6. A Lies✓

671 96 61
                                    

A/n: sedang dilakukan revisi, jadi jika kalian baca di chapter yang belum di revisi trs berbeda dengan chapter yang sudah di revisi atau bahkan beberapa di jelaskan kembali di chapter yang belum di revisi harap di maklumi><

***

Keadaan perkemahan saat ini benar-benar sunyi hanya ada suara panitia yang tengah melakukan pengarahan membuat tengah hutan itu nampak seram, belum lagi suhu di daerah ini sangatlah dingin, ah jangan lupakan ada kabut yang ikut serta menemani mereka yang tengah berkumpul di lapangan.

"Seperti yang telah di sampaikan tadi kali ini tolong perwakilan setiap regu untuk mengambil lilin dan dasi di tendanya masing-masing, saya beri waktu 1 menit dan jika telat besok regu itu harus mencari kayu untuk tetangga tendanya," seru Kak Jordan.

Alan memutar tubuhnya sembilan puluh derajat untuk menatap para anggotanya yang ada di belakang. "Lex, ambil lilin sama dasi gih."

"Lilin ada di tenda gue, Alex ambil dasi cowok-cowok aja," ujar Amel yang duduk di belakang Alan.

Alan mengangguk dan menyuruh keduanya agar bergegas mengambil barang-barang yang di sebutkan tadi.

Di saat teman-teman cowok regunya sibuk membahas tentang Yoga yang tadi sore kembali menggoda Kak Bella saat tengah mencari ranting pohon bersama Jefan dan Una, Raya lebih memilih tertarik membahas hal lain bersama Una.

"Na, lo, kan pinter tuh kenapa enggak daftar di SMA Erha high school dan malah lo daftar di cabangnya." Ucapan Raya membuat Una menoleh kearahnya.

"Enggak lolos," ucapnya terselip nada penyesalan di dalamnya.

Raya yang salah memilih topik akhirnya meminta maaf pada Una yang nampak kembali seperti biasa.

"Gue enggak begitu pinter asal tau, waktu tes masuk SMA itu aja nilai gue hampir mendekati enggak lolos tahap selanjutnya," lanjut Una.

Dengan hati-hati Raya kembali bertanya, "lo enggak sedih enggak masuk SMA itu?"

Melihat perempuan chubby di depannya menggeleng tegas membuat Raya tersenyum. "Enggak sih, soalnya dengan gue masuk SMA Bhakti pun udah cukup menjamin masa depan gue, ya meskipun SMA Bhakti cabang SMA Erha dan enggak terlalu banyak menjamin soal masa depan tapi gue tetep bersyukur."

Raya mengangguk setuju. "Kalau boleh tau lo emang gagal tahap apa? Gue tadinya di suruh Tante masuk SMA Erha cuman ya gue sadar diri lah yaa otak gue gimana, terus juga awalnya gue enggak mau masih SMA ini loh malah target gue waktu SMP mau masuk SMA Andromeda tapi Tante diem-diem daftarin gue di sini dan gue yang enggak tau akhirnya gue di terima di dua SMA. Satu SMA Andromeda dan satu laginya SMA ini, terus pihak sekolah, sama Tante nyuruh ambil yang di sini jadi ya yaudah gue ambil meskipun gue di tempatin di kelas akhir."

Una beroh ria, nampak sekali hubungan keduanya lumayan dekat ketimbang awal mula saat mereka tiba di perkemahan.

"Waktu tes di SMA Erha ada tes minat bakat juga nah cuman bedanya kita di tanding sama peserta yang punya bakat kaya kita juga, waktu itu gue milih anggar karena gue rasa udah cukup mahir di bidang itu, tapi gue kalah akhirnya nilai gue minus belum lagi waktu itu bahasa yang gue kuasain enggak begitu banyak akhirnya makin banyak minus yang gue dapat jadi ya gue enggak lolos," jelas Una sambil memberi jeda untuk menanyakan cerita Raya tadi. "Terus lo nyesel enggak masuk sini?"

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang