57. Barang bukti

322 54 5
                                    

Cowok itu meletakkan bunga, buah-buahan di nakas. Menarik kursi dan menggenggam tangan gadis yang tengah tertidur dengan damainya.

Menyingkirkan anak rambut yang menghalangi paras gadis itu, dan lelaki itu memilih mengecup punggung telapak tangan perempuan yang dia cintai sendari kecil.

"Reyhan?" tanya seseorang menghentikan aktivitasnya.

Reyhan terkejut. Laki-laki itu berdiri dengan senyum cangung menyambut kedatangan kedua orang tua Una.

"Kok, berhenti, sih? Ayok lakuin lagi masa malu," ledek Jimmy melepaskan jasnya.

"Papah, kaya enggak tau Reyhan gimana aja," kekeh Lisa, "dari kapan datangnya, Rey?"

Reyhan kembali duduk seperti awal kali datang ke rumah sakit. Menggaruk tengkuknya agar meredakan rasa cangung yang menggejolak di benaknya.

"Baru sampai sih, Mah," kata Reyhan kemudian, "habis kemana emang, Mah?"

"Ke bandara, beli tiket buat besok ke Spanyol, terus pulangnya ke Adam. Masih inget, kan Ayahnya si Zura?"

Reyhan menautkan keningnya bingung, dan akhirnya cowok itu memilih menggelengkan kepalanya.

"Itu si Zura yang waktu SD sering main sama kamu, Una, sampai di kira Zura itu kembarannya Una saking kemana-mana selalu bareng," jelas Lisa menatap anak semata wayangnya dengan sorot sedih.

"Ohh Zura itu ... Kenapa Mamah ke rumah Ayahnya Zura?" tanya Reyhan.

"Dia, kan yang punya firma hukum paling terkenal di Jakarta, nah pasti kenalannya itu pengacara-pengacara yang hebat. Jadi Papa suruh dia jangan mau di sewa sama Nesya, terus sama siapa tuh yang anaknya jadi kaki tangan Jefan?" tanya Jimmy.

"Ines, Pah?"

"Iya! Nah sekarang yang tersisa pengacara yang biasa aja, yang kalau cari barang bukti asal-asalan."

Reyhan merogoh kantong celananya, lalu mengotak-atik HP dia beberapa menit setelahnya berbicara.

"Mah, ini aku punya rekaman suara Ines waktu nelpon seseorang. Ini bisa di jadiin barang bukti, kan?" tanya Reyhan.

***

Reyhan memasuki pekarangan rumah Sowon yang sudah ada beberapa motor terparkir di sana. Katanya sih sebagian anggota Bataritsa ikut menyelidiki kasus tuduhan Jefan.

Baru tiga langkah Reyhan memasuki rumah Sowon sontak cowok itu di buat kaget kala mengetahui banyak anak laki-laki di dalam rumah Sowon, bahkan jumblah motor yang terparkir di pekarangan tadi mengalahi orang yang ada di rumah Sowon sekarang.

"Itu Panji? Si ketua ANGSA?" gumam Reyhan kala indra penglihatannya menangkap sosok Panji yang terkenal dengan kebrutalannya mengalahi Galuh.

"WOI REYHAN! SINI!!" jerit Sowon saat sadar kedatangan Reyhan.

Reyhan tergejolak kaget. Cowok itu mulai melangkahkan kakinya menghampiri Sowon, mengabaikan tatapan tidak suka dari setiap orang yang ada di situ.

"Oh lo yang namanya Reyhan?" tanya cowok yang tengah mengigit batang permen.

"Iya, kenapa?"

Laki-laki itu turun dari sofa, menghampiri Reyhan dengan satu tangan yang dia selipkan di saku, sedangkan tangan satu laginya memilih mengajak Reyhan berjabat tangan.

"Kenalin gue Aldo, ketua geng motor ANGADA," jelas Aldo.

Reyhan membalas uluran tangan Aldo seraya tersenyum. "Reyhan."

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang