ada yang kangen gak???
✨✨
“Kenapa?”
Pertanyaan yang lolos dari bibir Jasonna membuatku kembali merasakan kakiku berpijak di tanah. Kita sedang duduk di atas rerumputan alun-alun Yogyakarta. Setelah dia dibebaskan dari laporan penganiayaan yang semestinya ditujukan kepadaku, kita berdua memutuskan untuk tidak terburu-buru pulang.
Aku pun sudah mengirimkan kabar ke orang rumah kalau kita akan bersantai sejenak di Alun-alun.
Ibuk membalas beberapa menit yang lalu, katanya Galuh dan Hujan sedang dalam perjalanan menjemput kita berdua. Jadi ibuk meminta aku dan Jasonna untuk menunggu sembari menghabiskan waktu dengan santai.
Ibuk juga menambahkan, sebaiknya Jasonna menghirup udara sebanyak-banyaknya sebagai ganti karena dia dijebloskann ke penjara selama 24 jam.
Benar, hanya 24 jam tapi terasa seperti berbulan-bulan.
“Pas aku lihat Megantara, dia mirip sama aku, ya? Waktu pertama ketemu dia, aku canggung banget,” ucapnya, kalem. Dia mendongak menatap langit gelap yang menaungi Alun-alun, kemudian, “Kak Brian juga pernah bilang kalau aku mirip banget sama Megantara.”
Aku tidak akan mengabaikan fakta satu ini karena mereka benar-benar mirip, terlihat seperti anak kembar. Apalagi kalau Megantara dan Jasonna sama-sama mewarnai rambut mereka dengan warna blonde, rasanya panggilan ‘tall, blonde, and gorgeous’ sangat cocok disematkan untuk keduanya. Mungkin karena itu juga, ketika menatap mata Jasonna, terkadang ada sengatan yang membuat dadaku seperti tertembak—sakit sekali, dan ingin mengulangi waktu yang kuhabiskan bersama bocah nakal itu.
“Kenapa bisa akrab sama Megantara?” tanya Jasonna yang mengulangi pertanyaan yang dia lempar padaku lima menit yang lalu. “Nyaman? Satu frekuensi?”
Aku menimbang jawaban yang ingin kuberikan. Tapi pada akhirnya, aku hanya mampu tersenyum dan, “Dia mirip kamu, Jasonna.”
“Hah?”
Aku masih tersenyum. “Kamu tahu kan seberapa banyak aku cinta sama kamu?”
Jasonna mengerutkan dahinya, heran. “Kak, jawab yang benar dong!”
Aku menambahkan, “Pas ketemu Megantara untuk pertama kali, aku pengin merawat dan jagain dia. Kayak rasaku ke kamu gitu. Tapi seiring berjalannya waktu, Megantara yang banyak jagain aku. Dia yang bikin aku merasa aman, karena dia selalu bisa diandalkan—persis kayak kamu.”
Jasonna mengulurkan lengannya, kemudian memberiku usapan lembut di bahu. Senyumnya perlahan-lahan mengembang manis, sampai aku bicara lagi, ”Sejak awal, aku udah kasih dia banyak cinta karena aku kepikiran sama kamu. Apalagi pas kamu pergi ke Finlandia—HADUH! Aku kayak menemukan pelampiasan gitu.”
”Maksudnya?”
“Enggak bisa jagain kamu karena jauh, jadi aku jagain Megantara aja soalnya dia mirip kamu,” jawabku kemudian terkekeh kecil. ”Eh, aku malah keterusan. Akhirnya Megantara juga nyaman sama aku dan kita merasa kalau kita... kayaknya... enggak bisa hidup tanpa satu sama lain, deh. Persahabatan aneh itu, di mulai dari situ.”
“Jadi... gimana sekarang?” tanya Jasonna dengan suara yang terdengar takut. “Setelah semua ini, gimana?”
Aku membasahi bibir bawah dengan sorot sendu dan, “Mungkin begini jalannya, kehilangan Megantara selamanya. Tapi enggak apa-apa, karena... aku punya banyak memori bagus sama dia. Aku cuma bakal ingat yang bagus-bagus doang!”
Jasonna menghela napas panjang, kemudian mengubah posisi duduknya. Yang tadinya bersila, kini memanjangkan kedua kakinya. Tampaknya dia pegal. Kapan Galuh dan Hujan datang?

KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI & EVAKUASI
Fanfic[Original Fiksi/🔞] - "Bukannya kamu yang bunuh dia? Kamu bilang, kamu mau membunuh orang itu untuk aku." (Brave Series #3) Jogja identik dengan hal-hal klasik, indah, dan romantis bagi banyak orang. Tapi, bagi Gizka, Jogja juga adalah rumah. Dia in...