enggak apa-apa udah mau ending jadi update setahun sekali. hehe.
✨✨
Depok, dua hari kemudian...
“Tenang aja, kami akan segera mencari siapa pelakunya!” kata oknum polisi tersebut, sebelum akhirnya pergi dari rumah baru ayah.
Setelah bercerai dari ibuk, lelaki itu memang menjual rumah keluarga di Jakarta Selatan dan rupanya pindah ke sebuah rumah minimalis di Depok. Yang lebih mengejutkan, rumah ini bukan rumah yang asing bagiku.
Ini rumah orang tua Rakabuming yang dijual setelah mereka berdua juga resmi bercerai.
Hidup memang berjalan seperti bajingan dan dipenuhi kejutan.
Aku meremas boneka barbie berambut blonde, sembari duduk lesehan di atas lantai ruang tamu yang dingin. Jasonna melangkah memasuki ruangan, setelah dia memastikan oknum polisi itu meninggalkan kita berdua di rumah ini.
Aku sudah tidak bisa menangis, tapi aku berani mengakui kalau ada yang hancur di dalam sana. Mungkin bukan simpati, hanya perasaan shock karena menerima berita duka secara mendadak. Seperti petir di siang bolong, suara tangis ibuk mengantarkan kabar bahwa lelaki itu sudah meninggalkan kita. Jauh sekali, sangat jauh. Tempat yang tidak bisa dilihat oleh kita, para manusia yang masih hidup di dunia, para manusia yang masih bisa bernapas dan menyombongkan segalanya.
“Mereka bakal kerja-keras dan cari pelakunya, Mbak,” ucap Jasonna, seolah ingin menenangkan diriku padahal dia juga sama berantakannya denganku. Bagaimana semuanya bisa baik-baik saja ketika mengetahui ayahmu meninggal karena dibunuh bersama selingkuhannya?
Mereka mati.
Mereka melangkah ke neraka.
Mereka dibunuh di dalam mobil yang terparkir di luar rumah, saat mereka sedang dalam proses memindahkan barang-barang ke rumah baru ini—yang tak lain adalah rumah lama Rakabuming.
Rakabuming tumbuh di sini.
Aku masih ingat saat dia pertama kali membawaku ke rumah ini untuk bertemu orang tuanya yang sama-sama PNS. Karena orang tuanya pulang sore, kita harus menunggu cukup lama. Dia menjemputmu ke Jakarta Selatan, meminta izin ibuk untuk membawaku datang. Kala itu, jarak tak jadi masalah. Dia ingin membawaku masuk ke dalam dunianya, mengenal orang tuanya. Namun, kali ini, saat aku memikirkannya kembali, apakah dia sebenarnya ingin memberiku clue bahwa orang tuanya tidak sempurna? Apakah dia sebenarnya ingin memberitahuku bahwa dia sangat mirip dengan ibu angkatnya yang psikopat itu, sehingga aku harus mempersiapkan diriku?
Seandainya, hanya seandainya, aku menerima clue itu dengan lebih cerdas, mungkin kita tidak akan seperti ini. Ending kita tidak akan seberantakan dan serumit ini.
“Dunia sempit banget, ya?” Aku semakin meremas boneka Barbie di tanganku, sampai bentuknya hampir berubah. Jasonna melihat itu, kemudian dia merebutnya dan duduk di hadapanku. Dia juga duduk di lantai. Aku menambahkan, dengan tawa miris, “Gimana bisa Ayah beli rumah ini sama selingkuhannya? Kamu tahu, rumah ini rumah lamanya Rakabuming. Aku pernah dibawa ke rumah ini. Aku pernah cerita, kan? Kamu enggak lupa, kan? Di telepon, jarak Finlandia-Indonesia, aku cerita semuanya. Dengan riangnya, hari itu, aku kenalan sama orang tuanya Rakabuming.”
Jasonna mengusap-usap lengan atasku. “Mungkin memang udah takdir?”
“Dari semua rumah, kenapa harus rumah ini?” tanyaku, semakin frustasi dan tidak terima. Aku menunjuk ke sebuah tembok yang sepertinya belum dicat dengan cat baru, lalu, “Kamu lihat coret-coretan di tembok itu? Waktu aku main ke sini, Bumi pernah cerita kalau itu coretan masa kecilnya. Maksudku... hidup tuh suka bercanda, ya? Dari semua rumah, kenapa harus rumah ini? Dia juga beli rumah ini sama selingkuhannya yang bau kencur itu!”
![](https://img.wattpad.com/cover/203178876-288-k855763.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI & EVAKUASI
Fanfic[Original Fiksi/🔞] - "Bukannya kamu yang bunuh dia? Kamu bilang, kamu mau membunuh orang itu untuk aku." (Brave Series #3) Jogja identik dengan hal-hal klasik, indah, dan romantis bagi banyak orang. Tapi, bagi Gizka, Jogja juga adalah rumah. Dia in...