53. Andai aja

279 53 2
                                    

Mulut ini berkata aku bisa melepaskan kamu, namun jauh di lubuk hati terdalam mengatakan bahwa aku tidak bisa melepaskan kamu.
***

"Jefan," panggil Una.

Cowok itu menghentikan langkahnya. Melirik sang pacar dengan tanda tanya. "Kenapa, Nas?"

Una melepaskan gandengan tangannya, menunduk sesaat karena takut mengutarakannya namun kemudian berbicara, "aku boleh enggak malam ini keluar sama Reyhan?"

Sontak pertanyaan dari bibir mungil pacarnya ini membuat air muka Jefan menjadi masam. Laki-laki itu melirik ke arah teman-temannya yang jaraknya sudah lumayan jauh.

"Reyhan cuman mau ngabisin waktu sama aku sebentar, dan nanti dia relain aku sama kamu pacaran," lanjutnya.

Jefan membalikkan tasnya. Mencari barang beberapa detik, setelahnya menunjukkan pada Una.

"Oke, tapi janji ya kamu harus pake gantungan kelinci ini di tas kamu, dan jangan senyum sama Reyhan terus. Inget!" perintah Jefan tegas.

Una terkekeh. Tangannya terulur mengambil gantungan tas berbentuk kelinci itu. Gadis berambut sebahu itu tersenyum, lalu mendongak menatap Jefan berbinar. "Makasih, Jefan!"

"Kok Jefan sih?" Jefan merajuk.

Percaya atau tidak, selama mereka pacaran Una jarang sekali bilang ke Jefan dengan kata sayang, sedangkan dia sendiri sudah beribu-ribu bilang sayang ke Una.

Sebenarnya Una cinta enggak sama Jefan?

"Ya terus apa?" Kening Una berkerut, "jengkol, gitu?"

Cowok itu tertawa. "Ya elah kamu terakhir bilang sayang ke aku seminggu lalu kalau enggak salah, tapi kok sekarang enggak bilang sayang-sayang lagi?"

"Yang bilang sayang belum tentu beneran cinta, yang enggak bilang cinta itu bisa aja cinta. Contohnya Alan. Bilang sayang ke semua orang, tapi gamon sama Yura," jelas Una.

Jefan mengangguk setuju dengan ucapan Una. Temannya satu ini yang bernama Alan Yasa Mahendra adalah titisan Yoga Aderald, namun jika di bandingkan dengan sifat Yoga lebih Alhamdulillah Alan.

Yoga meski sudah di kasih karma beberapa kali, laki-laki itu tiada henti-hentinya memainkan hatinya para cewek, sedangkan Alan menurut mereka itu cowok sadboy yang pura-pura tegar pas di tinggal lagi sayang-sayangnya sama Yura.

Jefan memutar tubuh Una. Cowok itu memasangkan gantungan yang diberinya beberapa menit lalu.

Melihat gantungannya yang imut dan cocok di tas Una memicu terbitnya senyuman di wajahnya.

"Jaga baik-baik ini gantungannya. Namanya Bunny, oke?"

Una berbalik menatap Jefan tidak setuju karena laki-laki itu mengasih nama tanpa persetujuannya. "Kok main kasih nama sendiri aja? Aku, kan belum nyetujuin loh."

"Tapi aku Ayahnya, Bunny."

Una mencubit perut Jefan saking keselnya liat muka tengil Jefan. Sedangkan sang empu malah tertawa.

"Bunny jangan nakal ya sama Mamah," ujar Jefan ketika berhasil membalikkan tubuh Una kembali. Cowok itu tengah berbicara dengan gantungan milik Una.

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang