cw // kata-kata kasar nan kotor.
✨✨
Banyak kasus pelecahan seksual yang tidak ditangani dengan baik. Pernah beberapa kali membaca kisah tragis di internet. Para korban pelecehan seksual tidak mudah untuk jujur tentang apa yang pernah mereka alami.
Begitu sulit membuka mulut dan menceritakannya kembali. Begitu sulit harus membuka memori lampau yang begitu menyakiti. Karena itu, ketika ada korban yang akhirnya berani untuk speak up dan membuka diri maka seharusnya mereka diberi perlindungan dan dimengerti dengan hati yang hangat. Dan juga, diberi bantuan hukum.
Sayangnya, hukum masih tumpul untuk para korban pelecehan seksual. Saat para korban memberanikan diri untuk membuat laporan dan menuntut para pelakunya. Setidaknya si pelaku mau meminta maaf dan mengakui kesalahan, tapi ada oknum polisi yang justru berkomentar, “Belum diperkosa, kan? Cuma dipegang doang, Mbak. Mending pulang aja. Ini enggak bisa diproses.”
Jadi, para perempuan harus menunggu diperkosa dulu, ya?
Ada oknum seperti itu.
Tidak semua, tapi oknum.
Suasana di ruang tamu kediaman mbah menjadi lebih panas ketika Alinea membuka kembali kasus kakak perempuannya. Tadi kami hanya membahasnya sedikit, belum jelas bagaimana alurnya.
“Bajingan itu bilang kalau semuanya salah Kak Hara,” cerita Alinea dengan mata dipenuhi kemarahan. Kedua tangannya terkepal kuat, seperti siap menonjok pelakunya kalau ada di depan mata. “Kakakku yang terlalu cantik dan punya bodi seksi. Katanya kalau kakakku enggak cantik dan enggak seksi, dia juga enggak bakal nekat. Dia bilang dia udah enggak tahan, pengin nyobain. I mean—WHAT THE FUCK? Dia kira tubuh kakakku tuh martabak apa, ya? Aku marah banget pas baca suratnya. Anjing.”
“Bisa-bisanya dia masih bisa nulis surat setelah ngotorin anak orang,” sahut Pak Wasesa, sama marahnya. Dari sorot matanya, tampak seperti ada percikan api. Lalu, dia memukul tembok. “Ini yang bikin saya was-was banget sama Winona. Takut kalau dia kenapa-kenapa. Soalnya meksipun dia udah bisa jaga diri—dia penerima sabuk hitam taekwondo, tapi pasti ada cowok-cowok anjing kayak gitu.”
Aku manggut-manggut, setuju. “Padahal kita udah jaga diri ya, tapi kalau dasarnya bajingan ya tetap bajingan. Jangan salahin pihak perempuannya.”
Alinea mendesis sebal. “Iya! Dia malah nulis surat dan nyalahin Kak Hara. Maksudku, walaupun Kak Hara pakai bikini pun, kalau mata sama hatinya enggak kotor ya dia enggak bakal tergoda, kan? Sok nulis permintaan maaf, padahal isinya pelecehan verbal semuaaa. Anjing banget!”
Aku mengembuskan napas panjang, cukup lelah membayangkan nasib kakak perempuan Alinea ke depannya akan bagaimana. Dia diperkosa dalam keadaan tidak sadar karena dicekoki obat tidur. Namun, orang tuanya justru memojokan dan menyalahkannya. Pada saat ini, aku sungguh ingin memeluk semua anggota keluargaku. Mereka masih mau mendukungku, meskipun aku telah melempar aib ke wajah mereka.
“Kakak kamu tinggal di mana sekarang?” tanya Pak Wasesa memecah keheningan. Lalu, dia menatap lurus ke arah Alinea. “Dia diusir sama orang tuamu, kan? Kalau menurut saya, kamu sebaiknya kasih pengertian ke orang tuamu. Kakakmu ini dalam keadaan down banget, lho. Dia enggak semestinya disalahkan atas kejadian yang diluar kendalinya. Dia dikasih obat tidur, Ali.”
“Dia tinggal di apartemen sahabatnya sekarang. Masih di Bandung.” Alinea menggenggam gelas kosong yang tadi berisi jus jeruk buatan Pak Wasesa untukku. Dia menggenggamnya erat sekali, sampai aku takut kalau benda kaca itu akan pecah. “Saya coba kasih pengertian, tapi mata hati orang tua saya belum terbuka, Pak. Mereka masih mikirin nama baiknya sendiri.”

KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI & EVAKUASI
Fanfiction[Original Fiksi/🔞] - "Bukannya kamu yang bunuh dia? Kamu bilang, kamu mau membunuh orang itu untuk aku." (Brave Series #3) Jogja identik dengan hal-hal klasik, indah, dan romantis bagi banyak orang. Tapi, bagi Gizka, Jogja juga adalah rumah. Dia in...