✨✨
Aku hanya bisa memandangi rintik-rintik hujan yang berjatuhan. Ini baru memasuki bulan Februari tapi sudah ada banyak hal yang terjadi. Rumor perang dunia ketiga sampai virus corona yang berawal di sebuah kota di China, bernama Wuhan. Di kehidupanku pun, berita-berita buruk juga datang menyapa. Megantara yang kecelakaan sampai kakinya terkilir. Lalu, yang terbaru adalah sebuah kisah romantis yang berakhir tragis.
Tidak, bukan kisahku.
Kalau kalian menungguku putus dari Mas Bumi, maka harapan kalian harus diempaskan ke tanah dulu. Aku belum putus, dan sepertinya tidak akan putus dalam waktu dekat.
Hem, belum.
Kisahku dan Mas Bumi masih berjalan baik, meskipun dia sering sekali cemburu dan tidak percaya padaku. Dia lebih sering bertanya kabar karena kekhawatirannya itu. Dia takut, kalau aku benar-benar bermain api di belakangnya. Padahal, aku dan Megantara kan memang soulmate-nya jurusan Hubungan Internasional. Semua orang tahu, kami soulmate. Maksudnya, soulmate dalam artian 'sahabat dekat'. Panggilan soulmate itu pun dibuat oleh anak-anak Himpunan Hubungan Internasional saat masa periodeku dan Megantara. Bukannya aku sendiri yang mau diberi julukan begitu.
Sikap Mas Bumi sulit untuk dikendalikan saat ini, jadi aku pun cukup hati-hati untuk merawat Megantara. Aku masih sering menjenguk dia ke kos mahalnya itu, sekadar membelikan makanan atau memastikan bahwa dia baik-baik saja. Kebetulan kakinya sudah membaik jadi dia bisa ke kamar mandi sendiri. Kalau aku sedang tidak bisa menjenguk--karena alasan pribadi atau ditahan Mas Bumi, aku akan tanya kabarnya melalui chat. Bersyukurlah, ini zaman canggih.
Sebuah mukjizat juga, karena dia sudah bisa berjalan normal minggu depan. Kata dokternya yang dari Singapura sana, dia boleh mulai aktif menggunakan kakinya. Pada akhirnya dia memang dibawa berobat ke Singapura atas perintah orang tuanya. Dia tadinya minta padaku untuk menemaninya--dan aku sudah girang, tapi ternyata ada sekretaris papanya yang mengurus semuanya sampai ke akar.
Enak sekali hidupnya, walaupun aku tidak jadi ikut ke Singapura. Tapi, tidak apa-apa, yang penting dia segera pulih. Dia di Singapura sekitar tiga hari.
Oke, kenapa kita justru membahas Megantara? Aku kembali memfokuskan atensiku sepenuhnya ke Olivia yang sedang patah hati.
"Aku enggak tahu apa kurangnya aku, Giz. Aku enggak pernah cukup buat dia. Udah beberapa kali aku denger kalau dia suka jalan sama cewek lain, tapi aku enggak nyangka... semuanya nyata," ucap Olivia Sarasvati dengan tersedu-sedu. Aku kembali menyodorkan sekotak tisu ke hadapan perempuan yang lebih akrab disapa 'Liv' itu, dan dia menambahkan, "Kita udah jalan empat tahun, lho, Giz. Empat tahun. Bisa-bisanya dia mutusin aku gitu aja? Padahal seharusnya kan aku yang marah, lihat dia keluar dari bilik photo box sama cewek lain. Mana gandengan tangan, kayak mau nyebrang!"
C
erita Olivia membangkitkan kembali ingatanku tentang Zumi. Dulu dia yang memutuskan hubungan, padahal dia yang kepergok mencium teman sebangkuku. Maksudku, dia yang salah tapi dia seolah mau merasa benar. Mantan pacar Olivia juga begitu. Sebelum dihakimi, fotografer yang katanya keren itu juga memilih melarikan diri. Tanpa penjelasan, dia hanya memutus talinya seolah semua akan selesai begitu saja.
Pada akhirnya, kisah romantis yang dibangun oleh Liv dan kekasihnya selama empat tahun harus menutup layar. Pertunjukan sudah selesai. Mereka berjalan ke arah yang berlawanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI & EVAKUASI
Fanfic[Original Fiksi/🔞] - "Bukannya kamu yang bunuh dia? Kamu bilang, kamu mau membunuh orang itu untuk aku." (Brave Series #3) Jogja identik dengan hal-hal klasik, indah, dan romantis bagi banyak orang. Tapi, bagi Gizka, Jogja juga adalah rumah. Dia in...