Pada dasarnya semua manusia itu egois. Mau laki-laki ataupun perempuan mereka akan egois jika waktunya telah tiba.
***Pagi hari yang indah seindah hati Una saat ini karena malam hari kemarin dia begitu menikmati hari-hari bersama Jefan yang mampu membuatnya tersenyum dengan tingkah nya yang tidak terduga.
"Udah bangun, Na?" tanya Umey di sebrang sana sambil membuka gorden kaca yang berwarna biru langit.
Una mengucek mata sesaat. Netra dia melirik gadis di sebelahnya yang masih pulas. "Iya, cepet banget bangunannya, Mey."
Umey terkekeh kedua kaki kecilnya mulai melangkah mengambil handuk yang letaknya dekat kamar mandi. "Gue udah biasa, soalnya habis subuh gue langsung beres-beres rumah. Makanya sekali-kali kalau lo mau nginep di rumah gue, nenek gue kalau masak enggak kalah enak sama chef di rumah lo."
Una tertawa kecil. "Dia bukan chef ya ampun." Una teringat sesuatu. "Hari ini inget, kan kita pulang?"
Sowon yang baru bangun dan masih mengumpulkan jiwanya kini langsung duduk menatap Una tak rela. "Yahh kok udah pulang aja sih?"
"Ih padahal gue udah betah di sini," sahut Umey yang mengurungkan acara mandinya. "Penerbangannya bisa di tunda gak sih?"
"Enggak lah! Gue udah atur jadwal dari pemberangkatan sampai pulang, kalau di undur uang pulang kita hangus karena dia juga besok harus kerja lagi."
Kedua perempuan ini mendegus sebal seraya menekukkan mukanya tak rela. Yah apa boleh buat jika tidak harus begini selain menerima dengan lapang dada meski hati berkata lain.
"Gue keluar dulu ya." Una beranjak pergi dari kasur yang masih di tempati oleh Sowon.
Di ruangan ini terdapat dua kasur yang ukurannya lumayan besar, cukup untuk dua orang. Awalnya Umey menyarankan agar Una tidur di kasur sendirian sedangkan Sowon bersamanya, namun Sowon ingin sekali tidur bersama Una entah karena apa jadilah Una memperbolehkannya.
"Una, udah bangun?" sapa seorang laki-laki berambut mangkok ini.
"Iya. Lo yang satu kamar sama Reyhan bukan?" tanya Una ragu.
Laki-laki di depan Una langsung mengangguk. "Yang laki-laki punya segudang wanita cantik-cantik itu ya!" seru dia membuat Una melongo. "Dia lagi di meja makan tuh."
Secepat kilat Una langsung lari ke depan dimana letak meja makan berada, namun sebelum itu ia mengucapkan terimakasih pada laki-laki tadi.
Wahh ternyata teman kecilnya ini sudah menjadi fuckboy jangan sampai kelas kakap kalau terjadi lihat saja apa yang akan Una lakukan pada pria penyuka warna hitam ini.
Una memelankan langkah kakinya saat melihat Reyhan tersenyum-senyum sendiri melihat benda pipih di tangannya. Alis Una terangkat, rasa ingin tahu dia memuncak saat Reyhan mengigit jarinya dilanjut dengan rona merah di wajahnya.
"Hayooo Reyhan lagi mikirin apa ayohhh!" Una kalah cepat dengan pergerakan Reyhan yang langsung menutup HP miliknya. "Pasti Reyhan cari jasa pelet online yaaa."
"Sembarangan! Gue ini cakep, tanpa pelet online mereka langsung terpikat dengan gue, apalagi kalau gue senyum." Reyhan kembali tersenyum kembali membuat Una bergidik ngeri di sampingnya.
"Na, fotoin gue dong dari sini, nanti di belakangnya harus kelihatan ya, dan makanannya juga harus kena sebagian aja." Reyhan memberikan HP-nya kemudian menyuruh Una agar duduk di tempat duduk di kursi ke empat.
Reyhan menarik kursi yang ada di sebelah kirinya lantas siap berpose. Dari yang posenya menompang dagu, sampai foto candid gitu karena followers Ig dia rata-rata menjadikan fotonya menjadi foto halu. Dasar jomblo.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lies || Eunkook
Fanfiction[Romantis-Komedi-sad] Kau tau hal apa yang palingku benci didunia ini? PERSAHABATAN. Ya persahabatan, persahabatan bisa sejahat iblis dan bisa sebaik malaikat. Namun, yang ku temui di dunia ini adalah sahabat yang sejahat iblis. Se...