38. Intinya lo itu beban!

396 77 3
                                    

Di saat siang terik saat matahari tengah berada di ujung paling atas, laki-laki ini malah bermain basket sibuk mendribel bola lalu memasukkannya ke dalam ring beberapa kali.

Panas yang terik mengakibatkan dua kancing di atasnya terbuka, dengan baju di lengan tangannya di naikkan sampai siku supaya tidak terlalu gerah.

Brak!

Jefan berlari mengambil bola basket itu dan mendribel-nya lagi. Saat ini SMA Bhakti sedang free namun meski begitu beberapa orang malah masih belajar. Membosankan.

"Nih minum." Sowon memberikan air mineral dingin yang di belinya tadi di kantin.

Jefan mengambilnya lalu langsung menenggaknya sampai tersisa setengahnya. "Makasih!"

"Gue tunggu di kursi sana ya," kata Sowon sambil menunjuk bangku yang letaknya berada di luar lapangan basket dan tempat duduknya seperti di stadion.

Jefan kembali bermain basket ketika Sowon sudah pergi namun fokusnya buyar saat melihat Una dan Rey yang lewat sambil tertawa kencang, dan karena itu juga Jefan langsung berlari untuk memasukkan bola itu ke ring tidak seperti di awal permainannya yang memasukkan bola itu dari jarak jauh.

"Cemburu, bro?" bisik Hasbi tepat di telinga Jefan.

Jefan berbalik sambil menatap Hasbi kesal dan ternyata dia juga membawa Galuh, Yoga, Hasbi, Alan, Alex, Bryan yang berdiri di belakangnya.

"Kagak lah, mana ada gue cemburu. Gak masuk kamusnya Jefan." Jefan menyahut sambil berjalan mengambil bola basket.

Bryan berlari mengambil bola basket itu setelah Jefan sudah memasukkan bola itu ke ring dan kini gantian dia yang menembaknya.

"Yaelah gue tau lo suka sama dia cuman lo masih takut kalau kejadian masalalu keulang lagi. Ngaku aja lo," celeketuk Bryan.

Jefan diam dan seketika itu juga mood untuk bermain basket nya pun hilang karena perkataan Bryan.

"Yaelah Jef itu, kan masalalu. Lagian lo gak hidup di masalalu lagi," saut Alan sambil berjalan mengikuti Jefan yang hendak pergi meninggalkan lapangan basket.

Ke tujuh laki-laki itu duduk di pinggir lapangan yang tidak terlalu panas dengan Jefan di tengah-tengah mereka. Sowon sendiri yang melihat mereka kumpul di pinggir lapangan ikut mendekatinya.

"Serius gue nanya sama lo. Selama ini yang buat hati lo nyaman di siapa?" tanya Yoga penasaran.

Meski dia tidak terlalu suka dengan sikap Una yang terlalu terang-terangan dan bahkan kata-katanya sering bikin sakit hati ia juga masih punya hati saat melihat Una yang selalu digantungkan oleh Jefan.

"Jangan bilang Sowon?" lirih Galuh yang sudah tau jelas apa yang akan di katakan oleh Jefan.

Jefan mengangguk dan mereka hanya bisa mendesis pelan bahkan Sowon sendiri pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Terus kenapa lo baperin Una?" selidik Alex sinis.

Jefan menaruh kedua tangannya di belakang menatap mereka santai. "Suka aja baperin Una."

"Ganteng doang tapi gak bisa kasih kepastian?" sindir Alan. "BUNUH AJA BUNUH!" seru Alan membuat mereka terkekeh.

"Tapi kalau gantengnya kaya gue bisa di bicarakan baik-baik yakan?" Jefan tersenyum sambil memainkan rambutnya ke arah kanan.

"Jefan Sowon itu segalanya buat lo?" Hasbi menatap Jefan intens.

"Ya."

"Lo jangan kaya gitu dong nanti orang yang deketin Sowon nya malah bingung kalau di jagain lo 24 jam, begitu juga sebaliknya. Orang yang suka sama lo dan bahkan mungkin lo juga suka sama dia, tapi sikap lo lebih sweet dan bahkan lebih perhatian ke Sowon orang yang lo suka bakal bingung, Jef. Paham gak?" Hasbi untuk pertama kalinya berkata serius membuat mereka diam.

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang