Farza mati kutu ditempatnya. Sedari tadi Evans menatapnya penuh amarah. Dia diam seribu bahasa, bahkan ketika Farza meminta maaf kepadanya.
"Mas saya minta maaf. Sekali lagi maafin saya. " Farza memelas didepan Evans. Sedangkan Vebby sedang membuatkan minuman didapur. Siapa tau kan pikiran mereka jadi dingin ketika disuguhi minuman yang segar.
"Saya bukan mas kamu! Gausah panggil-panggil saya mas!" Evans bersidekap dan menatap intens sampai-sampai Farza salah tinggah sendiri.
"Emh kalo gitu pak. Saya panggilnya bapak aja ya biar enak." Farza masih berusaha mengakrabkan diri dengan calon kakak iparnya yang judesnya setengah mati ini.
"Saya bukan bapak kamu! Gak suka saya dipanggil bapak sama kamu!" Ucap Evans lagi-lagi sambil mendengkus kesal. Entah kenapa setiap tindakan ataupun perkataan Farza selalu saja salah dk matanya.
"Kalau gitu saya panggilnya " Situ" aja ya?" Ucap Farza yang amarahnya sudah hampir menyentuh batas.
"Eh gak sopan kamu! Saya lebih tua dari kamu!"
Farza menghela napas berat. Kenapa juga Evans bisa ngeselin begini bentukannya.
"Terus apa dong? Apa saya panggil kakak ipar aja boleh ?" Farza masih terus berusaha.
"Nggak boleh! Itu panggilan paling dilarang! Kamu nggak boleh panggil saya begitu! Saya nggak mau iparan sama kamu!" Farza menghela napasnya untuk kesekian kalinya. Kenapa juga dia jadi salah melulu begini.
"Terus saya manggilnya harus apa lagi? Masa apa-apa nggak boleh." Ucap Farza lesu.
Evans melengos," Yaudah nggak usah pake manggil saya segala. Nggak usah ngomong sama saya." Ucap Evans sinis.
"Terus gimana saya jelasinnya? Pake bahasa isyarat? " Farza mulai jengah. Dia menahan diri agar tidak menerjang Evans. Dia tau betul, jika sampai dia melakukannya, pupus sudah harapannya. Jangankan menikah, bertemu saja mungkin tak akan diijinkan Evans.
"Nggak usah jelasin apa-apa. Saya bukan minta kamu yang jelasin. Saya maunya adik saya sendiri, bukan kamu!" Kata Evans bertepatan dengan Vebby yang muncul dari arah dapur sambil membawa minuman.
Vebby menghela napas berat. Evans terlihat melengos, sama sekali tak ingin menatap Farza. Dia jadi kasihan sendiri dengan Farza. Vebby yakin saat ini banyak sekali beban pikiran yang Farza tanggung. Pertunangan mereka tinggal satu bulan lagi, pernihakan mereka juga sangat dinanti-nanti oleh kedua orang tua Farza, tapi sampai sekarang belum ada persetujuan dari pihak Vebby tentang pernikahan itu. Apalagi melihat sikap kakaknya yang begini, pasti akan sulit bagi Farza mewujudkan pernikahan mereka.
"Mas, ini minumannya." Vebby meletakkan minuman itu didepan Evans. "Diminum dulu mas." Ucapnya lagi.
"Mas maunya bukan minuman, tapi penjelasan kamu! Daritadi kamu nggak ngasih kejelasan apa-apa sama mas." Evans langsung menodong penjelasan kepada Vebby.
Vebby menarik napas dalam, dia siap menerima amukan Evans. Dia akan menjelaskan semuanya, bagaimanapun kebohongan hanya akan tambah memperkeruh keadaan.
"Mas, sebelum Vebby jelasin semuanya. Vebby minta mas janji dulu. " Ucap Vebby.
Evans menyerkit heran, "Ngapain janji segala? Kamu cuma perlu jelasin semuanya biar mas tuh ngerti, paham sama situasi ini!" Ucapnya kesal.
"Kalo gitu, Vebby bakal simpen penjelasannya sampe mas mau janji sama Vebby." Putus Vebby. Ini juga untuk antisipasi kalau amarah Evans meledak.
"Yaudah, okey,,mas janji. Tapi janji apaan coba?" Evans heran dengan permintaan adiknya.
"Mas janji ya, kalau mas nggak akan motong penjelasanku, biarin aku jelasin semuanya sampai selesai. Mas juga harus janji, setelah mas dengar semuanya, mas nggak boleh kalap dan ngehajar pak Farza semarah apapun mas saat itu. Aku nggak mau ada ribut-ribut lagi. " Ucap Vebby berusaha mengantisipasi keadaan yang akan kacau sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PAPA Is A DUREN [ END ]
ChickLitBudayakan follow sebelum baca. Lika liku hidup seorang Alea karena punya papah super keren walau sudah label duda. Duda keren , ganteng, dan kaya. Nggak ada cela sedikit pun. Sekali papah kedip ganjen, para kaum hawa merapat. Entah itu remaja yan...