa hari lalu juga benar-benar terjadi jika dia sewaktu-waktu akan di serang. Dengan diam-diam Arkan menekan tombol di gelang hitamnya.

"Tau," jawab Arkan menantang dan tersenyum mengerikan.

"Res, bawa tuh anak. Gue urus darah sialan yang keluar dari tuh bocah!" kata cowok itu mulai menarik pisau di leher Arkan.

***

Alex terkejut saat aplikasi yang dia buat untuk memantau Arkan bergetar, dan menunjukkan kata warning saat Alex masuk ke aplikasi tersebut.

Buru-buru Alex menyambar jaket dan kunci yang ada di nakas. Sebelum Alex benar-benar pergi bersama motor merahnya cowok itu menelpon Galuh.

"Halo, Bos. Target masuk," kata Alex tersenyum puas.

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang